Mohon tunggu...
Adi Kurniawan Ritonga
Adi Kurniawan Ritonga Mohon Tunggu... Penulis - Digital Marketer

Menulis untuk perubahan dunia

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Taklukkan MEA dengan Kopi

17 Februari 2016   13:46 Diperbarui: 17 Februari 2016   14:24 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Talking about coffee, minuman yang tidak pernah ketinggalan jaman meski banyak jenis-jenis kopi baru bermunculan. Ngopi sudah menjadi trend di seluruh dunia. Sadar atau tidak, ngopi sudah menjadi darah daging bagi masyarakat kita. Kalau kamu merasa gaul, ya datang aja ke coffee shop terdekat, pesan cappucino atau Cafe Latte, seruput sedikit demi sedikit sambil nikmati wi-fi gratis sampe malam. Kalau kamu anak kos kosan, ya beli aja kopi sachet yang udah ada gulanya, diseduh dengan air panas yang diminta dari kosan cewek tetangga, nikmati sambil ngerjakan skripsi. Kalau kamu tinggal di pedesaan daerah pelosok, kamu pesan kopi pahit tanpa gula di kedai kopi yang ampas-ampasnya juga ikut dimasukin. Nikmati dengan sentuhan pemandangan sawah.

Sayangnya, jaman sekarang menikmati kopi tidak lagi karena merasa asik atau ketagihan, tapi karena merasa gaul. Apapun alasannya, kopi tetap saja menjadi idola untuk semua kalangan. Secara pribadi, aku bukanlah penikmat kopi. Tapi aku suka terjun ke dunia kopi. Ada ketertarikan tersendiri kalau kita ngomongin kopi. Kamu mau ngomongin apa? Koneksi? Rasa? Kemakmuran? Atau uang?

Ketertarikan yang paling besar bagiku adalah uang.  Jujur yah, aku sih meihat peluang dari kopi ini sangat besar. Budaya minum kopi di era modern tidak lagi dengan menikmati pemandangan sawah. Logikanya kita tinggal diperkotaan yang serba sibuk. Kerjaan kita makin hari makin numpuk. Skripsi kita makin hari makin dipersulit. Dengan aktifitas yang semerawut itu, kopi menjadi senderan hati bagi banyak orang. Orang-orang bakalan refresh otak ke coffee shop. Ngobrolin kerjaan, ngerjain skripsi, arisan, ngerumpi, atau bahkan main game, dan yang lebih ekstrim alasan datang ke coffee shop adalah buat liburan. What The Hey? Terima atau enggak, alasan mereka adalah itu.

Sudah kebayang bagaimana besarnya peluang coffee shop? Mungkin belum telat kalau kita ngomongin usaha yang satu ini. Anak gaul sekarang udah ngomongin pasar bebas ASEAN bung, udah di pelupuk mata. Orang malaysia bakalan ngopi tempat kita, orang Thailand bakalan duduk cantik di coffee shop. Orang Vietnam bakalan penasaran sama original taste kopi kita.

Ada satu coffee shop ter-unyu yang paling sering dikunjungi anak muda dan semua kalangan. Kayaknya kita juga udah tau coffee shop tersebut. Tapi saingan dia itu banyak banget. Sampai-sampai ada yang ngikutin semua design si unyu ini. Mulai dari apron, cup, design ruangan, warna seragam dan semuanya. Salah? Tidak. Slogan dia mungkin adalah ATM (Amati, Tiru, Modifikasi). So far, juga nggak jadi masalah bagi kedua belah pihak. Selagi masih bersaing secara sehat.

Begitulah besarnya peluang kopi. Bagi kamu yang mau menaklukkan pasar bebas ASEAN, kopi menjadi pertimbangan. Jalin koneksi dengan customermu, perbaiki rasa kopimu dengan kualitas kopi unggul, makmurkan seluruh karyawanmu, daaaan uangmu akan mengalir sederas kencing kuda jantan.

Aku sih udah kebayang gimana nantinya kalau aku punya coffee shop sendiri. Mulai dari design, olahan kopinya, koneksi ke customer. Ketertarikan terhadap uang memang besar, tapi letakkan itu di akhir cerita. Dahulukan apa yang menjadi unggulan, maka di akhir cerita uangmu bakalan ngalir. Baiklah, sudah dulu berimajinasinya. Sampai jumpa lagi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun