Refleksi Hari Guru : Guru Adalah Lentera Maka Tetaplah menyala bersama mereka
Hari ini (Senin,25/11), di tengah riuhnya peringatan Hari Guru, mari kita berhenti sejenak. Kita renungkan hakikat kehadiran kita di dunia pendidikan. Bukan sekadar menyampaikan pelajaran, bukan hanya tentang menyelesaikan kurikulum, tetapi tentang bagaimana kita mampu membersamai siswa dalam perjalanan hidup mereka.
Menjadi guru adalah pilihan hati, sebuah panggilan jiwa. Kita bukan sekadar pemberi ilmu, tetapi pelita yang menerangi, bahu yang menopang, dan tangan yang menuntun. Di depan mereka yang penuh mimpi, kita adalah harapan. Di tengah kebingungan mereka, kita adalah kompas. Dan saat mereka jatuh, kita adalah pijakan untuk bangkit.
Namun, perjalanan ini tidak mudah. Terkadang, mereka datang dengan luka, membawa cerita yang tak terucapkan. Ada rasa marah, putus asa, dan lelah yang mungkin mereka sembunyikan. Di sanalah kita, sebagai guru, hadir untuk mendengarkan, memahami, dan memberikan ruang bagi mereka untuk tumbuh.
Membersamai siswa berarti lebih dari sekadar mendidik; itu tentang berjalan bersama, bukan di depan mereka, tetapi di sisi mereka. Mengulurkan tangan saat mereka tersandung, memberikan dorongan saat mereka ragu, dan merayakan setiap langkah kecil menuju mimpi mereka.
Hari ini, mari kita bertanya pada diri kita: Apakah kita sudah menjadi guru yang mereka butuhkan? Apakah kehadiran kita memberi makna? Apakah kita telah memberikan cinta yang mereka rindukan?
Di Hari Guru ini, mari kita perbarui komitmen kita. Kita tidak hanya mendidik otak mereka, tetapi juga hati mereka. Kita tidak hanya mengajarkan pelajaran, tetapi juga kehidupan. Karena mereka bukan hanya siswa, mereka adalah anak-anak harapan bangsa, dan tugas kita adalah memastikan mereka menemukan jalan terang di masa depan.
Guru adalah lentera.Â
Tetaplah menyala
Tetaplah bersama mereka.Â