Mohon tunggu...
Adian Saputra
Adian Saputra Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Menyukai tema jurnalisme, bahasa, sosial-budaya, sepak bola, dan lainnya. Saban hari mengurus wartalampung.id. Pembicara dan dosen jurnalisme di Prodi Pendidikan Bahasa Prancis FKIP Unila. Menulis enggak mesti jadi jurnalis. Itu keunggulan komparatif di bidang kerja yang kamu tekuni sekarang."

Selanjutnya

Tutup

Nature

Biopori Meresapkan, Pure It Memurnikan

17 Juli 2014   05:06 Diperbarui: 18 Juni 2015   06:07 501
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tahun 2020, Kota Bandar Lampung diprediksi kekurangan sumber air bersih. Kota dengan lebih dari satu juta jiwa berdiam di dalamnya ini, makin hari makin giat membangun. Konstruksi kota tumbuh dengan pesat. Perdagangan yang dijadikan sumber utama penduduk di kota ini menyebabkan tata ruang berubah. Areal yang dahulu berupa sawah kini bermetamorfosis menjadi kawasan pertokoan. Rumah dan toko digabung sehingga memunculkan diksi ruko atau rumah toko.

Di Bandar Lampung, rerata rumah tangga punya beberapa sumber air bersih. Sebagian mengandalkan pasokan dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Way Rilau. Sebagian lagi mengandalkan sumur. Sebagian lagi membuat sumur bor. Sayangnya, pasokan dari PDAM Way Rilau ini belum baik. terkadang air mengalir, terkadang tidak. Jika musim kemarau, sudah pasti hampir 70 persen pelanggan tidak menikmati air bersih. Jika musim hujan, yang logikanya air berlimpah, keadaan tidak lebih baik.

Warga yang mengandalkan sumur pun setali tiga uang. Makin hari, air sumur makin keruh. Makin berbau. Makin tidak bisa diandalkan untuk diminum. Mungkin masih bisa untuk mandi, cuci, dan kakus. Tapi untuk dimasak dan diminum, rasanya sudah tak sehat lagi.

Sebagian warga yang berduit kemudian membuat sumur bor dengan kedalaman puluhan meter. Air memang deras. Saban kemarau, si empunya sumur tidak khawatir kekurangan air. Namun, pembuatan sumur bor yang mengambil air di bawah tanah, berpotensi merusak lingkungan. Banyak kejadian, pembuatan sumur bor membuat sumur sekitarnya menjadi kering. Sebab, air di sumur warga tersedot ke sumur bor.

Kesimpulannya, kota ini membutuhkan cara agar air bisa ditabung saat musim hujan dan bisa dipanen saat musim kemarau. Mengapa ini penting? Sebab, yang dibutuhkan itu ialah pasokan yang cukup. Soal apakah  itu layak minum atau tidak, kemajuan teknologi memudahkan orang mendapatkan air minum yang sehat. Di situlah urgensinya Pure It. Namun, sebelum membahas soal pemurnian, kita balik ke cara menabung air ini.

Ada banyak cara yang bisa dilakukan sebuah kota untuk menabung air. Cara yang cukup mahal tapi mendulang air bersar ialah dengan membuat embung. Embung atau kolam besar buatan memang diperuntukkan menampung air hujan. Jadi, saat hujan, air bisa ditabung dalam embung dan menjadi genangan besar. Ini adalah cadangan air dalam skala besar. Namun, cara ini membutuhkan biaya yang besar.

Selain membuat embung, sebuah kota juga bisa membuat bendungan. Sama halnya dengan embung, bendungan bisa menampung air dalam jumlah besar. Namun, lantaran hampir semua kota sekarang sulit mendapatkan pasokan air sungai, ide ini sulit diejawantahkan. Apalagi, pembuatan dam semacam ini butuh duit yang besar, lebih besar ketimbang membuat embung.

Cara ketiga, dan ini paling memungkinkan ialah membuat lubang resapan biopori. Lubang ini diperkenalkan seorang dosen asal Institut Pertanian Bogor (IPB), Kamir Raziudin Brata. Kebetulan dalam setahun belakangan, penulis aktif mengikuti isu ini dengan beberapa kali meliput soal biopori.

Apa alasan biopori ini dipilih sebagai ikhtiar menabung air pada musim hujan dan mendulangnya pada musim kemarau? Sebab, biaya yang dibutuhkan untuk program ini terjangkau masyarakat. Kemudian, jika dilakukan secara masif, manfaatnya sama seperti kita membuat embung atau dam. Semakin banyak lubang resapan biopori dibikin, semakin baik. Termasuk untuk daerah-daerah yang masih terjaga kelestarian hutan kotanya.

Lubang resapan biopori ini dibuat menggunakan alat panjang sebagai pengebor. Cukup bermodal tak sampai seperempat juta, kita bisa membeli alat ini. Ujungnya yang berpulir, memudahkan kita membuat lubang. Baiklah, penulis ulas sedikit tata cara membuat lubang resapan biopori ini. Kita butuh kedalaman satu meter untuk membuat lubang dengan diameter sekira 10 sentimeter itu. Jika tanahnya gembur, 10 menit adalah waktu yang dibutuhkan untuk menggali. Jika tanah berbatu, lebih baik dihindari. Kalau tanahnya kering, siram dahulu dengan air.

Jika lubang sudah ada, mau diapakan? Isilah lubang dengan sampah organik, semisal daun, sisa makanan, dan sebagainya. Isi saja sampai penuh. Ini untuk memancing mikroorganisme di dalam lubang. Sebab, kalau sudah busuk dan ada mikroorganisme, seperti cacing, di dinding lubang akan ada lubang-lubang lain. Lubang inilah yang menjadi saluran air saat hujan. Air menyebar ke mana-mana, termasuk diserap pohon yang ada di sekitar.

Jika sudah penuh dengan sampah, lubang ditutup. Penutup bisa menggunkan plastik, keping CD, atau bikin dengan cor semen sederhana. Gunanya agar tidak membahayakan. Jika lubang kita buat di pinggir jalan, lebih baik pakai cor semen supaya kuat. Jika dilindas ban kendaraan, masih kuat.

Nah, jika sudah terisi, setiap minggu mesti dicek. Sampah yang sudah membusuk, biarkan saja dulu. Masukkan sampah baru. Barulah setelah sebulan, sampah diambil sebagai pupuk kompos. Lalu, di mana gunanya menabung air?

Lubang resapan biopori yang dibuat di rumah, minimal lima buah, akan menjadi cadangan saat kemarau. Sumur kita akan terisi dengan baik dan selalu tersedia saat kemarau. Efektivitas lubang resapan biopori makin bagus jika lingkungan kita juga membuat biopori. Misalnya, seluruh tetangga kita mau membuat lubang resapan ini. Semakin dibuat lubang, semakin banyak air yang ditabung. Ilustrasinya sama seperti kita menabung uang. Semakin banyak kita menabung uang saat bekerja, kita akan mendapatkan uang yang cukup saat memasuki usia pensiun. Sama dengan air. Kalau kita menabung dengan baik, pasokan air saat kemarau juga mencukupi. Semoga sampai di sini jelas.

Nah, sekarang, untuk memenuhi air yang berstandar sehingga bisa dikonsumsi, teknologi makin memudahkan. Tentu tadi itu, syaratnya, air yang mau dimurnikan jumlahnya banyak. Percuma ada teknologi yang bisa memurnikan air dan menjadikannya layak minum kalau airnya enggak ada.

Kita simak mengapa Pure It ini cukup layak dijadikan teknologi untuk menjamin bahwa air yang kita minum sesuai dengan syarat kesehatan.

Yuk kita simak dulu regulasi yang menyebut soal ini. Penulis kutip ini dari http://yukiberbagisehat.blogspot.com. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1405/Menkes/SK/XI/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri, terdapat pengertian mengenai air bersih yaitu air yang dipergunakan untuk keperluan sehari-hari dan kualitasnya memenuhi persyaratan kesehatan air bersih sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dapat diminum apabila dimasak. Parameter kualitas air bersih yang ditetapkan dalam Permenkes 416/1990 terdiri atas persyaratan fisik, persyaratan kimiawi, persyaratan mikrobiologis.

Berikut ini adalah persyaratan air layak dikonsumsi:

1.PersyaratanFisik

Persyaratan fisik yang harus dipenuhi pada air minum yaitu harus jernih, tidak berbau, tidak berasa dan tidak berwarna. Sementara suhunya sebaiknya sejuk dan tidak panas. Selain itu, air minum tidak menimbulkan endapan. Jika air yang kita konsumsi menyimpang dari hal ini, sangat mungkin air telah tercemar.

2.Persyaratan Kimia

Dari aspek kimiawi, bahan air minum tidak boleh mengandung partikel terlarut dalam jumlah tinggi serta logam berat (misalnya Hg, Ni, Pb, Zn,dan Ag) ataupun zat beracun seperti senyawa hidrokarbon dan detergen. Ion logam berat dapat mendenaturasi protein. Di samping itu, logam berat dapat bereaksi dengan gugus fungsi lainnya dalam biomolekul. Karena sebagian akan tertimbun di berbagai organ terutama saluran cerna, hati dan ginjal; organ-organ inilah yang terutama dirusak

3.Persyaratan Mikrobiologis

Bakteri patogen yang tercantum dalam Kepmenkes yaitu Escherichia colli, Clostridium perfringens, Salmonella. Bakteri patogen tersebut dapat membentuk toksin (racun) setelah periode laten yang singkat yaitu beberapa jam. Keberadaan bakteri Coliform (E. Coli tergolong jenis bakteri ini) yang banyak ditemui di kotoran manusia dan hewan menunjukkan kualitas sanitasi yang rendah dalam proses pengadaan air. Makin tinggi tingkat kontaminasi bakteri coliform, makin tinggi pula risiko kehadiran bakteri patogen, seperti bakteri Shigella (penyebab muntaber), S. Typhii (penyebab tifus), kolera, dan disentri.

Nah untuk air dengan kondisi yang di bawah standar kesehatan di atas, sangat dianjurkan memiliki sarana atau insfrastruktur pengolahan air. Tujuannya, untuk meningkatkan kualitas air yang ada menjadi lebih baik. Hal ini wajib dilakukan demi menjaga kesehatan dan kelangsungan hidup kita dan juga generasi selanjutnya. Mengingat bahwa tidak semua kondisi air yang buruk itu terlihat mata, lebih baik kita mengantisipasi dengan menggunakan sarana pengolahan atau penyaringan air yang sudah ada dan terbukti keunggulannya.

Di titik inilah, teknologi yang ditaja Pure It, menemukan momentumnya. Penulis mengutip informasi ini dari http://www.pureitwater.com. Pure It adalah cara mudah, praktis dan dengan harga yang terjangkau untuk mendapatkan air minum yang terlindungi dari kuman berbahaya. Pure It tidak memerlukan sambungan ke keran. Kemudian, alat praktis digunakan. Tinggal tuangkan air tanah/PAM mentah yang biasa dimasak untuk minum ke dalam Pure It. Kapasitas yang mampu ditampung mesin ini lumayan besar yakni kapasitas wadah atas atas 9 liter dan wadah transparan 9 liter. Tak hanya soal teknologi, kesan elegan juga tampak di produk yang sudah diperiksa di ITB dan IPB ini. Pure It tersedia dalam dua warna pilihan: putih biru dan putih marun. Terserah kita memilih yang mana.

Secara ringkas, tahap kerja alat ini dimulai dari saringan serat mikro. Di sinilah semua kotoran difilter. Kalau sumber air kita masih bagus hasil tabungan biopori, tentu memudahkan sistem ini bekerja. Logikanya, lebih mudah mendapatkan air yang bagus dengan kondisi yang lumayan baik ketimbang sangat kotor. Jangan khawatir dengan benda asing yang terbawa dalam air yang kita masukkan ke dalam alat ini.

Kemudian alat ini punya filter karbon aktif. Gunanya menghilangkan parasit dan pestisida berbahaya. Selain itu, Pure It juga mengusung prosesor pembunuh kuman. Dengan programmed disinfection technology, Pure It mampu menghilangkan bakteri dan virus berbahaya yang tidak terlihat.

Terakhir, alat ini mempunyai penjernih. Tugasnya ialah membuat air jernih, tidak berbau dengan rasa yang alami. Di sinilah akhir saat air layak diminum sesuai dengan standar kesehatan tadi.

Benar bahwa air dari sumur kita bisa dimasukkan ke Pure It, untuk kemudian diolah dan menjadi air yang layak minum. Namun, kita butuh teknik yang menjaga keberlangsungannya. Dengan lubang resapan biopori, ada jaminan bahwa air tersedia terus-menerus. Baik saat musim hujan maupun musim kemarau.

Teknologi memang memudahkan kita sekarang. Persoalan kebutuhan akan air bersih sudah selesai di titik ini. Pure It menjamin bahwa air yang kita minum sehat dan sesuai dengan standar kesehatan. Sedangkan lubang resapan biopori menjamin ketersediaan air tanah yang bisa kita dulang kapan pun. Sumur kita akan terisi penuh, Pure It kita pun bisa bekerja dengan maksimal. Dan standar serta syarat air yang layak konsumsi pun kita penuhi.

Air kebutuhan urgen manusia. Sebagian besar tubuh kita terdiri dari air. Orang yang kekurangan pasokan air minum acap terkena gangguan ginjal. Padahal, minum air putih ini tidak sulit. Tapi senyatanya, ada banyak orang yang terganggu ginjalnya lantaran kekurangan pasokan air putih.

Mungkin ada kendala pada seberapa yakin konsumen meminum air kemasan yang tersedia banyak di toko dan swalayan. Mungkin mereka ragu bahwa ada bahan asing yang membahayakan dalam air yang diminum.

Di kantor misalnya, air galon menjadi favorit karyawan untuk melepas dahaga. Namun, keyakinan kita terhadap kualitasnya itu kadang belum seratus persen. Andai ada Pure It, barangkali persoalan itu menjadi berkurang, atau bahkan hilang sama sekali. Dengan teknologi yang dipaparkan di atas, mesin Pure It yang ada di kantor kita memberikan jaminan bahwa air minum yang kita konsumsi itu bersih dan menyehatkan. Soal biaya, dengan kisaran harga tak lebih dari tujuh ratus ribu perak, perusahaan sudah memberikan investasi kesehatan untuk pekerjanya.

Secara langsung, korporasi memberikan jaminan kesehatan untuk pekerjanya. Boleh jadi, penyakit diare, muntaber, atau sakit ginjal, bisa dihindari oleh karyawan karena mereka yakin dengan kebersihan air minum yang dituang dari Pure It. Dan setiap orang tidak usah susah membuka tutup galon yang mengangkatnya untuk dituang ke dalam dispenser. Dengan Pure It, setiap orang bisa memasukkan jumlah  yang ia butuhkan, dan menuangkannya ke dalam gelas pribadinya. Air terasa segar saat diminum dan menyehatkan ketika diserap tubuh.

So bikin deh biopori sebanyak-banyaknya di rumah. Tabunglah air di musim hujan, dan dulanglah saat musim kemarau. Soal apakah ia layak diminum atau tidak, akan selesai jika dimasukkan ke dalam Pure It. Biarlah mesin itu bekerja dan kita tinggal menikmati hasilnya. Semoga tulisan di blog ini ada manfaat dan minim mafsadat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun