Mohon tunggu...
Adian Saputra
Adian Saputra Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Menyukai tema jurnalisme, bahasa, sosial-budaya, sepak bola, dan lainnya. Saban hari mengurus wartalampung.id. Pembicara dan dosen jurnalisme di Prodi Pendidikan Bahasa Prancis FKIP Unila. Menulis enggak mesti jadi jurnalis. Itu keunggulan komparatif di bidang kerja yang kamu tekuni sekarang."

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Selamat Datang Bulan Menulis

19 Juli 2012   07:57 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:47 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat Ramadan datang, semestinya semua penulis dan bloger senang. Mengapa? Sebab, ada banyak ide yang bisa diolah menjadi bahan tulisan. Cobalah kita perhatikan, betapa banyak momentum selama Ramadan yang bisa dijadikan bahan artikel. Soal hakikat puasa, shaum dan solidaritas sosial, soal tarawih, perbedaan waktu puasa dan Lebaran, Idul Fitri, mudik, zakat fitrah, sedekah, dan sebagainya. Tentu ini tema yang berulang setiap tahun. Dan penulis wajib mengayakan dengan mencantelkan hal yang aktual dari tema-tema tadi.

Buat saya, datangnya Ramadan membawa keberkahan sendiri. Dengan banyak tema seperti itu, tinggal mengulasnya saja dalam ranah tulisan. Dan buat semua penulis atau bloger, saya kira sama saja. Momentum itu acap membantu kita dalam menulis. Sebuah peristiwa bisa menjadi cantelan yang menarik untuk membikin karya tulis. Dan Ramadan datang untuk itu.
Maka itu, Ramadan sejatinya membuat kita menjadi penulis yang produktif. Dengan tawaran idenya yang banyak, setiap hari bloger bisa menatahkan tulisan.

Orang awam sering menganggap produktivitas kerja menurun selama puasa. Sebab, seharian tak makan dan minum membuat fisik menjadi lemah dan pikiran tidak fokus. Jangankan untuk menulis, untuk bekerja sehari-hari saja sulit. Tetapi buat saya, justru datangnya bulan puasa adalah saat yang tepat untuk melatih keterfokusan dalam menulis. Shaum bukan alasan untuk menjadi tidak produktif. Ada banyak peperangan besar di awal Islam datang yang justru terjadi di Syahrul Mubarak ini. Ada banyak peristiwa penting yang juga terjadi Syahrul Quran ini. Jadi, untuk "sekadar" menulis, menjaga konsistensi itu, adalah hal yang bisa dilakukan.

Lalu, bagaimana kita menyiasati bisa menulis produktif saat Ramadan.

Pertama, jaga konsistensi ibadah. Ramadan itu memang setiap tahun datang. Cuma apakah setiap tahun kita berpuasa, itu sebuah rahasia. Makanya, maksimalkan setiap Ramadan datang dengan memperbanyak ibadah. Kuantitas meningkat, begitu pula dengan kualitas. Ibadah pokok seperti puasa dan salat tidak boleh tinggal. Itu yang utama. Dengan menjaga konsistensi ibadah, insya Allah komitmen menulisnya terjaga. Sebab, menulis adalah bentuk ibadah pula di Ramadan ini.

Kedua, bikin target. Satu yang penting ialah membuat target. Berapa banyak tulisan yang mau kita hasilkan dalam bulan ini. Berapa media yang mau kita tembus dengan tulisan. Dan berapa artikel akan kita unggah di blog. Dengan membuat target, kita memiliki acuan untuk menulis. Adanya target membantu kita mencapai produktivitas dalam menulis. Untuk memudahkan target, tema yang mau diangkat ditulis dalam buku kerja atau ponsel kita. Kalau target kita maksimal, bisa 60-an artikel kita buat di Ramadan ini. Ini mungkin target optimistis buat bloger yang terbiasa menulis setiap hari. Tapi boleh jadi target itu terlampau tinggi buat yang baru memulai. Silakan disesuaikan saja.

Ketiga, manfaatkan waktu luang. Umumnya jam kerja di kantor pemerintah dibikin longgar saat puasa. Pun demikian di kantor swasta. Memang tak semua, tetapi lazimnya begitu. Ada pula saat-saat yang sebetulnya bisa kita maksimalkan untuk menulis. Kapan itu? Pagi usai subuh. Masyarakat kita galibnya tidur lagi usai subuh. Mungkin karena lelah ibadah tarawih saat malam membuat tidur di waktu subuh menjadi alternatif. Tapi sebetulnya tidur usai subuh itu tidak baik. Lebih baik waktu usai subuh sampai mendekati jam bekerja digunakan untuk membaca Alquran atau menulis. Karena barangkali malam sudah kita optimalkan tarawih dan tadarus, pilihannya ya menulis. Waktu "luang" yang juga baik ialah saat iktikaf. Semakin tahun berjalan kesadaran masyarakat untuk iktikaf semakin baik.

Di masjid lingkungan kami, hampir setiap tahun ada peningkatan jumlah warga yang iktikaf. Selain membawa Alquran dan alas tidur, beberapa di antaranya membawa laptop, setidaknya ponsel cerdas, wow! Itu langkah yang baik untuk menjadikan Ramadan bulan menulis. Usai tilawah dan zikir, silakan membuka laptopnya dan mulai menulis. Bahkan jika bisa penuh iktikaf di sepuluh hari terakhir, tulisan yang dihasilkan insya Allah lebih banyak.
*
Ramadan bulan istimewa. Lebih istimewa lagi jika seluruh waktu yang ada dimanfaatkan untuk hal yang manfaat. Salah satunya dengan menulis. Di saat pahala puasa dilipatgandakan Allah, menulis bisa menjadi sarana yang baik untuk beramal. Mumpung masih bisa bertemu dengan Ramadan, manfaatkan semaksimal mungkin. Menulislah sebanyak mungkin. Semaksimal yang kita mampu. Karena boleh jadi ini menjadi Ramadan yang khatimah buat kita. Siapa yang tahu. Selamat datang Ramadan, bulannya untuk menulis. Wallahualam bissawab.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun