Mohon tunggu...
Adian Saputra
Adian Saputra Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Menyukai tema jurnalisme, bahasa, sosial-budaya, sepak bola, dan lainnya. Saban hari mengurus wartalampung.id. Pembicara dan dosen jurnalisme di Prodi Pendidikan Bahasa Prancis FKIP Unila. Menulis enggak mesti jadi jurnalis. Itu keunggulan komparatif di bidang kerja yang kamu tekuni sekarang."

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Menikmati Kegenitan Seorang Pepih

17 April 2014   21:24 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:33 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_320340" align="aligncenter" width="300" caption="Cover buku Menulis Sosok karya Pepih Nugraha"][/caption]

Cerita soal manusia jika ditulis dengan apik pasti menarik untuk dibaca. Kisah orang-orang sukses, yang umumnya mentas dari orang biasa, acap menginspirasi pembacanya. Ada decak kagum usai kita membaca success story orang-orang hebat. Ada perasaan membuncah untuk berubah ke arah yang lebih baik. Bahkan, buat sebagian orang, ada perasaan ingin menduplikasi ke dalam diri orang yang sukses itu.

Cerita soal manusia juga tak melulu sukses dalam artian punya prestasi yang mentereng, punya harta yang banyak, memiliki kedudukan bagus di masyarakat, dan sebagainya. Ada kalanya, cerita soal orang biasa nan sederhana, bahkan miskin, juga bisa menjadi edukasi tersendiri.Setidaknya menjadikan diri kita bersyukur bahwa kita lebih baik dari mereka yang kisahnya kita baca. Membaca cerita soal sosok memang menarik. Dan Kompas yang telah memulakannya berbilang tahun yang lalu, bisa disebut terdepan di genre features dalam ranah jurnalisme. Dan satu di antara banyak jurnalis yang menulis rubrik Sosok itu ada nama Pepih Nugraha.

Nama ini dalam beberapa tahun belakangan tidak asing buat komunitas media social Kompasiana. Sebab, person inilah yang membidani media sosial nonmoderasi ini. Meski di awalnya Kompasiana sepi, kini hampir dua ratus ribu penulis ada di blog keroyokan ini. Sekurang-kurangnya ada dua ratus Kompasianer yang menulis setiap hari di blog ini.

Rupanya pembesut Kompasiana ini juga jurnalis yang andal. Pengalaman reportasenya banyak.Tulisannya menarik. Pilihan sudut pandangnya oke punya. Tak berlebihan jika Pepih rajin menulis buku. Salah satunya buku Menulis Sosok ini. Satu bukunya juga sudah terbit duluan,Citizen Journalism.

Usai membaca semua narasi yang ditatahkan Pepih, ada satu kesimpulan menggelitik buat saya.Pepih ternyata seorang yang sangat genit! Tidak percaya? Cobalah simak halaman 91 sampai dengan 97 saat Pepih mewawancarai perempuan cantik Rusia bernama Natalya Kaspersky. Pepih detail sekali menulis bagaimana ia "genit" dengan mengamati semua yang ia pandang. Dari mulai wajahnya yang cantik, bahasa Inggrisnya yang fasih, sampai antusiasme Natalya saat diwawancarai. Janda Eugene Kaspersky ini rupanya membuat Pepih benar-benar mengagumi."Busana itu digantungkan di tempat penggantungan khusus untuk jas dan baju hangat, sementaradi rungan berpenghangat itu Natalya mengenakan busana yang cukup mengabarkan betapa indahnya ciptaan Tuhan yang satu ini." (Halaman 97)

Atau kegenitan Pepih saat menepon penyanyi lokal Makassar bernama Dian Ekawaty. Ini kegenitan Pepih saat membuat janji dengan Dian via telepon. "Saya kagum dengan suaramu, rasanya ada prestasi tersendiri di balik suara hebatmu itu, Dian." (Halaman 122)

Namun, jangan salah sangka dulu, kegenitan Pepih ini perlu dalam membangun kerangka pikirdan tulisan yang dihasilkan. Umumnya kita genit kepada seseorang yang kita sukai. Kalau kita sudah suka, kita berupaya mengetahui sedetail-detailnya pribadi yang kita sukai. Tanggal lahirnya, hobinya, kepribadiannya, dan sebagainya. Kegenitan Pepih ini membantu sekali saat ia akan menulis sosok.

Pepih terbiasa mempelajari dahulu semua kebiasaan dan latar narasumbernya. Ini penting dilakukan agar wawancaranya berlangsung baik. Saat mewawancarai, Pepih sudah mengetahuisecara perinci ihwal narasumbernya. Ini yang memudahkan dalam reportase. Pepih menggunakan "kegenitan" ini untuk lebih profesional dalam menulis. Dengan riset mendalam prawawancara, hasil tulisan Pepih menjadi bagus. Pembaca akan mendapatkan perspektif yang kaya dari tulisan yang ditatahkan Pepih.

Saya kira, apa yang ditekuni Pepih ini tidak banyak dilakukan jurnalis yang lain. Jurnalis sekarang banyak yang malas untuk melakukan riset sebelum menulis. Wajar kalau tulisannya menjadi datar dan biasa-biasa saja. Tidak ada gereget. Tidak ada rasa ingin tahu yang besar. Dan itu tidak bagus.

Upaya Pepih dalam mencari dahulu dan memperdalam bahan materi tulisan juga penting dilakukan bloger. Dengan meriset, tulisan akan kaya dengan perspektif. Dengan persiapan yang matang, reportase akan lebih mudah. Dan Pepih sudah mencontohkan. Kegenitan Pepih tentu tak dalam artian yang sebenarnya. Soal ia benar-benar genit saat mewawancarai perempuan cantik,kita barangkali bisa mahfum. Titik tekannya tentu pada rasa ingin tahu Pepih terhadap bahan liputan dan latar belakang narasumbernya. Ini yang membuat hasil tulisan Pepih terasa gurih dan trengginas. Bergenit-genit ria dan kemudian meriset menjadi dasar kelayakan sebuah laporan yang enak dibaca.

Di buku ini, tak hanya soal perempuan cantik yang ditulis Pepih. “Kegenitan” Pepih juga terlihat saat ia berupaya membaca sebanyak mungkin bahan tentang gitaris yang mantan jurnalis Jubing Kristianto, blogger Raditya Dika, pencipta www Sir Timothy Berners-Lee, ulama KH Ali Yafie,dan sebagainya. Total ada 22 sosok yang ditampilkan Pepih dalam buku ini.

Buku ini sejatinya pemandu kita yang ingin menulis sosok tertentu. Pepih memerincikan langkah-langkahnya dengan baik. Ia juga menjabarkan pengalamannya dengan setiap narasumber yang di-Sosok-kan. Ini yang menjadi keunggulan buku Menulis Sosok. Panduannya ada, contoh tulisannya juga ada. Ditambah pengalaman Pepih saat mewawancarai setiap narasumber, membuat buku ini mudah dan praktis. Tak sekadar menjadi pengetahuan, tapi juga mampu menjadi arah buat kita yang ingin menulis sosok. Tentu, tak mesti menjadi jurnalis arus utama untuk sekadar menulis feature atau sosok. Setiap kita pasti bisa menulis jenis ini. Dan Pepih sudah mendedahkannya secara rapi, jeli, detail, dan enak dibaca buat pembacanya.

Buat saya, tulisan soal pecatur dunia yang sudah gaek, Victor Korchnoi, adalah yang terbaik. Mengapa? Pepih sedemikian detail menulisnya. Hebatnya, tulisan tentang Korchnoi ia himpun dari data yang terserak di banyak sumber. Pepih tak bersua langsung dengan pecatur pilih tanding itu. Tapi lantaran "kegenitan" Pepih, ia mampu meramunya dengan sangat bagus. Dan jangan lupa, Pepih menuliskannya dengan passion caturnya yang kental. Sebab, jurnalis beretnik Sunda ini memang gemar sekali memainkan bidak catur. Ia suka sekali dengan permainan ini, yang menurut Pepih, melatihnya mengingat banyak hal tanpa perlu menulis atau memotretnya.

Barangkali suatu waktu ia ingin bermain catur dengan dua perempuan cantik yang sempat menjadi objek liputannya. Bisa Natalya Kaspersky, juga bisa Dian Ekawaty. Hanya Pepih yang tahu jawabannya.

Judul: Menulis Sosok secara Inspiratif, Menarik, Unik

Penulis: Pepih Nugraha

Penerbit: Penerbit Buku Kompas

Tebal: xx + 196 halaman

Cetakan: I, Mei 2013

ISBN: 978-979-709-708-0

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun