Pertama, Orang Seriti jangan meninggalkan Tuhan. Ada banyak hal yang dapat membuat kita meninggalkan Tuhan, menduakan Tuhan dan mengesampingkan Tuhan. Desa Seriti adalah desa Kristen. Selain karena mayoritas penduduknya beragama Kristen, melainkan juga karena desa Seriti didirikan di atas perjuangan tanpa kenal lelah oleh kakek nenek di masa lalu untuk mempertahankan iman kepada Yesus Kristus. Sehingga apabila terdapat generasi Seriti sekarang yang telah meninggalkan imannya, maka itu sama saja mereka telah melupakan perjuangan itu.
Sekalipun di Seriti berdiri begitu banyak gedung gereja yang megah. Akan tetapi, berapa banyak orang Seriti yang ke gereja karena sebuah kerinduan untuk memuji dan mempermuliakan Tuhan? Berapa banyak orang Seriti yang masih menduakan Tuhan dengan hal-hal duniawi, dengan perjudian, dengan hawa nafsu dan pesta pora? (Mari kita pikirkan dan renungkan pertanyaan-pertanyaan ini)
Ketika orang Seriti tidak lagi memiliki kerinduan untuk menyembah dan memuji Tuhan, maka itu menjadi peringatan yang wajib dipikirkan dan ditindaklanjuti karena pasti ke depannya akan memberikan dampak kepada kemerosotan kualitas rohani generasi penerus Seriti. Ketika orang Seriti mulai menduakan Tuhan dengan hal-hal yang duniawi, seperti: judi, kemabukan, pesta pora dan hawa nafsu, maka tinggal menunggu waktu saja untuk melihat kehancuran bagi desa Seriti.
Orang Seriti yang meninggalkan Tuhan sulit untuk merasakan dan menikmati kasih serta pemeliharan Tuhan. Dalam perikop 1 Samuel 7: 2-14, ditegaskan bahwa orang Israel mengalami kekalahan melawan orang Filistin bukan karena Tuhan meninggalkan mereka. Melainkan karena orang Israellah yang telah meninggalkan Tuhan dan berpaling kepada para Baal dan para Asyera.
Kiranya ini dapat menjadi peringatan bagi orang Seriti dalam momentum ulang tahun desa Seriti yang ke-68, supaya tetap setia kepada Tuhan yang telah menganugerahkan sebuah tanah perjanjian yang disebut tanah Seriti. Â Â
Kedua, Orang Seriti jangan berkompromi dengan dosa. Berulangkali Alkitab menyatakan bahwa Allah itu adalah Allah yang cemburu. Artinya Dia tidak ingin umat-Nya justru menduakan-Nya melalui perbuatan-perbuatan yang jahat dan memprioritaskan hal yang lain selain Allah. Singkatnya, Allah tidak menghendaki kita berkompromi dengan dosa dan kejahatan.
Pertanyaannya, apakah orang Seriti gemar melakukan kejahatan dan dosa? Bukankah orang Seriti mayoritas pengikut Kristus? Apakah relevan untuk mempertanyakan integritas orang Seriti? Apabila belajar Alkitab dengan baik, maka di sana mengajarkan kita bahwa dosa dasar setiap manusia (termasuk Adam dan Hawa) adalah ketika mereka hendak menjadikan dirinya sendiri sebagai Tuhan atau Tuan bagi dirinya. Oleh karena sikap seperti ini sama saja menolak Yesus sebagai Tuhan dan Tuan dalam kehidupan kita. Sehingga ketika kita belum menjadikan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat dalam kehidupan kita, maka itu sama saja kita masih hidup berkompromi dengan dosa dan kita belum menerima pengampunan dosa.
Lalu, bagaimana dengan orang Seriti? Saya mau katakan bahwa beragama Kristen tidaklah menjadi jaminan bagi kita untuk diselamatkan. Oleh karena banyak orang yang telah beragama Kristen, namun hidupnya tetap tidak sesuai dengan kehidupan yang dikehendaki oleh Allah. Apabila orang Seriti tidak sungguh-sungguh bertobat dari manusia lama dan tidak mau menerima Yesus dengan sungguh-sungguh dalam hidupnya sebagai Tuhan / Tuan, maka orang Seriti masih hidup berkompromi dengan dosa. Â Apabila demikian adanya, maka kehidupan orang Seriti lambat laun akan semakin jauh dari Tuhan termasuk berkat Tuhan juga akan semakin menjauhi dari orang Seriti. Sepuluh bahkan duapuluh tahun ke depan setiap kebanggaan dan warisan iman yang telah diwariskan oleh leluhur akan hilang tanpa bekas.
Sekalipun di Seriti terdapat banyak gereja dan mayoritas orang Seriti adalah orang Kristen, namun pertanyaannya: berapa banyak orang Seriti yang sungguh-sungguh takut Tuhan dan menjadikan Yesus sebagai Tuhan dan penguasa dalam kehidupannya? Sehingga hal itu betul-betul mentransformasi kehidupan orang Seriti. Sebaiknya, ini menjadi perenungan bagi semua orang Seriti dalam memperingati 68 tahun desa Seriti.
Ketiga, Orang Seriti jangan melupakan sejarah Seriti. Apakah penting untuk tidak melupakan sejarah? Menurut saya, penting! Karena dari sejarah kita belajar banyak hal; dan dari sejarah kita juga belajar menghargai dan menghormati para pendahulu kita. Itulah sebabnya, Soekarno pernah berujar, "Jangan sekali-kali melupakan sejarah!" Karena dengan selalu mengingat dan mempelajari sejarah, maka kita akan belajar untuk menghormati dan mengenang setiap perjuangan dan jasa para pahlawan bangsa ini.
Lalu apakah penting sejarah Seriti? Menurut saya sangat penting. Oleh karena melalui sejarah itulah kita dapat melihat pertolongan Tuhan begitu nyata kepada para pendahulu dan perintis desa Seriti, mulai dari pengungsian hingga pemilihan lokasi oleh kepala kampung (Mangentang) kala itu. Pertolongan dan pemeliharaan Tuhan sangat nyata bagi orang-orang Seriti. Sehingga ketika orang Seriti melupakan sejarah itu, maka sama saja orang Seriti akan melupakan pertolongan dan pemeliharaan Tuhan.