Mohon tunggu...
Adi Sastra
Adi Sastra Mohon Tunggu... -

seorang yang romantis / @ADSastrawidjaja

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Bocornya Anggaran Alutsista, Kemana KPK?

11 Desember 2014   18:26 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:31 517
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kasus korupsi di Indonesia sudah mencapai segala lini. Tidak hanya permainan di bagian keuangan negara seperti Bank. Korupsi juga sempat menyambangi sisi religious negara ini. Sebut saja kasus korupsi pengadaan Al Quran, kasus korupsi anggaran haji atau kasus korupsi penyelewengan dana catering haji. Ketika hampir sisi sudah dikuasai oleh korupsi, lantas kita mau apa?

Pagi ini saya membaca sebuah link berita tentang dugaan kasus penyelewengan dana untuk pengadaan alat di TNI oleh Menteri Pertahanan. Link berita tersebut adalah http://www.thejakartapost.com/news/2014/12/10/red-flag-raised-over-arms-deal.html. Sungguh saya sangat kaget, walaupun saya tahu bahwa korupsi sudah menjalar kemana-mana. Bagaimana tidak kaget, TNI salah satu garda terdepan membela Indonesia telah dirasuki korupsi. Saya tidak habis pikir dan terus berpikir tentang hal tersebut.

Dugaan korupsi ini terletak pada anggaran pembelian sistem roket multi-launcher (MLS) yang dibeli dari Avibras (perusahaan aerospacial dari Brazil).Anggaran diduga melebihi sebesar US $ 134.900.000 dengan nilai MLS sebesar US $ 405.000.000. Inspetorat dalam tubuh TNI sendiri sudah menandai beberapa kejanggalan dalam proses ini. Selain itu, sudah melanggar peraturan dari Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP).

MLS yang dibeli dari Avibras ini juga tidak memenuhi ekspektasi dan standar yang diinginkan di Indonesia. Avibras hanya menyediakan 8 sistem kontrol api dan memberikan 7 dari 38 kebutuhan suplai amunisi kendaraan. Hal ini sangat-sangat merugikan negara Indonesia, terlebih di bidang pengamanan. Kita tidak ingin bukan, Indonesia menjadi sangat lemah ketika diserang oleh negara lain dengan teknologi yang lebih canggih.

Dugaan korupsi sebesar US $ 134.900.000 ini dikarenakan Avibras sudah mengadakan kerja sama terlebih dahulu dengan PT. Poris Duta Sarana. Dimana kesepakatan mereka sangat merugikan negara ini. Bayangkan, uang sebesar itu bisa untuk pengadaan barang untuk 1 batalion TNI. Hal ini diperparah dengan statement Jendral Moeldoko pada berita http://www.news.viva.co.id/news/read/528101-moeldoko--kpk-tak-bisa-usut-pembelian-alutsista-tni.Dalam link berita tersebut Jendral Moeldoko mengatakan


“Tidak bisa (KPK periksa TNI). Ada sesuatu yang tidak bisa dibuka, seperti belanja senjata karena memiliki standar rahasia.”


“Karena itu pengadaan alutsista harus dirahasiakan. Tetapi yang tidak memiliki value rahasia, pasti akan dibuka.”

Dua pernyataan tersebut mengundang banyak spekulasi. Bisa saja memang untuk kerahasiaan negara hal tersebut tidak bisa dibocorkan begitu saja. Tetapi spekulasi lainnya, memang terjadi korupsi dibalik kerahasiaan tersebut. Walaupun Jendral Moeldoko terus menerus menyangkal bahwa dalam tubuh TNI tidak akan ada korupsi. Di sisi lain itu bisa saja terjadi kan?

Di akhir artikel ini saya ingin menambahkan sebuah informasi. Informasi ini berasal dari teman saya bahwa ada campur tangan sosok “anak” dalam ini semua. “anak” itu terkenal dimana-mana dan ayahnya adalah sosok “king maker” sesungguhnya di Indonesia ini. Tapi sebelum terlalu jauh dan dituduh fitnah. Saya hanya ingin mengatakan bahwa semua hal bisa terjadi. Bahkan untuk sebuah hal yang dianggap baik, belum tentu itu baik.

Bantai semua kasus korupsi di Indonesia ini.

Jangan biarkan mereka bernafas.

Sekian

ADS.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun