Mohon tunggu...
Adi Sastra
Adi Sastra Mohon Tunggu... -

seorang yang romantis / @ADSastrawidjaja

Selanjutnya

Tutup

Politik

Akom Sang Koboy Senayan

26 Mei 2015   14:00 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:35 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Baru saja kemarin saya menulis tentang Ade Komarudin (baca: Ade Komarudin Salah Satu Kader Golkar Terbaik). Hari ini saya diberikan buku tentang Ade Komarudin. Tepatnya sih, komik. Kalian mungkin bisa mencarinya di toko buku terdekat. Judulnya “The Koboy Senayan “Akom” karya ilustrator bernama Alga Indria & Associates Design Bureau ini sangant menarik untuk dibaca.

aDi awal pengantarnya diceritakan bahwa Akom adalah seorang anak yang berasal dan disuh di sebuah kampung. Pembentukan karakter, pendidikan agama dan pendidikan sekolah dia lalui dengan semangat. Akom juga pernah mengenyam pendidikan pesantren. Akom semasa kecil diperintah untuk melakukan tirakat sesuai perintah uyutnya yang seorang Naib (Khalifah) dan karena itu Akom memiliki sisi relijiusnya sendiri.

Akom terlahir di dunia pada tanggal 20 Mei 1965 di sebuah desa kecil di bilangan Purwakarta. Nasionalisme Akom mungkin berasal dari Uyutnya yang merupakan seorang veteran. Kalau anda ingin mencari makanan favorit Akom? Jawabannya adalah Belalang Goreng. Dari kecil dia sudah suka makanan ini dan sampai sekarang masih suka.

Pelajaran kepemimpinan dan perjuangan sudah dialami Akom sejak kecil. Dia harus menempuh jarak lebih dari 7 km untuk mencapai sekolahnya. Sejak dari SD Akom sudah dipercaya untuk menjadi seorng ketua kelas. Ketika SMP pun Akom sudah dipercayai oleh warga sekolahnya untuk menjadi ketua OSIS. Semua kegiatan di sekolahnya Akom coba ikuti. Tapi nampaknya dia sangat menyenangi ekskul Pramuka. Ketika masa-masa SMP pun Akom pernah mengalami ujian dalam hidupnya yaitu kelumpuhan. Ya, Akom diberikan ujian kakinya tidak bisa digerakkan untuk jalan kaki. Tapi lambat laun dengan berbagai pengobatan dan latihan Akom melewati ujian tersebut.

Kepercayaan terus mengalir dalam masa pendidikan Akom. Di SMA dia dipercaya kembali menjadi ketua OSIS dan mewakili SMA-nya di lomba cerdas cermat di TVRI. Ketika ingin memilih kuliah, Akom dihadapkan pada situasi yang membingungkan antara memilih Al Azhar Mesir atau UIN. Karena ingin bekerja seperti ayahnya, Akom pun memilih untuk kuliah di UIN Ciputat. Semasa perkuliahannya dia aktif di berbagai kegiatan. Seperti dia mengikuti HMI, PMII dan KAMAI.

Akom memulai langkah politik praktisnya ketika menjabat sebagai Ketua HMI Cabang Ciputat lalu menjadi Ketua PB HMI pada tahun 1988-1990. Akom juga menuliskan biografi Prof. Suhadirman (Pendiri SOKSI) dengan judul “Aku Persembahkan pada Pengadilan Sejarah”

Dalam dunia usaha Akom mencoba mendirikan sebuah perusahaan dengan dibimbing Jacob Utama dan putranya. Dari jerih payahnya sebelumnya dan kredibiltas yang dimilik Akom, dia terpilih menjadi anggota dewan dari Golkar. Dia mendudukui jabatan sebagai anggota komisi V pada tahun 1997-1999 dan itu adalah karir pertama Akom di dunia Legislatif.

Perjuangan Akom ketika menjadi anggota Dewan dimulai ketika dia menjadi pansus Buloggate dan Bruneigate. Di sana julukan Akom “Koboy Senayan” melekat pada dirinya. Di tahun 2001, Akom didaulat menjadi salah satu dari 10 anggota DPR terbaik pilihan wartawan. Karirnya di politik membuat Akom mendapat banyak sekali ancaman dan teror. Tapi bagi dirinya itu sudah sepaket dengan resiko dia ingin membela kepentingan rakyat. Dia tetap melaju dan terbukti dia masuk menjadi anggota Dewan hingga sekarang.

1432623509363647505
1432623509363647505

Itulah Akom. Hingga saat ini karirnya semakin gemilang. Setelah menjadi wisudawan Doktoral terbaik UNPAD. Akom juga dipercaya kembali menjadi ketua SOKSI. Begitulah Akom. Bagaimana pun keadaan dia. Dia akan tetap menjadi Akom yang seperti itu. Diterjang badai pun, prestasinya yang akan menjawab.

Contohlah Akom, sebagaimana dari kecil dia terus berprestasi.

Semoga semakin banyak orang-orang yang seperti Akom ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun