Sejatinya, setiap Gereja telah memiliki Roh Kudus dan Roh Kudus itulah yang akan mengontrol dan menguasai setiap ibadah dan penatalayanan yang dilakukan dalam setiap Gereja. Sekalipun demikian, harus diakui bahwa hari ini ada begitu banyak gereja yang gagal memperlihatkan dirinya sebagai Bait Roh Kudus. Karena cenderung masih atau lebih tepatnya lebih duniawi dalam setiap praktik hidup yang dilakukan.
Lalu, bagaimana menilai gereja itu apakah telah memiliki Roh Kudus atau belum? Ada yang beranggapan, kalau gereja itu telah bisa berbahasa Roh maka pasti telah memiliki Roh Kudus. Ada yang mengatakan kalau setiap ibadah dilaksanakan penuh dengan sorak-sorai dan penyembahan sambil membuat banyak jemaat menangis maka gereja itu telah memiliki Roh Kudus. Ada juga yang mengatakan kalau gereja itu selalu mengadakan KKR dirangkai dengan mujizat penyembuhan maka gereja itu telah memiliki Roh Kudus. Tetapi, apakah benar demikian? Apakah tolok ukur di atas adalah sesuatu yang mutlak untuk menilai dan menganggap sebuah gereja telah memiliki Roh Kudus atau belum? Coba baca baik-baik: Matius 7:22-23.Â
Lalu, bagaimana cara menilai dan melihat sebuah gereja yang telah memiliki Roh Kudus? Mari kita belajar pada Kisah Para Rasul 3: 1-10. Kisah yang dikisahkan dalam perikop ini terjadi tidak lama setelah murid-murid menerima Roh Kudus pada hari pentakosta. Sehingga setiap murid yang sebelumnya mengalami ketakutan dan kekuatiran, mengalami perubahan pasca-Roh Kudus hadir dalam kehidupan mereka. Sekarang mereka dengan penuh kuasa dan keberanian keluar dan pergi bersaksi tentang Yesus yang bangkit dari kematian. Termasuk Petrus dan Yohanes, seperti yang juga dikisahkan dalam perikop ini.
Kisah Para Rasul 3:1-10 menceritakan kisah tentang Petrus dan Yohanes yang pergi ke Bait Allah untuk sembahyang. Di sana mereka bertemu dengan seseorang yang lumpuh sejak lahirnya. Tiap-tiap hari dia diusung ke tempat itu dan diletakkan di dekat pintu gerbang Bait Allah untuk meminta sedekah. Akhirnya sore itu bertemu dengan Petrus dan Yohanes dan meminta sedekah kepada mereka. Namun kemudian, Petrus menegurnya dan berkata: "lihatlah pada kami... Emas dan perak tidak ada padaku, tetapi apa yang kupunyai kuberikan kepadamu. Demi nama Yesus Kristus, orang Nazaret itu, berjalanlah!". Kemudian Petrus memegang tangan kanan orang itu dan membantunya berdiri dan seketika itu juga kuatlah kaki dan mata kaki orang itu. Ia berdiri lalu berjalan kian kemari dan mengikuti mereka ke dalam Bait Allah, berjalan dan melompat-lompat sambil memuji Allah. Sehingga seluruh orang yang melihatnya pun memuji Allah.
Jadi melalui perikop ini, kita belajar tentang gereja yang telah memiliki Roh Kudus. Di mana ciri-cirinya sebagai berikut:
- Memiliki Kuasa Yesus Kristus (Petrus dan Yohanes)
Siapakah Petrus dan Yohanes? Mereka adalah murid Yesus yang sebelum hari pentakosta diliputi dengan rasa takut yang hebat. Akan tetapi setelah Roh Kudus turun, mereka pun mengalami perubahan. Di mana mereka dengan gagah berani bersaksi tentang Yesus Kristus. Bahkan khotbah Petrus seperti yang dikisahkan dalam Pasal 2 menjadi khotbah yang sangat populer karena dapat menghasilkan minimal 3000 petobat baru. Akan tetapi, perlu digarisbawahi itu semua karena Roh Kudus. Roh Kuduslah yang memberikan kuasa kepada Petrus.
Termasuk dalam perikop ini, karena mereka telah memiliki Roh Kudus maka mereka berkuasa atau lebih tepatnya memiliki kuasa Yesus Kristus untuk menyembuhkan orang lumpuh itu. Dari mana kita tahu bahwa dia telah memiliki itu? Hal itu terlihat dengan jelas dalam pernyataan Petrus, "Demi nama Yesus Kristus, orang Nazaret itu, berjalanlah!." Ungkapan ini hanya terucap dari mulut orang-orang yang telah memiliki Roh Kudus.
Kisah Para Rasul 1:8, memberikan informasi kepada kita bahwa Yesus sebelum terangkat ke surga telah berkata, "Kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu,...". Kata "kuasa" di sini adalah dunamis yang dapat diartikan kuasa, mujizat, kesanggupan, atau karunia untuk mengadakan mujizat. Sehingga ketika Roh Kudus turun, maka kuasa itu menjadi milik Petrus dan Yohanes untuk kemudian mereka dapat menyembuhkan orang yang lumpuh. Artinya mereka telah memiliki Roh Kudus itu.
Ketika orang itu sembuh, maka yang dipermuliakan dan dipuji adalah Yesus Kristus. Bahkan Petrus dan Yohanes tidak pernah memaksa orang lumpuh yang telah sembuh itu untuk memuji dan menyembah dirinya. Oleh karena mereka menyadari bahwa kuasa yang telah menyembuhkannya adalah kuasa Yesus di dalam diri mereka. Tidak seperti banyak hamba Tuhan hari ini yang katanya bisa menyembuhkan orang yang sakit, tapi justru mencoba untuk mencari nama dan mencari pujian dari manusia. Ini menjadi indikasi yang kuat bahwa sebenarnya orang itu belum memiliki Roh Kudus. Karena kalau seseorang memiliki Roh Kudus, maka setiap apa yang dikerjakan dengan pertolongan kuasa Tuhan Yesus ditujukan untuk kemuliaan Tuhan.
Selain itu, kisah ini mengajarkan kita bahwa ketika kita telah hidup dalam Tuhan, maka seyogyanya kita telah memiliki kuasa Yesus dalam diri kita. Akan tetapi, seberapa yakinkah kita dengan ini? Biasanya, kekuatiran dan keraguan kita yang lebih besar, sehingga keraguan itu akan melemahkan diri kita dan membuat kita lebih mengandalkan kuasa dunia, kekuatan manusia daripada kuasa Tuhan.
- Terjadi Perubahan (orang lumpuh)