Saya sudah beberapa kali kultwit atau menulis artikel terkait BI dan Agus Marto. Sosok yang seharusnya ditanya kenapa Rupiah ini terus melemah. Pemerintah boleh dipertanyakan tetapi sebenarnya BI dan Agus Marto adalah yang bertanggung jawab penuh. Apalagi lembaga bank sentral yakni BI dijamin independensinya. Sehingga segala manuver BI berlandasarkan independensi tersebut.
Beberapa hari lalu, kalau tidak salah hari Kamis atau Jumat, Agus Marto mengkritik pemerintah. Komentar yang mengatakan bahwa penurunan harga BBM tidak boleh mengedepankan pencitraan adalah blunder terparah dia. Sebab entah kenapa dia ikut campur dalam kebijakan penurunan harga BBM ini. Kita tidak tahu kenapa bukan? Kalau kita lihat juga sebenarnya harga minyak sedang turun tajam walaupun Rupiah terus melemah, sehingga tidak salah pemerintah meminta BBM turun. (baca: Gubernur BI: Rencana Penurunan Harga BBM Jangan untuk Cari Popularitas)
Hal ini mendapat protes keras, pertama adalah dari relawan Jokowi (Pemuda Indonesia Hebat). Sekjen PIH, Rhugby Adeana mengatakan bahwa komentar Agus Marto penurunan harga BBM untuk mencari popularitas sangat tidak pantas. Apalagi dia adalah lembaga negara yang seharusnya saling mendukung dengan pemerintah. "Seharusnya ketika lahir seorang pemimpin yang berpihak pada kepentingan rakyat, harus didukung oleh seluruh komponen pendukung pemerintahan termasuk BI," (baca: Ocehan Agus Marto Manuver Kegagalan BI Normalkan Rupiah)
Kedua yang paling keras mengkritik hal tersebut adalah Misbakhun. Dia tidak segan-segan untuk mengingatkan Agus Marto agar menjaga sikapnya. "Ini sudah di luar batas. Tidak pantas ada komentar seperti itu dari Gubernur BI. Berbicara seperti itu bukan porsi gubernur BI tapi porsi politisi.” kata Misbakhun. Hal ini berbanding terbalik bahwa Gubernur BI beserta BI tidak mau diintervensi dalam pengambilan kebijakan, apalagi nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS. (baca: Misbakhun Nilai Gubernur BI Lampaui Batas)
2 protes tersebut ditambah beberapa catatan tentang Agus Marto nampaknya sudah cukup membuat Jokowi mengevaluasi beliau. Kalau kita melihat ke belakang, sebenarnya Agus Marto meninggalkan beberapa catatan hitam. Century dan Hambalang adalah 2 hal yang melekat pada dirinya. Untuk masalah Century, sudah kita ketahui bahwa Agus Marto pernah menjadi saksi kunci yang dipanggil KPK. Tetapi dia tetap berkilah bahwa dirinya tidak tahu menahu masalah Century tersebut. (baca: Agus Marto Jadi Saksi Kasus Bank Century dan Dicecar Century, Agus Marto Mengaku Tidak Tahu)
Dalam kasus Hambalang pun, Agus Marto sering disebut Nazaruddin. Dia juga beberapa kali dipanggil KPK untuk dimintai kesaksian. Tetapi hingga saat ini dia masih bergerak bebas. Bahkan ada statement miring bahwa penunjukkan Agus Marto menjadi Gubernur BI adalah untuk mengamankan dirinya dari kasus tersebut. (baca: Andil Agus Marto di kasus Hambalang versi Nazar)
3 hal tersebut juga memperparah catatan Agus Marto sebagai gubernur BI. Catatan terakhir adalah ketidakmampuan dia dalam menjaga nilai tukar Rupiah terhadap Dollar. Seperti ada upaya pembiaran dalam hal ini. Sampai-sampai DPR meminta BI untuk diaudit. Apa tanggapan Agus Marto? Dia hanya menakut-nakutin bahwa jika BI diaudit akan membuat masyarakat tidak percaya. Sebenarnya ada apa dengan dia? Kenapa takut sekali diaudit? (baca: Agus Marto peringatkan ancaman gejolak pasar jika BI diperiksa BPK)
4 poin penting kekurangan fatal tersebut seharusnya membuat Agus Marto untuk dievaluasi dan kalau perlu diganti. Komentar tentang Kebijakan Penurunan BBM, Keterlibatan dalam Kasus Century, “Bermain” di kasus Hambalang dan Terkesan Membiarkan Nilai Tukar Rupiah Melemah adalah catatan hitam tentang Agus Marto. Semoga Jokowi mendengar tulisan dan suara-suara orang terkait masalah Agus Marto ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H