Mohon tunggu...
Adi Setiawan
Adi Setiawan Mohon Tunggu... Koki - Masih belajar

Tulisan Bebas

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kupat, Produk Out of The Box

31 Mei 2020   09:55 Diperbarui: 31 Mei 2020   09:48 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tradisi kupatan merupakan acara adat yang sangat terkenal di indonesia, jika kita menelusuri di internet akan ada banyak sekali artikel-artikel yang menjelaskan tentang tradisi kupatan entah itu dari sudut pandang sejarahnya, filosofinya, ataupun persebarannya. 

Memang pada umumnya tradisi kupatan hanya bisa kita jumpai pada saat bulan syawal terutama seminggu setelah perayaan hari raya Idul Fitri.Orang-orang di desaku tinggal tepatnya di Dukuh jlegong biasa melakukan acara kupatan pada hari ke tujuh setelah hari raya Idul Fitri. Mereka biasanya berkumpul di masjid atau mushola yang terdekat dari rumah. 

Pelaksanaanya pun ada dua macam. Yang pertama dilakukan pada malam hari sebelum hari ke tujuh, dan kedua ada yang melaksanakannya di pagi tepat pada hari ke tujuh. Meskipun ada dua macaan tetapi tidak ada perdebatan antar warga.

Sebelum kupatan dimulai, biasanya salah seorang memukulan kenthongan terlebih dahulu sebagai tanda acara kupatan akan segera dimulai. Dan untuk warga sendiri setelah mendengar kenthongan segera berangkat ke masjid atau mushola terdekat sambil membawa ketupat yang ditaruh di wadah beserta pelengkapnya seperti apem ada juga menggantikanya dengan cucur, lonthong, pisang, dan sayur labu siam yang dicampur kentang dan krecek (kerupuk kulit sapi). 

Setelah mereka semua berkumpul kemudia berdoa bersama yang dipimpin oleh seseorang, biasanya imam masjid atau mushola tempat berkumpul kemudian semua hidangan dibagikan ke warga yang datang ke mushola, biasanya lebih dominan anak-anak yang hadir.

Kupatan sendiri di jlegong biasa disebut bodo kecilan kalau di terjemahkan ke bahasa nasional artinya lebaran kecil. Kalau saya  sendiri menerjemahkannya sebagai hari raya ke dua setelah Idul fitri. Biasanya orang-orang yang mudik ke desa akan kembali ke kota setelah bodo kupatan berakhir.

Sebenarnya saya merasa takjub dengan ketupat, kenapa? saya merasa betapa hebatnya orang yang pertama kali membuat ketupat. Kita semua tahu kalau ketupat merupakan warisan wali songo yang digunakan untuk menyebarkan islam, dan jika kita browsing di internet akan banyak sekali kita temukan penjelasan filosofi baik dari makna kata, bentuk, sampai komponen-komponennya. Akan tetapi, saya belum menemukan sejarah yang menjelaskan inspirasi dari membuat ketupat.

Saya menganggap bahwa ketupat merupakan produk out of the box  selain bernilai estetika juga mempunyai nilai fungsi perekat sosial. Saya masih penasaran apakah ketupat merupakan hasil buatan manusia sebelum wali songo hadir lalu di kembangkan guna kepentingan syiar dakwah agama islam atau kah hasil dari kreatifitas wali songo sendiri yang kemudian diaplikasikan ke masyarakat pada waktu itu hingga sekarang.

Saya merasa bahwa meskipun teknologi berkembang pesat, zaman terus berganti kupat tidak akan pernah mati, ia akan tetap ada sebagai warisan budaya asli Indonesia terutama di tanah jawa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun