Mohon tunggu...
Abebah Adi
Abebah Adi Mohon Tunggu... lainnya -

Seseorang yang percaya bahwa masa lalu hanyalah kenangan saja untuk dijadikan bahan evaluasi. Hidup adalah saat ini berharap dapat berusaha untuk menjadi lebih baik dari masa yang telah lalu, masa yang akan datang masih mistery hanya Alloh SWT. saja yang paling mengetahui.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kita Memang Bagian dari Lendir Menjijikan

10 November 2012   16:24 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:39 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1352564515108147081

[caption id="attachment_208581" align="aligncenter" width="300" caption="Photo Koleksi Pribadi"][/caption]

Alangkah suatu keniscayaan aku berada didekatmu

Padat itu memang terlalu banyak isi, kau kegerahan

Kutinju kejamnya dunia teriak bersuara parau, seraknya masih tersisa bau alkohol

Tetap saja kesemuanya memuakan

Terutama panas mendekati 44 derajat dan 80 persen kelembaban udara, menyiksa kita

Tarik saja seulas agar setiap detik dan gerak tidak berbuah resah

Ada sekelumit cerita yang ingin berbagi denganmu hai si acuh tak acuh

dan aku masih mereka-reka sendiri alur nya dimulai dari mana

bisa saja tentang sesuatu yang menerbangkan kita berdua

Bahwa suatu saat dalam tempat dan kisah antah berantah sekonyong-konyong kita berdua menjadi pemeran utamanya

Kita memang bagian dari peluh yang tidak dipedulikan bersuara

aah shit lehermu koo rapuh, tidak kuat lagi menyangga kepalamu

matamu menguning menjelang redup, seribu kunang seperti menari disekitarmu

tidak lah dan aww jangan, tidak perlu tumbang disini nona, malu, tauk

lagian wangi itu diantara sekian bau bertubi-tubi, nyatanya kau masih mampu bersitegak

Kita lihat saja nanti, jika pada suatu hari ada kesempatan denganmu

Aku koo ingin sekali bercerita atau tepatnya mendongeng

Tetapi lebih enak kalau engkau sendiri yang terlebih dahulu mulai bertutur

Tentang apa saja,

bisa dimulai dengan sekumpulan bau dalam sekeranjang tengik

Kita memang masih bagian dari itu bukan...?,

setidaknya saat ini, saat terjejal dalam padat memuakkan

Atau malah kita sudah membusuk, tanpa kita tau dan luput untuk tersadar.

Sudah sampai teriakmu.

nanti dulu memang sejak awal punya tempat tuk dituju

Ah peduli setan, semuanya harus sudah berhenti disini

Satu persatu tubuh-tubuh beringsut menuju arah tertentu

Aku berusaha mengibas-ngibas hidung, seolah tidak yakin masih ada disitu

Tetapi, terkaget, entah dimana indra penting itu berada, semuanya terlihat sama

menjadi cairan lendir menjijikan, merayap,

kemudian tergilas roda raksasa dijalanan beraspal panas

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun