Mohon tunggu...
Adi SuhenraSigiro
Adi SuhenraSigiro Mohon Tunggu... Dosen - Melayani Tuhan, Keluarga, Negara, Gereja, Sesama, serta Lingkungan merupakan panggilan sejak lahir

Pendidikan S1: Sekolah Tinggi Teologi Kharisma Bandung (Lulus 2016). Pendidikan S2: Sekolah Tinggi Alkitab Tiranus Bandung (Lulus 2020). Pelayanan: Perintisan dan Pemuridan di Gereja Bethel Indonesia Jl. Pasirkoja 39 Bandung, tahun 2012-2022. Pekerjaan: Dosen PNS IAKN Tarutung

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Rahasia Mengalami Campur Tangan Tuhan

25 Agustus 2022   16:01 Diperbarui: 26 Agustus 2022   08:07 1516
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Oleh: Adi Suhenra Sigiro

                      Dalam Ibrani 12 : 14, di tuliskan: "Berusahalah hidup DAMAI dengan semua orang dan KEJARLAH KEKUDUSAN, sebab TANPA KEKUDUSAN tidak seorang pun akan MELIHAT TUHAN." Berdasarkan nats ini maka paling tidak ada dua hal yang harus dikerjakan oleh orang percaya supaya bisa melihat Tuhan. MELIHAT TUHAN yang dimaksud dalam konteks masa sekarang adalah menyaksikan dan mengalami campur tangan Tuhan dalam kehidupan sehari-hari. Jadi dua hal yang dimaksud untuk melihat campur tangan Tuhan adalah sebagai berikut, yakni: 

                            Sebagai manusia tentu kita tidak bisa lepas dari kekurangan dan kesalahan terhadap sesama manusia. Untuk itu, apabila kita melakukan kesalahan terhadap orang lain, maka kita harus segera dan langsung minta mengakui kesalahan serta minta maaf kepada orang tersebut. Ingat! Tuhan sangat mengasihi orang yang jujur (Amsal 16:13b). Untuk itu, kita tidak boleh merasa benar dan tidak boleh mempertahankan kebenaran diri sendiri padahal kita sudah tahu bahwa sebenarnya kita menyadari kalau kita berbuat kesalahan terhadap orang lain. Sikap yang tidak mau mengakui kesalalahan dan tidak mau minta maaf merupakan sikap yang sombong dan angkuh. Ingat! Tuhan sangat memperhatikan orang yang rendah hati tetapi menentang orang yang sombong atau congkak (Lukas 14:11). Sebab itu, kita tidak perlu malu untuk minta maaf, supaya kepada orang yang kepadanya kita berbuat salah tidak menjadi sakit hati dan dendam terhadap diri kita. Selanjutnya, jika kita tidak segera membereskan kesalahan kita dengan orang lain maka kita akan menjadi batu sandungan.

                        Sebagai anak Tuhan, kesediaan untuk  minta maaf kepada orang lain bukan saja ketika kita melakukan kesalahan. Sebab jika kita hanya minta maaf kepada orang yang kepadanya kita melakukan hal yang salah maka orang diluar Tuhan pun bisa melakukannya. Untuk itu, sebagai orang percaya, demi sebuah perdamaian dan membangun serta mempertahankan sebuah hubungan, terkadang kita pun harus mengorbankan ego kita, harga diri kita untuk rela meminta maaf kepada orang yang melakukan kesalahan terhadap diri kita. Sebab itu, apabila ada orang melakukan kesalahan kepada kita, kita pun tidak boleh dendam, tidak boleh sakit hati. Justru kita harus dengan rendah hati mendatangi orang tersebut. Jika situasi dan kondisi tertentu menuntut kita harus minta maaf kepada orang yang melakukan kesalahan kepada kita maka milikilah sikap rendah hati untuk minta maaf kepada orang yang bersalah kepada kita agar tercipta perdamaian dan hubungan tertap terjaga. (Baca Rom. 12:17-18). Tetapi jika kemudian orang tersebut menyadari bahwa dialah yang telah melakukan kesalahan kepada kita lalu ia minta maaf, segeralah siapakan hati untuk memaafkan dan jangan banyak pertimbangan.

                  Paling tidak ada dua hal yang harus kita terapkan dalam hubungan sesama manusia ialah a). Bersedia dengan sikap yang rendah  hati untuk minta maaf sekalipun seoloah-olah posisi kita menjadi dibawah orang yang bersalah kepada kita. b). Bersedia memaafkan jika ada orang mengakui atau tidak mengakui kesalahan yang diperbuat kepada kita. Ingat!  Jika kita hidup dengan sikap yang suka berdamai maka saat itulah kita menunjukkan diri kita sebagai anak-anak Allah seperti yang tertulis dalam Injil Matius 5:9 "Berbagaialah orang yang membawa damai sebab mereka akan disebut sebagai anak-anak Allah".  Jika dalam hidup ini, kita suka berdamai maka kita akan melihat campur tangan Tuhan dalam hidup sehari-hari. Sebab DIA (Allah) merupakan Allah suka akan kedamaian, bahkan demi memulihkan atau memperdamaikan  hubungan-Nya dengan manusia yang berdosa DIA telah mengutus anak-Nya yang tunggal, yakni Tuhan Yesus supaya kita diperdamaikan dengan DIA (Bacalah Rom. 5:10, Kol. 1:22). Jadi pada intinya Tuhan senang dengan orang yang suka berdamai.

                         Kudus berarti dipilih, dikhususkan, bahkan terpisah dari dunia ini. Tuhan mendorong kita untuk hidup dalam kekudusan. Oleh sebab itu, segala cara hidup kita harus berbeda dari cara hidup orang dunia, kita harus  hidup seperti yang dikehendaki Allah baik dibidang perkataan, pikiran, hati dan perbuatan.  Secara jasmani kita masih ada di dunia ini. Namun walaupun demikian melalui iman kepada Yesus Kristus yang telah menyelamatkan kita, maka kita adalah kewargaan kerajaan Sorga (Bacalah Fil. 3:20). Dengan menyadari status kita maka selayaknyalah kita harus memiliki sikap hati dan karakter bukan seperti yang diperlihatkan oleh orang dunia ini (hidup untuk kepentingan sendiri, memikirkan perkara-perkara duniawi, hidup dalam hawa nafsu, mencari kesenangan diri sendiri, tidak menjaga perkataan, pikiran dan perilaku "bacalah Fil. 3:19"), melainkan berperilaku selayaknya kewargaan sorga. Tuhan menghendaki supaya kita hidup kudus sebab DIA adalah Allah yang kudus (Imamat 19:2, 1 Pet. 1:16). Apabila kita harus hidup dalam kekudusan maka kita tidak boleh kompromi dengan segala dosa dan keinginan dunia ini yang bisa membawa kita kepada maut, melainkan kita harus hidup sesuai dengan firman Tuhan.

                          Apabila kedua hal di atas kita lakukan yakni suka berdamai dan menjaga kekudusan maka sesuai dengan Ibrani 12:14 tersebut mungkin kita belum tentu melihat Tuhan secara kasat mata (namun apabila itu terjadi kita patut bersyukur), namun paling tidak kita  akan menyaksikan dan melihat (campur tangan) Tuhan dalam hidup kita.  Dia akan menyertai hidup kita, menunujukkan muzijat-Nya, menolong dalam kesulitan dan kesusahan yang kita hadapi. Amin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun