Mohon tunggu...
Adi SuhenraSigiro
Adi SuhenraSigiro Mohon Tunggu... Dosen - Melayani Tuhan, Keluarga, Negara, Gereja, Sesama, serta Lingkungan merupakan panggilan sejak lahir

Pendidikan S1: Sekolah Tinggi Teologi Kharisma Bandung (Lulus 2016). Pendidikan S2: Sekolah Tinggi Alkitab Tiranus Bandung (Lulus 2020). Pelayanan: Perintisan dan Pemuridan di Gereja Bethel Indonesia Jl. Pasirkoja 39 Bandung, tahun 2012-2022. Pekerjaan: Dosen PNS IAKN Tarutung

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

"Ratapilah Dirimu Sendiri"

31 Mei 2022   14:20 Diperbarui: 31 Mei 2022   14:26 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh: Adi Suhenra Sigiro, M.Th

]Sahabat Pembaca yang beriman! Dalam persidangan sebenarnya tidak ada sedikit pun kesalahan yang layak membuat Yesus di hukum mati. Dalam kitab Lukas 23:14-15, Pilatus sendiri berkata kepada orang Yahudi bahwa: "kamu telah membawa orang ini kepdaku sebagai orang yang menyesatkan rakyat. Kamu lihat sendiri, setelah aku memeriksa-Nya dan dari kesalahan yang kamu tuduhkan kepada-Nya tidak ada yang kudapati pada-Nya,..... tidak ada sesuatupun yang dilakukan-Nya yang setimpal dengan hukuman mati".  Namun, karena desakan dan teriakan masayarakat  yang menyatakan bahwa Yesus harus disalibkan akhirnya, Pilatus menyerahkan Yesus untuk disalibkan.

Ketika menuju Golgota, Yesus disuruh memikul balok yang sangat berat, yang nantinya akan dipakai mejadi salib-Nya. Namun sebelumnya Yesus telah pukul dan dicambuk sebanyak 40 kali dengan besi yang berduri. Pukulan dan cambukan yang diterma-Nya, membuat Yesus sangat kesakitan dan kelehaan . Yesus kehabisan tenaga dan tidak memiliki kekuatan lagi untuk memikul balok yang ditaruh dipundak-Nya sehingga Dia jatuh berulang kali. Supaya balok tersebut sampai di Golgota, para prajurit menahan Simon dari Kirene dan menyuruhnya memikul balok tersebut sampai ke Golgota.

Dalam perjalanan menuju Golgota, banyak orang mengikuti Yesus, mereka juga menangis dan meratapi penderitaan Yesus. Mereka merasa sedih dan kasihan melihat Yesus yang tidak bersalah, yang pernah membuat berbagai mujizat diperlakukan dengan cara yang tragis. Melihat tangis dan ratap mereka, dalam kitab Lukas23:28, Yesus berkata: "hati putri-putri Yerusalem, jangalah kamu menangisi Aku, melainkan tangisilah dirmu dan anak-anakmu!".  Mendengar perkataan itu, sebenarnya Yesus mau menyampaikan kepada perempuan Yerusalem itu bahwa sekalipun Dia menderita dan mati, Dia tidak perlu dikasihani dan mendapat rasa iba dari manusia, justru Yesus mau mengatakan tangisi dan ratapilah dirimu, anak-anakmu, dan bangsamu karena dosa dan ketidakpercayaanmu, keluargamu, dan bangsamulah aku Aku menderita sengsara supaya kalian memperoleh pengampuan akan dosa dan ketidakpercayan kalian.

Saat ini, apa yang membuat kita menangis dan meratap? Apakah kita menangis, sedih, dan iba karena Yesus pernah menderita di kayu salib? apakah pergumulan sehari-hari tentang kebutuhan kita? Ataukah masalah dalam pekerjaan kita? Saatnya kita harus mengubah arah ratapan dan tangisan kita. Kita harus menagisi dan meratapi jiwa-jiwa yang berdosa dan belum percaya kepada Yesus supaya mereka diselamatkan karena penderitaan yang dialami Yesus justru karena dosa kita dan dosa mereka juga. Mungkin masih ada diantara kelurga kita yang masih hidup dalam dosa dan belum percaya kepada Yesus, doakanlah mereka, mintalah belaskasih Tuhan supaya keluarga kita memperoleh keselamatan. Demikian juga dengan orang lain yang masih hidup dalam dosa dan dan belum percaya kepada Yesus, menangis dan merataplah untuk mereka  supaya mereka juga membuka hati untuk percaya kepada Tuhan Yesus supaya lebih banyak jiwa yang diselamatkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun