Usai anak kedua lahir, saya berkeinginan membuat akun asuransi pendidikan kepada teman tadi. Namun, pergaulan yang luas membuat saya mengenal agen asuransi lainnya. Dan teman baru ini serupa baiknya. Perkenalan awal kami berbincang topik lain. Singkat kata, silaturahim berjalan dengan baik. Suatu waktu, ia mempromosikan asuransi syariah yang ia ikuti sebagai agen. Saya menyimak dengan baik. Lantaran penjelasan soal asuransi syariah yang ini juga mudah saya pahami, saya tertarik. Tak lama, kami berakad.
Dan sama seperti pengalaman yang lalu, silaturahim antara saudara masih terjalin. Perbincangan tak lagi sekadar urusan polis, premi, dan hal-hal seputar asuransi. Tapi berkembang ke hal lain yang bermanfaat.
*
Membahas asuransi syariah memang tiada habisnya. Konten pun bisa beragam. Topik bisa beraneka macam. Mendedahkan pun bisa dari banyak sudut pandang. Soal bahwa asuransi syariah ini bagian dari nilai Islam yang rahmatan lil alamin, semua sudah paham. Bahkan pakar marketing, Hermawan Kertajaya saja sepakat dengan asuransi syariah.
Mengapa penulis menitikberatkan pada pola hubungan atau silaturahim antara agen yang dalam hal ini mewakili korporasi, dengan kita sebagai klien, menurut penulis, inilah poin utamanya. Kalau memang asuransi syariah mendasarkan gerak langkahnya pada syariat Islam, silaturahimlah yang bisa menjembataninya. Mana mungkin orang dengan ikhlas ikut ke suatu asuransi jika tak yakin dengan pembawa pesannya yang dalam hal ini dijalankan oleh agen. Kita yakin dengan produk asuransi syariah, bukan sekadar karena korporasi yang menaunginya kuat. Bukan pula karena ada jaminan bagi hasil. Tetapi kita meyakini kebenaran informasi dan performa asuransi itu lantaran si penyampai pesannya bisa dipercaya.
Asuransi syariah adalah bentuk muamalah antara kita dengan agen. Muamalah yang baik tentu dibangun dengan hubungan silaturahim yang hangat. Jika kita ada yang tak jelas, agen harus mau menjelaskan. Jika ada poin yang tidak kita mengerti, agen seharusnya memberikan titik terang. Termasuk saat kita mau mengurus polis, agen yang baik harus mau membantu.
Pemegang polis berpikir sederhana saja sebetulnya. Ia ingin asuransi syariah yang ia ikuti bisa membawa maslahat. Maka itu, ia ingin komunikasinya dengan korporasi berlangsung dengan hangat. Dan peran itu dimainkan oleh sang agen.
Kita ingin menempatkan asuransi syariah ini pada posisi yang ideal. Posisi di mana kedua pihak saling tolong-menolong dan sepakat dalam akad yang saling menguntungkan. Buat penulis, di situlah esensi asuransi syariah. Di noktah itulah yang membedakan antara syariah dan konvensional. Tak melulu bicara target premi, namun lebih kepada jalinan silaturahim.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H