Mohon tunggu...
Abebah Adi
Abebah Adi Mohon Tunggu... lainnya -

Seseorang yang percaya bahwa masa lalu hanyalah kenangan saja untuk dijadikan bahan evaluasi. Hidup adalah saat ini berharap dapat berusaha untuk menjadi lebih baik dari masa yang telah lalu, masa yang akan datang masih mistery hanya Alloh SWT. saja yang paling mengetahui.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kunjungan Tematik atau Berdarmawisata?

1 Maret 2016   15:30 Diperbarui: 1 Maret 2016   15:46 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Anak SD setiap beberapa tahun sekali biasanya sangat antusias menyambut "kunjungan tematik" ke beberapa objek yang dipandang berkesuaian dengan tema pelajaran yang ditekuninya. Esensi dari kunjungan tematik terkadang masih saru dengan "darmawisata" seperti yang dilakukan oleh anak-anak SD jaman sebelumnya. Padahal latar belakang pembelajaran dengan metoda tematik mempunyai aspek yang penting, bahwa pada usia tersebut seluruh aspek perkembangan kecerdasannya seperti IQ, EQ, dan SQ peserta didik masih dalam taraf tumbuh dan berkembang yang sangat luar biasa. Umumnya tingkat perkembangannya masih memandang bahwa segala sesuatu itu sebagai sesuatu keutuhan ( holistik ) serta mampu memahami hubungan antara konsep secara sederhana dimana proses pembelajarannya masih bergantung pada objek-objek konkrit dan pengalaman yang dialami peserta didik secara langsung di lapangan. http://www.slideshare.net/fatimahsyahfistp/tematik-makalah-sekolah-dasar)

Pembelajaran tematik merupakan hasil pembaharuan dari kurikulum pendidikan dasar dimana pada saat itu dilakukan secara terpisah, misalnya, mata pelajaran Agama 2 jam pelajaran, BHS Indonesia 2 jam pelajaran, IPS 2 jam pelajaran atau matematika 2 jam pelajaran begitu pula dengan pelajaran yang lainnya. Dalam penyampaian materinya pun masih monoton tanpa dikaitkan dengan materi pelajaran yang lain. Padahal pada usia tersebut pemikiran peserta didik masih bersifat holistik, sehingga pembelajaran terpisah malah menyulitkan mereka

Jangan sampai Guru terjebak kepada kebiasaan lama, masih saja terdapat guru dan orang tua murid yang dalam merencanakan kunjungan lapangan bagi anak didiknya masih tidak beranjak kepada kebiasaan lama yaitu bersenang-senang dan refresing bersama saja. Kunjungan tematik ke objek wahana permainan raksasa yang sangat terkenal, bukan jelek untuk anak pelajar SD/MI, namun mbok ya kunjungannya ke lokasi yang paling tepat saja misalnya, Musium Geologi milik Pemerintah, Kebon Binatang atau bisa saja ke Industri pengolahan pangan seperti Industri pengolahan susu dan Industri pengolahan daging atau Industri pengolahan makanan lainnya. Bahkan Jika pemerintah mengganggap penting akan kunjungan tematik yang sesuai dengan tema yang sedang di pelajari oleh peserta didik tingkat SD atau MI, bisa saja mengikuti arus yang saling menunjang antara anak-anak Sekolah SD/MI yang ada di perkotaan dengan yang terdapat di daerah bahkan untuk anak-anak sekolah dasar yang berada di lokasi terpencil.

 Anak-anak dari sekolah perkotaan mengunjungi objek tematik yang terdapat di pedesaan dan pesisir dan anak-anak dari Desa ke lokasi yang menarik perhatian mereka di kota besar, bahkan untuk sekolah SD/ MI yang letaknya didaerah terpencil bukan saja mereka yang mendatangi tempat kunjungan tematik yang letaknya jauh di perkotaan karena alasan dana yang kurang mendukung, tetapi pemerintah, lembaga yang menyangkut pendidikan dasar atau bisa saja Industri yang ada di daerah tersebut diharuskan membuat program untuk mengunjungi mereka. Selain disampaikan oleh tutor yang komunikatif juga mereka membawa serta media atau alat peraga yang menarik dan mudah di cerna oleh anak-anak tingkat sekolah dasar. 

Jangan sampai demi mengusung pendidikan tematik untuk anak-anak Sekolah Dasar, justru semakin jomblang dan semakin sulit untuk diterima oleh anak-anak dari daerah yang tidak berkemampuan. Anak kota yang belum melihat hewan kerbau, itik atau peternakan domba/kambing/ sapi perah atau tanaman pangan yang umum dibudidayakan di daerah barangkali dapat melihat langsung secara riil di lapangan. Sedangkan sebaliknya, anak sekolah Desa dan pesisir yang belum mengetahui Musium Geologi, Taman Mini Indonesia Indah atau industri pengolahan pangan, mereka, dapat menangguk pengalaman  menarik yang akan menambah wawasannya

Pendidikan tematik selain menuntut perbaikan pada kualitas dan kreatifitas guru, sarana prasarana penyampaian pelajaran tematik juga memerlukan sumber informasi yang banyak disamping menuntut kemampuan belajar siswa didik yang baik terutama dalam aspek intelegensi.

Semoga dengan kunjungan tematik anak-anak Indonesia ke obyek-obyek yang tepat diharapkan wawasan dan pengalaman mereka dapat bertambah sesuai umur dan jenjang pendidikannnya demi untuk masa depan mereka..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun