Dengan adanya media sosial, mereka memang mengisinya dengan aktif, mengunggah foto. Namun, cara berbahasa tulis mereka cenderung belum begitu baik. Bahkan, ada yang dari sisi etiket sangat kurang.
Itulah sebabnya di media sosial kita banyak membaca status mereka yang jauh dari tata bahasa yang baik. Alih-alih demikian, malah masuk dalam kategori mem-bully.
Tradisi menulis jurnal Ramadan ini sebetulnya efektif. Bayangkan saja, selama satu bulan penuh, kami dahulu dilatih untuk menulis artikel pendek berupa resume kultum plus khutbah Jumat.
Padahal seingat kami, para guru tidak begitu menjelaskan detail soal resume itu. Tapi kami semua mampu membuatnya. Ada sih memang yang mencontek, tapi persentasenya tidak begitu banyak. Namanya juga anak-anak, hehehe.
Kalau sekarang anak-anak SD diberi tugas semacam itu lagi, saya setuju sekali. Manfaatnya sangat bagus. Manfaat secara teknis menulis maupun manfaat melatih kebersamaan. Yang lebih penting lagi, melatih kontinuitas ibadah Ramadan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H