Mohon tunggu...
Adi Pramono
Adi Pramono Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Otomotif

Tradisi Mudik Tanpa Transparansi

11 Juni 2018   14:34 Diperbarui: 11 Juni 2018   14:47 406
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Transportasi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Wirestock

SURABAYA, 10 Juni 2018

            Mudikmerupakantradisitahunan yang dilakukanolehsebagianbesarpenduduk Indonesia untukpulangke kampong halamanmenjelanglebaranatauharirayaidulfitri. Kegiataninidilakukanolehmasyarakatbaikmelaluijalurdarat (motor, mobil, bis, dankereta), laut (kapal) atauudara (pesawat).

            Setiaptahunselaluada program mudik gratis baikolehpemerintahataupunswasta. Program inimendapatresponpositifbagisetiapmasyarakat yang inginpulangkekampunghalamanuntukbertemukeluargasaatlebaran. Tetapibagimasyarakat yang tidakmendapattiketmudik gratismenjadinilainegatifbuatmerekakarenahargatiket yang ada bias mencapaidua kali lipat, biasanyaseringterjadipadatiketbisantarkotaantarprovinsi.

            Terminal Purabaya yang seringmenjaditempatpermainantiketdenganmenaikkanhargatiket yang semestinyaberlaku. HargatiketuntukbisPatasbiasanyadari Surabaya -- SumenepsenilaiRp. 58.000,- tetapi pas H-7 lebarannaikmenjadiRp. 75.000,-, darisiniterdapatkenaikansebesarRp. 27.000,-.Walaupunadakenaikanseharunyatidaksebesaritudanbiasnayahargatiket di temple di kacajendelabis.

            Seperti yang dialamiolehbapakArikdengantujuan Surabaya -- Madura (Sumenep) diamengungkapkankekecewaannyapadamudik kali ini"mudik kali inimerupakanmudikterburuksaya, karenatidakadanyatransparansidaridinasperhubungansetempatperihalkenaikanhargatiket bus. Apalagipelayanannyaolehpihakbis yang sayanaikiterdapatbarang yang hilangdaripenumpang lain" ungkapnya.

            Keluhanjugadilontarkanolehsalahsatupenumpangperempuandengantujuan yang sama"sayaikut bus Pataskarenainginkenyamanan, tetapibis yang sayanaikiterusmenaikkanpenumpangsampaiharusadapenumpang lain yang berdiridanseharunnyajikamemangitu bus patasketikabissudahpenuhtidakmenaikkanpenumpanglagi" ujarnya.

            Tradisimudikmemangselalumenjadimomen yang menguntungkanbagipemiliksaranatransportasiuntukmendapatkankeuntungan yang lebihdari para pemudik, karenakebutuhanmautidakmaumerekaharusmembayartiketitu, walaupunsedikitkeberatan.Kenaikantersebutapakahsudahdarisukudinasperhubungansetempatataukahpermainan para sopirdankondekturbisuntukmeraupkeuntunganlebih.

            Dari berbagaikasus di atas, perlunyapeninjauankembaliolehdinasperhubungansetempatkepadasetiap bus untukmensterilkanhargatiket yang seharunnyaberlakudenganmenempelkanhargatiket di bus masing -- masing. Sehinggatidakadakecurigaandaripenumpangperihanpermainanharga

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun