Dikutip dari Jurnal Ilmu Pendidikan dan Psikologi dengan judul "Krisis Moral dan Etika Pada Generasi Muda Indonesia", etika dan moral merupakan suatu hal yang penting untuk diperhatikan. Apalagi pada saat ini terjadi penurunan etika dan moral pada generasi muda. Terjadinya hal ini, tentu menjadi perhatian yang harus segera dibenahi dan diselesaikan. Krisis etika dan moral dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain faktor keluarga, sekolah dan wawasan, keyakinan yang menyimpang, budaya dan manusia,  dan  penyimpangan teknologi.
Bersumber dari Jurnal Pendidikan dan Sosial Humaniora dengan judul "Pentingnya Etika dan Moral dalam Pendidikan", secara etimologi Etika berasal dari bahasa Yunani adalah "Ethos", yang biasanya berkaitan erat dengan perkataan moral yang merupakan istilah dari bahasa Latin, yaitu "Mos", dan dalam bentuk jamaknya "Mores", yang berarti juga adat kebiasaan atau cara hidup seseorang dengan melakukan perbuatan yang baik (kesusilaan), dan menghindari dari hal-hal tindakan yang buruk. Etika dan moral lebih kurang sama pengertiannya, tetapi dalam kegiatan sehari-hari terdapat perbedaan, yaitu moral atau moralitas untuk penilaian perbuatan yang dilakukan, sedangkan etika adalah untuk pengkajian sistem nilai-nilai yang berlaku.
Etika dapat diartikan sebagai nilai moral yang menjadi landasan bagi seseorang dalam mengatur tingkah laku dalam kehidupan bermasyarakat. Dapat analogikan jika orang berbicara tentang Etika beragama maka tidak dimaksudkan ilmu, melainkan masuk kedalam sistem nilai. Sistem nilai ini dapat berfungsi dalam hidup manusia perorangan maupun pada taraf sosial. Etika juga diartikan sebagai kumpulan asas atau nilai moral atau dapat dimaksudkan sebagai Kode Etik. Dan etika juga dapat diartikan sebagai ilmu tentang yang baik atau buruk.
Perkembangan teknologi digital yang masif menimbulkan dampak signifikan dalam  beberapa  tahun  terakhir. Jumlah  pengguna Internet di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup drastis. Dari jumlah tersebut, Generasi Z dan  milenial  menjadi  kelompok  penyumbang pengguna internet terbesar di Indonesia.  Inilah  sisi  positif  dari  Internet,  di mana  kedua  generasi  ini nyaman  menerima dan membagikan informasi,  mencari  hiburan  dan  belajar  dengan memanfaatkan internet. Dengan  internet, kita juga  dapat  terhubung  dengan orang  lain melalui  media  sosial.  Namun  perkembangan  teknologi  mempunyai  kelemahan  yaitu kurangnya pemahaman terhadap nilai etika sehingga menimbulkan perilaku menyimpang.
Berbicara soal etika yang menyimpang, akhir-akhir ini kita mendengar kabar seorang tokoh Masyarakat Gus Miftah, seorang pendakwah terkenal, dan seorang pedagang es teh, etika dalam komunikasi dan perlakuan terhadap sesama manusia menjadi sorotan. Video yang viral menunjukkan Gus Miftah melontarkan kata-kata kasar kepada pedagang es teh, yang berusaha mencari nafkah dengan jujur. Ucapan seperti "Es tehmu masih banyak atau tidak? Masih? Ya sana dijual, goblok!" dinilai tidak menghormati pedagang tersebut, menciptakan berbagai reaksi negatif dari masyarakat. Tindakan ini dianggap mencoreng nama baik Gus Miftah sebagai tokoh publik yang seharusnya memberikan contoh baik dalam berperilaku dan berkomunikasi.
Krisis etika seperti ini menunjukkan betapa pentingnya menjaga tutur kata dan sikap, terutama bagi mereka yang memiliki pengaruh besar di masyarakat. Sebagai tokoh publik, Gus Miftah seharusnya menyadari tanggung jawabnya dalam menjaga etika dan sopan santun, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun di media sosial. Ketika etika tidak dijaga, hal ini bisa menimbulkan persepsi negatif dan mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap figur publik tersebut.
Kasus ini memberikan pelajaran penting mengenai pentingnya etika dalam komunikasi, terutama bagi tokoh publik yang memiliki banyak pengikut. Etika adalah fondasi penting dalam interaksi sosial yang sehat dan harmonis. Dalam era digital ini, di mana segala sesuatu dapat dengan cepat menjadi viral, menjaga etika dan sopan santun menjadi semakin krusial. Tindakan yang tidak sesuai etika tidak hanya merugikan individu yang menjadi sasaran, tetapi juga bisa merusak reputasi dan kredibilitas pihak yang melakukannya.
Referensi :
(Devi Ayu Lestari, Wanda Kholisah, and M. Rifqi Januar Supriyanto 2024; ilham hadi, hadi purwanto, annisa miftahurrahmi, fani marsyanda 2019)
(ilham hadi, hadi purwanto, annisa miftahurrahmi, fani marsyanda 2019)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H