Mohon tunggu...
Abebah Adi
Abebah Adi Mohon Tunggu... lainnya -

Seseorang yang percaya bahwa masa lalu hanyalah kenangan saja untuk dijadikan bahan evaluasi. Hidup adalah saat ini berharap dapat berusaha untuk menjadi lebih baik dari masa yang telah lalu, masa yang akan datang masih mistery hanya Alloh SWT. saja yang paling mengetahui.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pagi di Lereng Bukit, Perempuan Perkasa Menganyam Kehidupan Rumah Tangganya

31 Agustus 2013   16:20 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:34 369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pagi ini Sabtu 31 Agustus 2013 ketika matahari mulai berjaya memancarkan sinar cerah di ufuk timur, saya mulai mempersiapkan segala keperluan yang dibutuhkan dalam perjalanan pendek menyusur bukit kecil tidak jauh dari rumah (sekitar 7 km). Sebetulnya jalan-jalan kali ini sudah direncanakan sebelumnya agar dapat naik bukit menyusur jalan setapak dimulai dari pintu gerbang tapal kuda Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, terus menyisir jalanan setapak menuju perut bukit, tidak berniat untuk menggapai puncaknya, hanya sekedar ingin dapat melihat hamparan Kota Cianjur  dari ketinggian yang cukup memadai saja. Biasanya sebelum sampai dipuncak bukit yang banyak tumbuh tanaman keras dipenuhi berjajarnya pohon pinus dan Rasamala milik Perhutani, di lerengnya di lahan milik masyarakat  tumbuh subur pohon-pohon bambu dan albasia, kebetulan saat ini masyarakat sedang mulai bergiat menanam pohoh keras jenis baru, yaitu Jabon atau mereka sering menyebut sebagai Jati Bongsor yang dapat mulai di panen ketika berumur 10 tahun saja. Maka ditempat yang agak landai, saya berniat untuk berhenti sebentar sekedar melepas penat sambil memperhatikan sekeliling karena biasanya di waktu tertentu, ketika matahari naik sepenggalah maka perempuan-perempuan perkasa akan turun.

[caption id="attachment_262627" align="aligncenter" width="300" caption="Keadaan disekitar bukit Tapal Kuda"][/caption]

Sudah lama saya mengincar mereka menggunakan kamera poket,  mempunyai kesempatan berpapasan dengan perempuan ini ketika   menuruni lereng bukit, pundaknya dipenuhi beban berat berupa ranting-ranting tanaman keras, kayu-kayu lapuk atau buluh-buluh bambu tidak terpakai, materi itu sengaja di kumpulkan kemudian diikat menjadi satu agar mudah diangkut dipunggungnya yang tampak biasa-biasa saja malah diantaranya terlihat ringkih.  Kayu dan buluh bambu ini  biasanya digunakan sebagai bahan bakar dirumahnya masing-masing agar senantiasa dapat menghangatkan dan memasak panganan untuk seluruh anggota keluarga, sungguh perkasa perempuan-perempuan yang diantaranya ada yang sudah  seumur paruh baya.

[caption id="attachment_262629" align="aligncenter" width="300" caption="Foto doc.pribadi"]

1377937408539535313
1377937408539535313
[/caption]

Pertama kali  dapat kesempatan berpapasan dengan mereka hanya kebetulan saja, merasa  terkagum  ketika musim hujan beberapa tahun lalu pada saat saya berjuang dengan kemampuan sendiri untuk naik bukit yang tanah jalan setapaknya sebagian terinvasi oleh tanaman sejenis perdu sehingga menyusahkan untuk mencari pijakan, disamping itu tanah yang semalam tersiram hujan menyebabkan pijakan sering terpeleset menyebabkan tubuh tergelincir. Tapi perempuan-perempuan itu dengan santainya menuruni lereng meniti tanah licin yang setiap saat dapat menggelincirkan tubuh beserta beban berat muatanya ke lembah, mereka asik menikmati perjalanan sambil ngobrol dengan sesamanya. Sedikit gambaran  ketika mengamati mereka untuk pertama kali, beban muatannya saja diperkirakan sekitar 40 – 50 kg, berat  tubuh mereka saya lihat sekitar 50  – 60 kg, jalan setapak bergelombang yang licin dengan kemiringan sekitar 30 - 45 derajat, saya hanya dapat membayangkan bagaimana mereka  dapat  menyeimbangkan tubuh beserta beban beratnya sehingga dapat melaju dengan santai ketika menuruni bukit dengan kemiringan tersebut, hanya teringat saja pelajaran mekanika, fisika ketika jaman SMA dulu, sayangnya sudah lupa lagi kalau tidak dikatakan tidak bisa menghitungnya, yang masih diingat  tentunya beban yang diperjuangkan oleh ibu-ibu tersebut akan semakin besar untuk sampai ke bawah. Itulah sebabnya kenapa banyak kejadian kendaraan bertonase berat ketika menempuh jalanan panjang menurun kadang terperosok menyeruduk liar kemana-mana, kecelakaan tersebut diperkirakan karena susah mengendalikan kendaraan beserta  beban berat yang diangkutnya, agar dapat mengatur laju kendaraan sehingga dapat leluasa memperlambat, berhenti dan meluncur dengan kecepatan tertentu. Banyak alasan karena remnya blong tetapi jika dilihat dari kejadian dilokasi, selain kendaraan oleng, beban muatan di bak truk yang berat menekan  kinerja rem dan mesin, maka supir yang minim jam terbang akan kalang kabut mengendalikan kendaraan  beserta muatannya.

[caption id="attachment_262630" align="aligncenter" width="300" caption="Foto doc.pribadi"]

13779379921946019609
13779379921946019609
[/caption] [caption id="attachment_262633" align="aligncenter" width="300" caption="Foto doc.pribadi"]
13779391551272532202
13779391551272532202
[/caption] Foto doc.pribadi [caption id="attachment_262643" align="aligncenter" width="300" caption="Foto doc.pribadi"]
13779403751373824296
13779403751373824296
[/caption]

Saat ini saya tidak mempunyai kesempatan untuk mengambil gambar mereka ketika sedang menuruni bukit, pohon-pohon bambu baru di panen oleh masyarakat dan sisa potongannya yang tidak terpakai berserakan dimana-mana disamping memang banyak juga batang pohon perdu yang sudah besar menjadi incaran mereka. Maka daripada tidak,  saya  berhasil mengabadikan perempuan perkasa di tanah yang nyaris datar saja, hanya dijalanan setapak yang pernah saya lalui tanpa mengurangi rasa kekaguman saya kepada mereka.

1377939919462150289
1377939919462150289

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun