Satu bulan yang lalu, tepatnya pada tanggal 26 -- 28 Agustus 2019, saya mendapatkan mandat dari kantor untuk menghadiri acara Hari Kebangkitan Teknologi Nasional di Lapangan Puputan Niti Mandala, Renon -- Denpasar, Bali. Instansi tempat saya bernaung, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), melalui Pusat Pemanfaatan Dan Inovasi IPTEK ikut berperan serta dalam Pameran Teknologi yang diselenggarakan oleh Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia.Â
Bersama beberapa rekan dari Biro Kerjasama Hukum dan Humas LIPI, seperti Pak Sembiring, Bang Daniel, Mas Dodi, Mas Yudhi, Mbak Mila, dan Arum, saya kebagian menjaga booth pameran yang telah dipersiapkan. Tugas yang dilakukan adalah menjelaskan teknologi-teknologi yang telah dihasilkan oleh LIPI, baik berupa prototype maupun berupa brosur-brosur yang bisa dibagikan kepada pengunjung. LIPI membuka peluang kerjasama hilirisasi/industrialisasi teknologi hasil penelitian melalui Pusat Pemanfaatan Dan Inovasi IPTEK. Silahkan cek website : inovasi.lipi
Antusiasme pengunjung yang hadir hingga malam hari menunjukkan kesadaran dan minat masyarakat terhadap teknologi hasil penelitian sangat tinggi. Tidak hanya dosen dan mahasiswa saja, akan tetapi anak-anak sekolah dari mulai tingkat Sekolah Dasar, Sekolah Menegah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan, Sekolah Teknik Menengah, hingga pengusaha hadir untuk melihat-lihat, mencari inspirasi, dan bahkan melakukan kerjasama bisnis.
Puncak acara pada tanggal 28 Agustus 2019 digadang-gadang bakal dihadiri oleh Presiden RI, Bapak Joko Widodo, akan tetapi, dikarenakan beliau berhalangan, akhirnya tugas tersebut diserahkan kepada Wakil Presiden RI, Bapak Jusuf Kalla didampingi oleh Bapak Mohamad Nasir, Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi.
Setelah puncak acara berlalu, sekitar pukul 12 siang, saya berpamitan dengan alasan mengejar penerbangan kembali ke Jakarta. Meskipun jadwal penerbangan saya adalah pukul 20.20 WIB. Driver yang sudah saya pesan pada pagi harinya melalui  Yasa Bali Tour sudah menunggu saya di penginapan. Dari lokasi acara saya bergegas menuju penginapan menggunakan ojek online.
Namanya Bapak Ketut Panggil. Usianya sekitar 50 an awal. Mobil yang digunakan Suzuki APV. Beliau awalnya agak kaget ketika mendapati ternyata hanya saya yang menggunakan mobilnya. Beliau juga sempat menanyakan tentang apakah saya bawa teman atau keluarga. Saya pun menjelaskan mengenai tujuan saya ke Bali adalah keperluan dinas.
Untuk waktu setengah hari, saya sudah menyepakati dengan pihak penyedia, Yasa Bali Tour, yaitu 3 tempat tujuan wisata, masing-masing adalah Nusa Dua, Pantai Padang Padang, dan  Uluwatu dengan harga yang menurut saya cukup fair. Dalam prakteknya, Pak Ketut benar-benar menjalankan tugasnya dengan sangat baik, jujur, dan memuaskan. Ketiga tempat berhasil dijangkau. Pak Ketut juga memberikan saya informasi-informasi terkait kearifan lokal masyarakat Bali, sejarah keterkaitan Kerajaan Majapahit dengan Bali, dan tentang suku-suku Bali yang asli, seperti Trunyan, Tenganan, dan Sembiran.Â
Dalam perjalanan menuju destinasi pertama, Nusa Dua, saya menawarkan untuk makan siang terlebih dahulu. Pak Ketut membawa saya ke sebuah rumah makan Bali yang menyajikan menu halal. Warung Nasi Ayam Bu Oki, di Jalan Siligita, tidak jauh dari Jalan By Pass Ngurah Rai. Saat kami datang, suasana rumah makan sudah sangat ramai mengingat masih bebarengan dengan jam makan siang. Kendatipun demikian, pesanan kami terlayani cukup cepat.Â
Sesuai namanya, menu utama yang disajikan adalah nasi ayam dengan urap khas Bali yang biasa disebut lawar, kacang tanah, telor rebus yang dimasak dengan kecap, dan sate lilit. Uniknya, ayam yang disajikan dalam satu menu ada dua jenis, ayam goreng dan ayam kukus. Rasanya sendiri tidak terlampau mebuat lidah Jawa saya terkaget-kaget. Harganya juga cukup fair. Â Recommended.
Tapi, di luar dugaan, ternyata Pak Ketut membawa saya ke sudut Nusa Dua yang jauh dari hiruk pikuk yang saya khawatirkan dalam pikiran saya. Nusa Dua yang kami datangi letaknya cukup tersembunyi. Tidak terlalu ramai dengan wisatawan, baik lokal maupun mancanegara. Mereka sepertinya juga orang-orang sejenis saya yang sangat tidak suka liburannya diganggu oleh hal-hal yang tidak penting. Mereka berjemur dan/atau bercengkeram dengan teman-teman seperjalanan dan/atau menikmati kesendirian.Â