Mohon tunggu...
Adi SuhenraSigiro
Adi SuhenraSigiro Mohon Tunggu... Dosen - Melayani Tuhan, Keluarga, Negara, Gereja, Sesama, serta Lingkungan merupakan panggilan sejak lahir

Pendidikan S1: Sekolah Tinggi Teologi Kharisma Bandung (Lulus 2016). Pendidikan S2: Sekolah Tinggi Alkitab Tiranus Bandung (Lulus 2020). Pelayanan: Perintisan dan Pemuridan di Gereja Bethel Indonesia Jl. Pasirkoja 39 Bandung, tahun 2012-2022. Pekerjaan: Dosen PNS IAKN Tarutung

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Perbanyak Mendengar dan Berbuat, Lalu Bicara Seperlunya

26 Agustus 2022   09:54 Diperbarui: 26 Agustus 2022   10:21 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Oleh: Adi Suhenra Sigiro, M.Th

Pernahkah kita berpikir sejenak untuk apa Tuhan membentuk susunan dan posisi tubuh serta panca indera sesempurna seperti yang kita miliki sekarang ini? Dalam kitab Kejadian, Tuhan mengatakan ketika kita diciptakan dengan bentuk dan susuan tubuh yang kita miliki, semuanya baik dan sempurna adanya. Jadi yang perlu kita syukuri tidak ada yang keliru dalam bentuk dan susuan tubuh kita. Tetapi, tahu kah kita, secara khusus mengapa Tuhan menciptakan dua telinga dan satu mulut? Secara sederhananya, Tuhan ingin menciptakan kita menjadi pribadi yang banyak mendengar dan sedikit berbicara.

Namun, sangat disayangkan, kita malah terkadang lebih suka banyak bicara dari pada mendengarkan. Hal ini Nampak dari gaya hidup kita yang lebih suka menggurui, menggosip, membicarakan hal-hal yang tidak perlu, menceritakan keburukan orang lain bahkan berbicara kebenaran tapi tidak melakukannya. Contohnya: suka membicarakan pengampunan tetapi menyimpan dendam, suka berbicara tentang kesabaran tapi masih marah dan tersinggung, suka membicarakan kasih tetapi tidak mau berkorban, dan lain-lain. Sebenarnya, kualitas kehidupan kita dimata Tuhan, bukan karena sekedar "jago" dan "hebatnya" menata kata-kata kita didepan orang lain. 

Di mata Tuhan, kualitas kehidupan kita dinilai dari perilaku, dan tindakan kita yang memuliakan Tuhan dan menjadi berkat bagi sesama. Namun, bukan berarti kita tidak boleh berbicara. Namun, jika kita harus berbicara, biarlah kita berbicara untuk hal-hal yang perlu dan penting. Selanjutnya, kalau pun kita harus berbicara, biarlah ucapan kita menjadi bekat dan motivasi bagi oang lain. 

Bunda Teresa dari Kalkuta, India pernah berkata: "Lebih baik sedikit berbicara tetapi banyak berbuat dan bertindak." Tidak heran, bunda Teresa mendedikasikan seluruh kehidupannya untuk melayani dan hidup bersama orang yang sakit kusta, orang-orang yang terbuang, yang diasingkan oleh masyarakat pada umumnya. Untuk itu, mari kita renungkan: Apakah selama ini, kita lebih suka banyak berbicara atau sebaliknya lebih banyak mendengar, kemudian berbuat dan bertindak bagi kemuliaan Tuhan dan sesama.  Ingat! Setiap firman Tuhan yang kita dengar dan ketahui baik sedikit atau banyak, mari belajar langsung untuk mempraktekkannya. Marilah kita selalu minta kuasa dari Tuhan Yesus dan pimpinan Roh Kudus supaya setiap firman Tuhan yang kita dengar dan terima dapat kita lakukan dengan baik.

Referensi:

  • Yakobus 1:19-24 "Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: Setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah; sebab amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah. Sebab itu buanglah segala sesuatu yang kotor dan kejahatan yang begitu banyak itu dan terimalah dengan lemah lembut firman yang tertanam di dalam hatimu, yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri. Sebab jika seorang hanya mendengar firman saja dan tidak melakukannya, ia adalah seumpama seorang yang sedang mengamat-amati mukanya yang sebenarnya di depan cermin. Baru saja ia memandang dirinya, ia sudah pergi atau ia segera lupa bagaimana rupanya."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun