Mohon tunggu...
Adian Saputra
Adian Saputra Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Menyukai tema jurnalisme, bahasa, sosial-budaya, sepak bola, dan lainnya. Saban hari mengurus wartalampung.id. Pembicara dan dosen jurnalisme di Prodi Pendidikan Bahasa Prancis FKIP Unila. Menulis enggak mesti jadi jurnalis. Itu keunggulan komparatif di bidang kerja yang kamu tekuni sekarang."

Selanjutnya

Tutup

Money

Karyawan Juga Bisa Kaya Asal....

22 Februari 2012   10:19 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:19 1787
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Karyawan itu identik dengan ketidaksejahteraan. Gaji yang kurang menjadi perbincangan hangat di antara mereka. Seolah menjadi kaya itu jauh betul dari cita-cita. Padahal tidaklah demikian. Karyawan, pekerja kantoran itu juga bisa kaya asal memenuhi beberapa poin di bawah ini. Yuk disimak, Gan!

Pertama, jujur.
Di mana-mana kejujuran itu penting. Seorang koruptor saja tidak mau dibohongi, dikhianati. Maka, jujur itu modal dasar dalam bekerja. Jujur adalah panglima. Ia menjadi basis terkuat dari semua item integritas yang ada. Maka itu, kalau kita mau kaya, jujur. Orang tidak jujur memang banyak yang kaya. Penggelap harta negara banyak yang kaya. Tapi, itu cuma di dunia sebab tidak ada serupiah pun yang bakal lewat dari pengawasan Yang Maha Tahu.

Kedua, kaya hati.
Penghasilan berapa pun pasti akan kurang. Sebab, tabiat manusia memang selalu kurang. Semakin banyak duit, semakin banyak pula keinginan. Padahal kebutuhannya tidak sebesar apa yang diinginkan. Kalau kita kaya hati, berapa pun upah yang dibawa pulang, itu adalah kekayaan tidak terkira. Kaya hati membuat kita merasa cukup dengan apa yang ada. Sedikit cukup, banyak ditabung. Itu kira-kira prinsipnya. Maka itu, mari kita jadi orang yang kaya hati.

Ketiga, bersedekah.
Allah itu acap memberi rezeki dari jalan yang tidak disangka-sangka (minhaisula yahtasib). Maka, meski tidak bos di kantor, sedekah itu seharusnya menjadi kebiasaan. Sedekah tak perlu banyak. Asal rutin, itu sudah cukup. Asal konsisten, sedekah akan menjauhkan malapetaka dari diri kita.

Sedekah yang dikeluarkan orang yang berharta sedikit dan banyak, jelas berbeda. Sedekah seratus ribu yang dikeluarkan pimpinan kantor dan staf biasa, jelas beda. Asal ikhlas kuncinya. Jadi karyawan bukan berarti tak bisa berderma. Sebab, sedekah itu bisa dilakukan siapa saja. Sedekah membuka kunci-kunci rezeki. Jika tak terukur dengan materi, kesehatan yang selama ini dinikmati adalah bukti yang tak terperi.

Keempat, hemat dan menabung.
Para perencana keuangan bilang, setelah menerima gaji, langsung sisihkan buat tabungan. Bukan belanjakan baru sisanya ditabung. Kalau cara kedua ini yang dipakai, yakinlah tak ada duit sisa yang bisa disimpan. Maka itu, begitu dapat duit gaji, sisihkan buat tabungan.

Tabungan memang tidak membuat duit itu beranak pinak. Tetapi ini menjadi tabungan jika suatu waktu karyawan ada keperluan. Anak sakit, anak mau sekolah, musibah, dan sebagainya. Usahakan punya tabungan plus asuransi yang bisa mengkover kesehatan dan pendidikan anak.

Hemat juga penting. Kalau tak perlu dibeli, tak usah dibeli. Mendingan disimpan atau dibelanjakan untuk sesuatu yang lebih urgen. Hidup hemat itu pangkal kaya adalah keniscayaan. Buktikan kalau masih menyangsikan.

Kelima, tingkatkan profesionalitas.
Karyawan yang profesional pasti punya lebih dibanding yang tidak profesional. Di tempat kerja, mereka yang cerdas dalam bekerka acap mendapat penghasilan memadai ketimbang sejawatnya yang kurang propfesional. Maka, tingkatkan itu. Beri inovasi dalam melakukan kerja sehingga ada cara baru dalam item pekerjaan. Kalau sudah begitu, ada banyak pertimbangan untuk menaikkan kesejahteraan kita oleh manajemen.

Peningkatan profesionalitas ini juga penting kalau-kalau ada tawaran bekerja di tempat lain yang penghasilannya lebih besar. Orang baik itu pasti diperbincangkan orang. Orang buruk juga begitu. Bedanya, kalau orang baik diceritakan, itu berdampak positif. Sebaliknya, orang buruk diceritakan, menambah buruk penilaian orang selama ini terhadap dirinya.

Keenam, jangan mengeluh!
Ini penting. Mengeluh cuma menghabiskan banyak waktu. Hati sempit, pikiran sesak. Waktu habis untuk menggerutu. Orang yang banyak mengeluh itu kurang bersyukur. Soal penghasilan kurang, setiap orang juga merasakan. Tapi, orang pengeluh pasti cuma berkutat dengan keluh kesah saja. Sedangkan karyawan yang berpikir positif, tidak melulu mengeluh. Kalau gaji kurang, ia pasti berusaha keras mencukupi. Dengan jalan lain yang halal tentu saja. Ia berprinsip: mau sukses mesti tidur lebih malam, bangun lebih pagi, kerja lebih keras, hidup lebih hemat. Insya Alllah para pekerja kantoran juga bisa kaya. Kaya hati, ya kaya materi. Wallahualam bissawab.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun