Setiap kita pasti pernah marah. Bisa saja marah kepada teman, karyawan, atau anak kita. Ketika kita marah maka pasti ada faktor yang menyebabkannya. Bisa saja karena teman kita telah melakukan sesuatu yang menyakiti hati kita, bisa juga karena karyawan di kantor tidak bekerja dengan baik, bahkan bisa juga karena anak kita justru melakukan tindakan yang bertolak belakang dengan prinsip yang kita sampaikan kepadanya.
Ada orang yang mengatakan, marah adalah kondisi di mana perasaan emosional meningkat dan tidak terkendali dari perasaan seperti biasanya. Sekalipun sebenarnya marah dapat dipahami sebagai emosi yang ditandai oleh pertentangan terhadap seseorang yang disebabkan karena merasa telah diperlakukan tidak benar atau tidak adil. Sekalipun demikian, penyebab seseorang marah sangat variatif atau tidak semua sama.
Alkitab mengajarkan kita tentang marah yang benar dan marah yang tidak benar. Marah yang benar biasanya karena melihat telah terjadi ketidakadilan, telah terjadi kejahatan, telah terjadi kompromi, sehingga merugikan hak orang lain. Sedangkan marah yang tidak benar adalah emosi yang tidak terkontrol yang muncul dari dalam diri seseorang untuk membela dirinya dan kepentingannya sendiri.
Yesus pernah marah ketika melihat Bait Allah di Yerusalem dijadikan sarang penyamun oleh orang-orang Yahudi (Mat. 21:12-17; Mrk. 11:15-19;Luk. 19:45-48; dan Yoh. 2:13-16). Yesus melihat Bait Allah telah menjadi cemar, kotor, bau, karena telah dipenuhi oleh orang-orang yang korup dan hanya mencari keuntungan sendiri. Mereka tidak lagi menghormati Bait Allah sebagai tempat menyembah Allah, tempat perjumpaan dengan Allah, malah di sana menjadi pusat kejahatan yang menjijikkan bagi Tuhan.
Kondisi itu membuat Yesus menjadi sangat marah. Itulah sebabnya, Yesus mengusir semua penjual yang tidak jujur, membalikkan meja-meja penukar uang dan bangku-bangku pedagang merpati. Kemarahan Yesus muncul untuk menolak praktik kejahatan dan ketidakadilan dalam masyarakatnya. Â Bahkan kejahatan mereka memuncak karena telah mengubah fungsi dari Bait Allah sebagai tempat berdoa menjadi tempat penyamun atau tempat di mana para penyamun bersembunyi dan tinggal.
Apa yang telah dilakukan oleh Yesus ketika mengekspresikan kemarahannya kepada orang-orang Yahudi yang telah mengotori Bait Allah dengan tindakan-tindakan yang jahat dapat dikategorikan sebagai marah yang benar. Karena Dia telah menunjukkan sikap yang tegas tanpa kompromi terhadap segala bentuk kejahatan. Tidak hanya itu, kemarahan Yesus di sini telah membela hak-hak umat untuk dapat beribadah dengan baik. Oleh karena kehadiran para pedagang yang tidak jujur di sana justru merusak ibadah yang telah dilakukan oleh umat.
Kemudian kita beralih kepada kemarahan Musa. Siapakah Musa? Musa adalah pemimpin bangsa Israel keluar dari Mesir. Dia adalah pemimpin yang rendah hati dan cerdas. Oleh karena dia telah melalui dua fase penting dalam kehidupannya yang dapat membentuknya menjadi pemimpin yang rendah hati. Empat puluh tahun pertama hidupnya dijalani di istana Firaun di Mesir, sebagai putra dari Puteri Firaun. Di sana dia mendapatkan fasilitas anak kerajaan yang seba premium. Di sana dia banyak belajar berbagai macam ilmu, mulai dari ilmu strategi perang, ilmu pemerintahan dan politik, dan ilmu-ilmu yang lainnya. Dari situ kemudian menjadikannya menjadi pribadi yang cerdas.
Akan tetapi, Tuhan belum mau memakainya sekalipun dia sudah menjadi pribadi yang cerdas. Oleh karena Tuhan hanya ingin memakai pribadi yang rendah hati untuk mengerjakan tugas pelayanan. Itulah sebabnya, Musa dibawa Tuhan keluar dari zona nyamannya dan pergi ke padang untuk belajar kepada kambing domba Yitro. Itu dilakukan selama periode empat puluh tahun kedua dari kehidupan Musa. Nanti setelah itu barulah Tuhan mau memakainya menjadi pemimpin umat Israel keluar dari tanah Mesir menuju Tanah Perjanjian.
Sekalipun demikian, Musa tidak dapat memasuki tanah Kanaan. Penyebab utamanya adalah peristiwa ketika mereka masih di padang gurun dan tidak ada air sama sekali untuk mereka minum.Â