Mohon tunggu...
Adi Putra
Adi Putra Mohon Tunggu... Dosen - Dosen STT Pelita Dunia

Bonum est Faciendum et Prosequendum et Malum Vitandum

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Belas Kasih: Rasa dan Aksi

9 Juli 2021   11:43 Diperbarui: 9 Juli 2021   11:56 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Situasi sekarang memang sangat sulit. Pandemi covid-19 yang berkepanjangan membuat dampaknya semakin terasa diberbagai aspek kehidupan manusia. Mulai dari kesehatan, kehidupan sosial, ekonomi masyarakat, pendidikan hingga kerohanian. Ada banyak yang terinfeksi virus covid-19 sehingga terbaring lemah dan tak berdaya. Bahkan tidak sedikit yang kemudian harus meninggal karena virus ini. Kita pun dituntut menjaga jarak dengan orang lain supaya tidak terinfeksi. Akan tetapi sikap seperti ini akhirnya mengganggu relasi sosial dengan sesama. Tidak sampai di situ, bahkan akibat virus ini membuat ekonomi banyak negara mengalami gangguan. Banyak yang bangkrut, usaha tutup, di PHK, hingga kesulitan mencari pekerjaan.

Anak-anak kita juga sulit untuk sekolah tatap muka, padahal kita belum siap untuk kondisi tersebut. Ini kemudian membuat anak-anak tidak serius mengikuti pelajaran dan cenderung lebih asyik dengan game dan asyik bermain dengan smartphonenya. Terakhir, kita juga tidak lagi dapat menjalankan ibadah di gedung gereja, dan harus beribadah online. Sedikit-banyaknya hal ini banyak mengganggu kerohanian umat, karena tidak semua umat fasih menggunakan alat-alat elektronik dan media online. Sehingga menjadi lengkap dan sempurnalah kesulitan dan penderitaan yang kita alami karena dampak dari covid-19 yang berkepanjangan.

Dalam Markus 5:21-43 sebenarnya mengisahkan dua mujizat penyembuhan yang dilakukan oleh Yesus. Bagian pertama (5:21-34) mengisahkan tentang penyembuhkan terhadap perempuan yang menderita sakit pendarahan. Penyembuhan ini unik, bukan sekadar karena terjadi langsung, tetapi karena terjadi tanpa terlihat keterlibatan Kristus secara sadar. Tetapi, pada waktu itu juga Yesus mengetahui apa yang telah terjadi. Kita tidak boleh beranggapan bahwa menyentuh jubah itu yang membawa akibat ajaib, tetapi bahwa Yesus yang mahatahu menghargai sentuhan iman perempuan itu lalu memberikan apa yang didambakannya. Atau dapat dianggap bahwa penyembuhan itu bukan merupakan tindakan Kristus secara sadar, dam bahwa yang menyembuhkan adalah Allah Bapa. Di dalam hal kedua ini Yesus. karena keterbatasan-Nya sebagai manusia, tidak menyadari peristiwa tersebut sebelum mukjizat itu terjadi. Siapa yang menjamah Aku? mungkin ditanyakan untuk mengungkapkan mukjizat itu kepada orang-orang yang, ada di situ, apabila Kristuslah yang dianggap melakukan penyembuhan itu secara sadar. Apabila tidak demikian, Kristus mungkin juga bertanya sebagai masukan untuk diri-Nya sendiri.

Yang lebih mencengangkan lagi adalah jawaban Yesus pada ayat 34. Di mana Yesus mengatakan bahwa karena iman perempuan itulah yang telah menyembuhkannya. Kita dapat menyaksikan tindakan iman perempuan ini dalam 5:27, 28, suatu keyakinan yang demikian kuat sehingga dia tidak merasa perlu menarik perhatian Yesus. Telah menyelamatkan engkau ... sembuhlah. Ungkapan yang pertama mengacu kepada keselamatan dari penderitaan jasmaniahnya. Ungkapan yang kedua berarti jadilah sehat, dan merupakan bentuk perintah waktu kini, yang artinya perempuan itu akan sehat terus.

Kemudian bagian kedua (5:35-43) mengisahkan tentang anak perempuan Yairus yang dibangkitkan dari kematian.  Diawali dengan kedatangan seseorang memberitahukan bahwa tidak perlu lagi menyusahkan guru (Yesus) karena anak perempuan yang sakit itu telah mati. Hal ini mengindikasikan bahwa mereka sebenarnya tidak mengharapkan terjadi kebangkitan -- mungkin karena faktor kurang percaya juga.

Akan tetapi dengan mengabaikan apa yang dikatakan oleh para utusan itu, Yesus mengatakan kepada sang kepala rumah ibadat, "Jangan takut, percaya saja!" Kedua kata kerja ini dalam bentuk waktu sekarang dalam bahasa Yunani. Laporan para utusan telah membuat kepala rumah ibadat takut, tetapi Kristus mendorongnya agar tidak meninggalkan imannya selama ini. Akan tetapi ketika mereka tiba di rumah itu mereka kemudian ribut, menangis, dan meratap dengan suara yang nyaring.

Keadaan yang tidak pantas itu menggerakkan Kristus untuk bertanya, Mengapa kamu ribut dan menangis?, atau secara lebih harfiah, "Mengapa kamu segaduh itu?" Pernyataan Kristus bahwa gadis itu tidak mati, tetapi tidur telah ditafsirkan beberapa penafsir sebagai berarti gadis itu belum benar-benar mati tetapi hanya koma. Sekalipun demikian, Lukas 8:55 menyebutkan, kembalilah roh anak itu, yang menunjukkan bahwa sebelumnya anak itu sudah mati. Tindakan Yesus menyebut mati sebagai tidur dimaksudkan untuk memberikan kesan bahwa keadaan itu bersifat sementara, dan bahwa anak itu akan bangun kembali.

Para peratap menanggapi kiasan Yesus secara harfiah, menertawakan (bentuk waktu imperfect Yunani) Dia. Mereka mengetahui bahwa gadis itu sudah mati, dan mereka yakin bahwa kematian bersifat permanen. Diusir-Nya semua orang itu. Kata kerja yang dipakai Markus ini kuat, artinya, didorong ke luar. Kristus mengusir orang banyak yang ribut itu keluar dari rumah. Kemudian Yesus memegang tangan anak itu sambil berkata: Talita kum. Salinan dari bahasa Aram yang artinya, "Gadis cilik, bangunlah", tetapi Markus menyisipkan kata-kata, Aku berkata kepadamu.

Seketika itu juga gadis itu bangkit berdiri (satu tindakan) dan berjalan keliling (tindakan berkesinambungan). Dua belas tahun. Gadis itu sudah cukup besar sehingga dapat berjalan. Orang tua gadis itu dan para murid takjub menyaksikan mukjizat tersebut, begitu takjub sehingga mereka terpana. Yesus memerintahkan agar jangan seorang pun mengetahui hal itu, supaya orang tua si anak tidak menyebarkan berita itu yang dapat menimbulkan krisis sebelum waktu kematian Juruselamat tiba (Yoh. 12:23, 27).

Dari dua kisah penyembuhan yang dilakukan Yesus dalam konteks ini memperlihatkan kita tentang arti sebuah belas kasih yang muncul dari sebuah rasa kasih karena iba. Biasanya munculnya belas kasih karena merasa prihatin dengan kondisi yang dialami oleh seseorang. Di mana dalam konteks ini Yesus memiliki belas kasih kepada seorang perempuan yang pendarahan serta anak yang sakit dan meninggal, supaya melaluinya orang banyak dapat melihat kuasa Allah yang luar biasa serta mempermuliakan Tuhan. Belas kasih Yesus dalam konteks ini terekspresi dalam dua hal, yakni:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun