Oleh: Adi Suhenra Sigiro, M.Th
              Sahabat Pembaca yang sudah berkeluarga! Dalam Yosua 24:14, Yosua menantang bangsa Israel untuk membuat sebuah keputusan, apakah mereka mau beribadah kepada Tuhan atau beribadah kepada allah orang Amori. Namun, sebelum bangsa Israel memberikan jawabanya kepada Yosua, Yosua sendiri , sebagai kepala keluarga telah mengambil keputusan bahwa ia dan seisi keluarganya akan tetap beribadah kepada Tuhan. Bersyukurnya, bangsa Israel juga memiliki komitmen yang sama dengan Yosua bahwa merekapun akan beribadah kepada Tuhan.
             Sahabat Pembaca yang sudah berkeluarga! Komitmen Yosua bersama dengan keluarganya beribadah kepada Tuhan yang kemudian diikuti oleh seluruh bangsa Israel adalah dikarenakan mereka telah mengalami kebaikan dan mujizat Tuhan, yakni  mereka telah mengalami pembebasan dari rumah perbudakan di Mesir. Di mana sebelumnya bangsa Israel telah diperbudak bangsa Mesir selama 430 Tahun. Selain itu, karena pembebasan yang diterima oleh Bangsa Israel dari Mesir, di bawah kepemimpinan Yosua, bangsa Israel juga telah mengalami kemenangan dalam peperangan melawan raja-raja bangsa Kanaan. Bahkan dengan pertolongan Tuhan, dibawah kepemimpinan Yosua, bangsa Israel berhasil merebut dan menduduki tanah Kanaan yang kemudian dibagikan menjadi milik pusaka bagi keduabelas suku Israel (Yos. 24:16-18). Dengan demikian, pertolongan dan campur tangan Tuhan yang diterima Yosua dan bangsa Israel membuat mereka  memiliki komitmen yang teguh untuk tetap beribadah, berbakti serta melayani  Tuhan.
             Sahabat Pembaca yang sudah berkeluarga!  Komitmen Yosua, sebagai kepala keluarga  untuk beribadah, berbakti, serta melayani  Tuhan bersama dengan keluarganya, seharusnya juga menjadi komitmen setiap kepala keluarga Kristen beserta dengan istri dan anak-anaknya, supaya mereka beribadah, berbakti, serta melayani Tuhan. Setiap kepala keluarga Kristen harus selalu mengingat dan merenungkan karya Kristus di atas kayu salib yang memberikan pembebasan atas hukuman dosa dan pelanggaran. Setiap kepala keluarga Kristen harus mengingat pertolongan dan mujizat Tuhan yang telah memberkati dan memelihara rumah tangganya. Tuhan juga telah menyediakan dan mencukupkan segala keperluan rumah tangganya selama bertahun tahun. Tuhan juga mungkin pernah menyembuhkan anggota keluarga yang sakit. Setiap keluarga Kristen juga mungkin pernah mengalami pertolongan Tuhan dalam usaha dan pekerjaan rumah tangganya, dll. Jadi, ada banyak kebaikan dan mujizat Tuhan dalam setiap keluarga Kristen yang seharusnya menjadi alasan atau motivasi bagi seorang kepala keluarga untuk membawa keluarganya beribadah, berbakti, serta melayani Tuhan.
               Sahabat Pembaca yang sudah berkeluarga!  Dengan demikian, tidak ada alasan bagi seorang kepala keluarga untuk tidak membawa istri dan anak-anaknya untuk beribadah dan melayani Tuhan, sebab Tuhan sudah terlebih dahulu menunjukkan kasih dan kebaikan-Nya serta pengorbanan-Nya dalam rumah tangganya.  Seorang kepala keluarga Kristen yang tidak membawa keluarganya untuk beribadah merupakan kepala keluarga yang tidak tahu berterimakasih kepada Tuhan. Jangan sampai yang terjadi dalam kisah berikut: Suatu kali ada satu keluarga di mana istrinya  akan melahirkan. Mereka merupakan keluarga yang berkekurangan. Sehingga istrinya menolak untuk dibawa berobat ke rumah sakit karena keterbatasan keuangan. Pada saat itu, gereja mengambil tindakan untuk memberikan pertolongan dengan menanggung biaya pengobatan rumah sakit. Akhirnya, istrinya bersedia berobat ke rumah sakit dan proses persalinanya di rumah sakit pun berhasil.  Melihat dan menyaksikan istrinya yang sudah selesai bersalin dan tidak perlu membayarkan seperspun karena sudah dibayarkan oleh gereja, suaminya berkata bahwa ia akan sungguh-sungguh beribadah kepada Tuhan, karena sebelumnya ia tidak pernah beribadah sama sekali. Suaminya berkata bahwa  Tuhan itu baik karena sudah memberikan mujizat dan pertolongan dalam keluarganya sehingga proses persalinan istrinya berjalan dengan baik. Untuk itu, dia ingin beribadah dan bersedia untuk dimuridkan di gereja. Namun, ternyata setelah ditunggu selama berminggu-minggu bahkan sampai satu tahun dan seterusnya kepala keluarga tersebut tidak kunjung beribadah dan berbakti kepada Tuhan. Kepala keluarga tersebut berbohong dan mendustai Tuhan yang telah memberikan pertolongan baginya.
               Sahabat Pembaca yang sudah berkeluarga, kisah di atas hanya salah satu contoh kepala keluarga yang sudah mengalami kebaikan Tuhan namun tidak menunjukkan komitmen maupun respon yang baik terhadap Tuhan. Jadi, jangan sampai Sahabat Pembaca yang sudah berkeluarga melakukan hal yang sama. Untuk itu, bagi kepala keluarga, renungkan kebaikan dan mujizat Tuhan dalam keluargamu dan biarkan hal tersebut menjadi dasar dan kekuatan untuk mengajak istri dan anak-anak untuk beribadah dan melayani Tuhan.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H