Mohon tunggu...
Adi Alson
Adi Alson Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis

"You are the hero of your own story".

Selanjutnya

Tutup

Money

PLTS ATAP : Untung atau Buntung?

22 Desember 2021   17:12 Diperbarui: 22 Desember 2021   17:14 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
PLTS Atap (Sumber Gambar : Adi Alson)

Transisi energi dari energi fosil menuju energi baru dan terbarukan baru saja memasuki gerbangnya. Pemanfaatan yang masih minim menjadi tantangan bagi negara kepulauan terbesar di dunia ini. Dengan potensi yang besar menjadi keuntungan tersendiri untuk beralih ke dimensi energi yang lebih ramah lingkungan.

Luas wilayah Indonesia sekitar 1.904.569 km2 dan potensi energi baru dan terbarukan sekitar 400 GW dengan sekitar 207 GW berasal dari energi surya. Potensi yang sangat besar dari energi yang berasal dari matahari ini berbanding terbalik dengan pemanfaatan yang telah direalisasikan. Saat ini pembangkit listrik tenaga surya terpasang baru mencapai 0,07% atau 135 dari keseluruhan 11% pembangkit EBT terpasang.

Perkembangan bauran EBT yang sangat lambat ini menjadi kendala besar mengingat target 23% ditahun 2025. Dengan realisasi EBT yang baru mencapai sekitar 11% menjadi pekerjaan rumah yang cukup sulit terealisasi hanya dalam beberapa tahun.

Upaya percepatan bauran terus dikebut oleh pemerintah dengan memprioritaskan PLTS sebagai program prioritas untuk menggenjot bauran 23% ditahun 2025. PLTS dinilai salah satu energi yang mudah didapatkan dan potensi melimpah, serta proses instalasi yang cepat dan cukup mudah.

Dari beberapa jenis pembangkit listrik tenaga surya (PLTS), PLTS rooftop atau atap menjadi salah satu yang menarik. Masyarakat dapat memanfaatkan langsung di atap-atap rumah mereka. Pemasangan PLTS rooftop lebih fleksibel karena tidak membutuhkan area lahan yang luas, cukup memanfaatkan luasan atap rumah, perkantoran ataupun pabrik.

Saat ini pemerintah sangat mendorong pemanfaatan PLTS rooftop karena biaya investasi yang tidak terlalu mahal karena tergantung pada lokasi masing-masing dan juga beban terpasang yang ada di masing-masing rumah. Kapasitas terpasang PLTS rooftop saat ini baru 31 MW dengan potensi mencapai 32.000 MW baik di rumah tangga, bisnis, kantor pemerintah dan yang lainnya. PLTS atap mengalami peningkatan konsumsi lebih dari 1000% dibanding tahun 2018 dengan jumlah pelanggan sekitar 4000 pelanggan dari semula 350 pelangga, angka ini akan terus naik seiring perkembangan PLTS.

Pertumbuhan ekonomi di Indonesia per triwulan II tahun 2021 tumbuh sebesar 7,07%. Angka pertumbuhan ini menjadi yang tertinggi sejak 16 tahun terakhir. Dari data ini menunjukkan bahwa pemulihan ekonomi yang terus belanjut ditengah pandemi covid-19. Dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia ini, apakah ini saatnya melakukan investasi dan beralih ke PLTS rooftop? Apakah dengan memasang PLTS rooftop masyarakat akan UNTUNG? Atau bahkan malah BUNTUNG?

Biaya investasi awal yang besar menjadi salah satu pertimbangan bagi masyarakat untuk memasang dirumah mereka. Selain itu, berapa lama biaya investasi tersebut dapat kembali. Beberapa hal ini perlu dipertimbangkan dan tentu memerlukan perhitungan ekonomi yang matang mengingat tidak semua tingkat ekonomi di Indonesia merata.

Biaya investasi awal pemasangan PLTS rooftop berkisar 15 sampai 25 juta per KW nya. Angka yang cukup besar untuk skala rumah tangga. Bila investasi awal pemasangan PLTS sebesar 20 Juta, masyarakat bisa mendapatkan semua komponen dari PLTS. Namun dengan lifetime dari PLTS yang cukup panjang hingga 20-25 tahun cukup menjanjikan.

Sebagai contoh total beban di sebuah rumah tangga sebesar 780 watt terhubung ke jaringan PLN sebesar 1300 Watt. Dengan masing-masing beban 10 lampu LED 15 watt menyala selama 12 jam, pompa 375 watt selama 4 jam, mesin cuci 200 watt selama 1 jam, rice cooker 300 watt selama 2 jam, TV LED 50 watt selama 12 jam dan kulkas 120 watt selama 24 jam. Dari beban tersebut energi yang terpakai setiap per hari mencapai 6,62 Kwh dan tarif listrik Rp. 1.444,70 rupiah untuk daya 1300 VA. Maka biaya tagihan listrik per bulan sebesar Rp. 286.918 rupiah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun