Tulisan ini ditulis dalam rangka memperingati ulang tahun desa Seriti yang ke-68 tahun yang jatuh pada tanggal 12 Juni 2022. Usia yang begitu istimewa, karena sejak berdirinya hingga sekarang, kasih Tuhan tidak pernah berkesudahan dinyatakan bagi orang-orang Seriti. Terbukti, ada begitu banyak orang Seriti yang berhasil dalam pendidikan. Sehingga desa Seriti pernah dijuluki sebagai desa (penghasil) sarjana. Orang Seriti juga berhasil dalam setiap pekerjaan, sehingga makmur secara ekonomi. Setiap tahun, tanah Seriti tidak pernah berhenti memberikan hasil bumi yang melimpah. Sehingga tidak ada satu orang pun yang tinggal di Seriti menderita kelaparan.
Itulah sebabnya, dalam memperingati ulang tahun yang ke-68, saya menulis sebuah refleksi yang berjudul Eben-Haezer: Sampai Di sini Tuhan Menolong kita. Ungkapan "Eben-Haezer" muncul dalam 1 Samuel 7:12, "Kemudian Samuel mengambil sebuah batu dan mendirikannya antara Mizpa dan Yesana; ia menamainya Eben-Haezer, katanya: Sampai di sini Tuhan menolong kita". Apabila memperhatikan konteks ayat ini, sebenarnya tidak berbicara tentang ulang tahun. Lebih tepatnya, ayat ini berbicara tentang orang Israel yang diluputkan oleh Tuhan dari kebinasaan dan kekalahan dalam perang melawan orang Filistin.
Ayat 12 harus dibaca dan dipahami dalam konteks ayat 2-14. Supaya kita dapat mengerti dan memahami makna dari ungkapan "Ebenhaezer" secara tepat dan benar. Apabila membaca ayat 2, di sana memberikan gambaran sekalipun tersirat bahwa orang Israel sedang berada dalam penindasan dari orang Filistin, itulah sebabnya orang Israel datang dan mengeluh kepada Tuhan.
Samuel memberikan respons kepada mereka dengan memerintahkan supaya mereka bertobat dan berbalik kepada Tuhan (bdk. ay. 3). Ternyata Tuhan membiarkan orang Israel ditindas dan dikalahkan oleh orang Filistin karena mereka telah menduakan Tuhan dengan beribadah kepada para Baal dan para Asytoret. Kondisi seperti ini juga seringkali dijumpai dalam kitab Hakim-hakim. Bisa dimaklumi karena memang konteks 1 Samuel begitu dekat dengan zaman Hakim-hakim.
Itulah sebabnya orang Israel menjauhkan (BIMK: membuang) para Baal dan para Asyoret lalu kembali "beribadah hanya" kepada Tuhan. Artinya mereka sepenuhnya mengabdikan diri kepada Yahwe. Samuel pun meminta kepada segenap orang Israel untuk berkumpul di Mizpa, supaya Samuel dapat menjalankan tugasnya sebagai hakim bagi mereka.
Orang Israel yang berkumpul di Mizpa berpuasa untuk menunjukkan kesedihan dan penyesalan akan setiap dosa dan pelanggaran yang telah mereka lakukan. Artinya, telah terjadi pertobatan massal di Israel. Kemudian Samuel memimpin doa permohonan kepada Yahwe supaya orang Israel dapat diluputkan dan diselamatkan dari tangan orang Filistin. Tidak cukup sampai di situ, Samuel juga mempersembahkan seekor anak domba sebagai korban bakaran kepada Tuhan. Sehingga setiap seruan yang disampaikan oleh Samuel, akhirnya dijawab oleh Tuhan.
Majulah orang Filistin berperang melawan orang Israel. Akan tetapi justru Yahwe yang berperang melawan mereka. Yahwe mengacaukan mereka, sehingga mereka dikalahkan oleh orang Israel. Orang Israel mengejar orang Filistin dan memukul kalah mereka hingga ke hilir Bet-Kar. Namun yang perlu diingat bahwa Tuhanlah yang berperang melawan orang Filistin, sehingga orang Israel dapat mengalahkan mereka. Bahkan dikatakan dalam ayat 13, "Tangan Tuhan melawan orang Filistin seumur hidup Samuel".
Kemudian Samuel mengambil sebuah batu dan mendirikannya di antara Mizpa dan Yesana, lalu menamainya Eben-Haezer, karena katanya: "Sampai di sini Tuhan menolong kita". Eben-Haezer juga dapat diartikan sebagai "Batu Pertolongan". Sebuah batu yang mengingatkan orang Israel bahwa Tuhan telah menyatakan pertolongan-Nya ketika mereka berperang melawan orang Filistin. Tuhan telah menolong orang Israel berperang melawan orang Filistin. Bahkan mereka dapat merebut kembali setiap kota yang dulunya diambil oleh orang Filistin, mulai dari Ekron sampai Gat. Â
Demikian pula orang Seriti harusnya dapat melihat dan merasakan pemeliharaan serta pertolongan Tuhan, karena selama 68 tahun Tuhan telah menolong orang Seriti dan senantiasa memberkati tanah Seriti. Nama "Seriti" harusnya menjadi "batu peringatan kepada pertolongan Tuhan". Karena nama Seriti merefleksikan iman yang teguh, kerja keras dan perjuangan orang-orang Seriti ketika mengungsi dari Palopo Selatan demi mempertahankan iman kepada Yesus Kristus. Itulah sebabnya, generasi Seriti masa kini ketika membaca dan menyebut nama "Seriti" harusnya itu menjadi peringatan akan pertolongan dan pemeliharaan Tuhan yang telah dinyatakan sejak pengungsian hingga sekarang.
Lalu, refleksi apa yang dapat kita renungkan dari ungkapan "Eben-Haezer: Sampai Di sini Tuhan menolong kita" dalam momentum ulang tahun Seriti yang ke-68?