Mohon tunggu...
Adi Putra
Adi Putra Mohon Tunggu... Dosen - Dosen STT Pelita Dunia

Bonum est Faciendum et Prosequendum et Malum Vitandum

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hendaklah Damai Sejahtera Kristus Memerintah dalam Hatimu

12 Juni 2020   13:42 Diperbarui: 12 Juni 2020   13:43 3236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: akhirzamandot

Istilah "peace" atau "damai sejahtera" sebenarnya dikenal oleh setiap bahasa dari bangsa manapun didalam dunia ini. Baik itu "Shalom aleikhem" dalam bahasa Ibrani, Assalamu 'alaikum dalam bahasa Arab, "Rahayu" dalam bahasa Jawa, "Santi" bagi orang Bali, "Sancay" bagi orang Budha. Hal ini membuktikan bahwa secara sosiologis-anthropologis setiap manusia dari bangsa manapun merindukan terjadi di dalam dirinya suatu kondisi yang disebut di atas.Konsep mengenai "kedamaian" di dalam setiap bangsa maupun di dalam setiap ajaran agama adalah berbeda-beda dan bervariasi. Namun minimal memiliki satu kesamaan jika itu berhubungan diri sendiri dan keadaan lingkungannya. Persamaan itu adalah rasa damai itu dihubungkan dengan sifat ketenangan, tidak ada gangguan yang membuat hati menjadi gusar, takut, kuatir.

Lalu, bagaimana Firman Tuhan sendiri memandang makna "kedamaian" tersebut? Suasana Shalom sebenarnya dimulai pada saat penciptaan alam semesta dan isinya. Dalam Kitab Kejadian 1:31 Allah berkata: "Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari keenam.

Di dalam ayat ini dikatakan bahwa Allah melihat segala yang dijadikan itu amat baik/ hinne tob. Di mata Allah keadaan ciptaan-Nya itu bukan sekedar "baik/tob" namun "sangat baik/hinne tob", dengan penekanan khusus untuk menunjukkan bahwa karyanya itu baik bukan dalam makna yang biasa-biasa, namun dalam pengertian yang luar biasa. Di dalam arti bahwa kata Ibrani tob bermakna suatu kondisi yang termasuk pada suasana shalom. Karena "baik" di sini bermakna suatu kondisi yang tenang, makmur, kelimpahan segala sesuatu yang baik, selamat.

Pandangan Alkitab ini sekaligus menolak pandangan filsafat-filsafat yang ada bahwa alam beserta isinya bahkan termasuk manusia adalah suatu keadaan yang kotor, yang tidak sempurna ketika diciptakan. Namun keadaan manusia yang ditempatkan Allah pada situasi yang sangat baik itu tidak berlangsung lama. Ketika manusia mulai tertipu oleh kelicikan si ular (Iblis) maka situasi "tob" yang merupakan bagian dari keadaan shalom itu mulai rusak.

Apa buktinya? Buktinya adalah semenjak manusia jatuh dalam dosa, kehidupan manusia tidak lagi memiliki damai sejahtera. Manusia dilanda ketakutan dan kekuatiran yang luar biasa. Hal itu tampak jelas dengan sikap dan respons Adam dan Hawa tidak lama setelah berdosa. Misalnya:

*Mereka ketakutan dan lari bersembunyi.

*Kekuatiran karena sudah telanjang dan berusaha mencari solusi dengan menyemat daun pohon ara.

Manusia yang diciptakan pertama tanpa mengenal rasa takut kecuali kepada Allah telah mulai mengalami rasa takut yang tidak sehat. Ya... ini adalah ketakutan yang tidak normal dalam pandangan Allah. Ketakutan yang diakibatkan oleh dosa. "Ia menjawab: "Ketika aku mendengar, bahwa Engkau ada dalam taman ini, aku menjadi takut/arey", karena aku telanjang; sebab itu aku bersembunyi."

Alkitab mencatat rasa takut yang dimiliki oleh manusia untuk yang pertama kalinya pada ayat ini. Manusia itu menjadi takut/arey akibat dosa yang diperbuat. Ketakutan ini menunjukkan tidak adanya peace/shalom di dalam diri manusia akibat dosa. Berarti dosa merupakan salah satu penghambat shalom itu menjadi realitas hidup dalam diri manusia.Sebelum kejatuhan manusia ke dalam dosa, sumber shalom yang dimiliki manusia itu berasal dari hubungan mereka dengan Allah. Sebelum manusia jatuh ke dalam dosa hubungan manusia dan Allah terbukti sangat akrab.

Rupanya Allah sering mendatangi taman Eden untuk berakrab ria dengan manusia ciptaanNya. Dalam Kejadian 3:8 di sana ditulis bahwa Allah mendatangi manusia ketika manusia itu jatuh ke dalam dosa. Secara tidak langsung dalam ayat ini kita mengetahui bahwa sebelumnya Allah sering berkunjung ke Eden.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun