Maaf, saya ingin menulis tentang KPK lagi. Bukan untuk melemahkan KPK tapi saya ingin memberikan pandangan lain tentang KPK. Ketika arus #SaveKPK dimana-mana, bahkan almamater saya sudah mengambil sikap atas dinamika ini. Saya mendukung sikap mereka, sembari saya tetap berusaha netral. Setidaknya begitu yang saya inginkan. Izinkan saya membahas ketiga Plt. Pimpinan KPKyang ditunjuk Jokowi sekarang. Taufiqurrahman Ruki, Johan Budi dan Indriyanto Seno Adji.
Taufiqurrahman Ruki, seseorang yang dibilang tangguh oleh banyak orang. Bahkan dia mendapat komentar yang khusus oleh bapak Jusuf Kallla “kamu yang mulai kamu yang mengakhiri” (baca: Ruki ditelfon JK). Meskipun begitu, Ruki bukan berarti tidak memiliki kekruangan. Sebut saja dia pernah menjadi ketua KPK dan anggota BPK di masa kepemimpinan SBY. Ditambah Ruki adalah teman seangkata SBY walaupun beda tempat. Apakan ini akan menguntungkan SBY?
Indriyanto Seno Adji, seorang pengajar di Universtas Indonesia.Dia juga diangkat menjadi Guru Besar di Universitas Krisna Dwipayana. Sebuah prestasi kemilau yang sangat keren di bidang pengajaran. Di sisi lain, harus diakui bahwa Indriyanto tersangkut dengan kasus Century. Dia disebut sebagai pengacara dua pemegang saham pengendali Bank Century (baca: Indriyanto dan Century). Apa ini akan lebih menguntungkan SBY? Seperti yang dihembuskan kalau SBY tersangkut kasus Century.
Johan Budi, nama terakhir ini adalah orang lama di KPK. Juru bicara KPK ini disebut memiliki banyak prestasi di KPK. Dia juga orang yang paling dipertahankan oleh Abraham Samad meskipun dia ingin mengundurkan diri. Dibalik itu semua, Johan Budi beberapa kali tersandung masalah. Salah satunya adalah masalah kode etik.Sama seperti Samad yang diberitakan bertemu dengan tokh partai. Johan Budi dulu juga diberitakan menemui Nazaruddin (lebih lengkapnya baca: Johan Budi melanggar kode etik).
Pembedahan yang saya lakukan itu bukan bermaksud mencari kesalahan-kesalahan mereka. Saya hanya ingin memberitakan berita berimbang di antara #SaveKPK yang bertebaran dimana-mana. Kenapa saya sampai repot-repot padahal DPR saja sudah mengakui penunjukkan Ruki sudah tepat (baca: Penunjukkan Ruki dinilai tepat oleh DPR).
Sederhana sekali, saya tidak ingin #SaveKPK membutakan mata orang-orang. Membuat mereka menjadi fanatik. Sehingga melupakan beberapa kesalahan orang di masa lalu. Oh ya, di beberapa bagian saya menyebut apakah itu akan menguntungkan SBY? Itu bukan sebuah kata asal yang saya bilang tapi itu bisa saja terjadi. Untuk lebih pastinya, kita lihat sampai terpilihnya pimpinan KPK yang baru. Apa yang mereka lakukan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H