Pengambilan keputusan dalam akuntansi di perusahaan manufaktur tidak hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor teknis dan ekonomi, tetapi juga oleh faktor psikologis. Faktor psikologis seperti bias kognitif, persepsi risiko, dan tekanan emosional dapat mempengaruhi bagaimana manajer dan akuntan membuat keputusan yang berkaitan dengan pelaporan keuangan, penganggaran, dan investasi.
Bias Kognitif: Bias kognitif seperti overconfidence (keyakinan berlebihan) dapat menyebabkan manajer membuat estimasi yang terlalu optimis mengenai pendapatan dan keuntungan di masa depan. Akibatnya, keputusan investasi atau penganggaran mungkin terlalu agresif, mengabaikan potensi risiko dan tantangan yang ada.
Persepsi Risiko: Persepsi terhadap risiko juga memainkan peran penting. Manajer yang memiliki aversi risiko tinggi mungkin akan cenderung memilih strategi akuntansi yang konservatif, seperti menunda pengakuan pendapatan atau memilih metode depresiasi yang lebih lambat untuk mengurangi laba yang dilaporkan.
Tekanan Emosional: Tekanan dari pemegang saham, atasan, atau situasi ekonomi yang tidak menentu dapat mempengaruhi keputusan akuntansi. Manajer mungkin merasa terdorong untuk memanipulasi laporan keuangan agar terlihat lebih baik dalam jangka pendek, meskipun ini bisa merugikan perusahaan dalam jangka panjang.
Contoh Kasus:
Misalkan ada sebuah perusahaan manufaktur, PT Maju Jaya, yang sedang menghadapi situasi ekonomi yang tidak menentu. Dalam situasi ini, CEO PT Maju Jaya, yang dikenal sangat optimis dan sering mengalami bias overconfidence, memutuskan untuk membuat proyeksi penjualan yang sangat tinggi untuk tahun depan. Berdasarkan proyeksi ini, tim akuntansi memutuskan untuk mencatat pendapatan yang lebih tinggi dalam laporan keuangan triwulan ini, dengan harapan bahwa hal ini akan meningkatkan harga saham perusahaan.
Namun, dalam kenyataannya, penjualan tidak mencapai proyeksi yang dibuat karena adanya perubahan mendadak dalam permintaan pasar. Akibatnya, PT Maju Jaya menghadapi penurunan pendapatan yang signifikan, dan laporan keuangan berikutnya menunjukkan kerugian yang besar. Investor mulai kehilangan kepercayaan, dan harga saham turun drastis.
Dalam kasus ini, bias overconfidence CEO telah menyebabkan pengambilan keputusan akuntansi yang kurang hati-hati, memperlihatkan bagaimana faktor psikologis dapat berdampak negatif pada kinerja perusahaan.
Kesimpulan:
Studi ini menunjukkan bahwa faktor psikologis memainkan peran penting dalam pengambilan keputusan akuntansi di perusahaan manufaktur. Oleh karena itu, penting bagi perusahaan untuk menyadari dan mengelola faktor-faktor ini dengan baik melalui pelatihan, evaluasi risiko yang objektif, dan pengembangan budaya perusahaan yang mendukung keputusan yang berbasis data dan realistis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H