Mohon tunggu...
Adi bustian
Adi bustian Mohon Tunggu... Lainnya - Warga biasa

Warga yang menuliskan catatan, berdasarkan pengalaman pribadi yang belum tentu sama dengan , situasi, kondisi dan pendapat manusia terkini

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kisah Tidak Sedih di Hari Sabtu dan Tidak Menyiksaku

9 Agustus 2021   14:18 Diperbarui: 9 Agustus 2021   15:37 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Alhamdulillah sabtu kemarin menjadi salah "sabtu" yang amat berharga, setelah sekian lama tidak bertemu akhirnya dipertemukan juga dengan seorang sahabat lama yang sekarang  sangat bersahaja. Wajahnya amat bersih, sepertinya memang sangat akrab dengan air wudhu. Dia yang dulu memakai anting di kedua telinganya dan dengan rambut berkiblat ke era "Deep Purple" sekarang sudah mulai terlihat akrab memelihara janggut. Tutur katanya juga amat teratur dan dalam.

Kebetulan kita bertemu saat kebetulan saya sedang memakai jaket dengan bordir bertuliskan " Majlis zikir manaqib Syekh A Qadir Jaelani", sehingga mengundang dia bertanya. " ANTUM Majlis zikirnya dimana? katanya, " Oooh kebetulan ta'lim di pasar minggu di kampung jawa kurang lebih ada dibelakang gedung ANTAM bukannya ANTUM.

Mendengar jawaban ini sepertinya dari raut wajahnya jelas sekali datar dan saya amat tahu bahwa dia sedang tidak bersahabat dengan humor. Akhirnya saya coba untuk bercerita dengan lebih serius dan akhirnya tanggapannya ikut serius dan dia menceritakan bagaimana perubahan demi perubahan yang terjadi selama hidupnya. Lumayan panjang ceritanya, mungkin jika dituangkan dalam satu sinetron akan jadi beberapa episode sehingga mungkin judul yang tepat PERJALANANKU 1, PERJALANANKU 2 dan PERJALANANKU 3.  

Luar biasa seorang sahabat yang dulunya amat sangat........."begitu dah" kalau  meniru ungkapan ABG zaman now,  ternyata berubah drastis 180 derajat. Alhamdulillah. akhirnya kami lanjutkan obrolan disebuah restoran yang sedikit tenang untuk sekedar ingin tahu lebih dalam keadaan usus 12 jari yang saat ini sudah mulai berbunyi karena belum makan siang.

Setelah sholat zuhur berjamaah kami makan di sebuah restoran yang asri, kami pilih sebuah lesehan pondok gubug yang dibawahnya ada kolam ikan. Kami pesan 1 ekor gurame goreng ukuran sedang, nasi 1 bakul, tempe goreng , sayur asem dan jus buah serta es teh lilis,..........eits  sor, i maksudnya es teh tawar yang harganya  ada dalam price list tanpa bisa ditawar seperti rasanya.

Sambil menunggu kami mulai ngobrol dengan tata bahasa dan tutur kata dalam Ejaan Yang Disempurnakan kurang lebih sama seperti yang diajarkan bapak Yus Badudu jaman dulu dalam program bahasa Indonesia di salah satu stasiun Televisi "Plat Merah" hanya saja di gabung dengan program mimbar agama Islam, karena sahabatku amat akrab dengan penggalan istilah istilah arab sehingga obrolan kami seperti bahasanya Cinta Laura dalam versi Islami, begicu..........

Satu satunya kata kata yang berbau Timur Tengah yang saya gunakan hanya kata "ANA" selebihnya hanya pengaturan Subyek Predikat Objek nya yang sedikti ditata. Akhirnya pesanan kami datang, semua serba hangat, ikan terlihat masih ngepul, sayur asam ngepul, akan tetapi!!!!!!!,.... gubugnya nggak ikut ngepul, kalau ngepul mungkin kami akan makan didampingi beberapa petugas dari dinas pemadam kebakaran, Ya berada di kantor Dinas Pemadam Kelaparan didampingi petugas dinas pemadam kebakaran.

Sahabatku makan dengan  "khusu'nya tidak ada sepatah katapun yang keluar dari mulutnya, kami tambah 1 bakul kecil lagi nasinya dan akhirnya selesai makan dia mulai bicara setelah di jilati beberapa ruas jarinya untuk membersihkan sisa sisa makanan yang menempel. Lalu dia mulai angkat bicara "menjilat jari itulah dilakukan nabi setelah selesai makan". 

dan saya tanggapi bahwa saya pun pernah membaca sebuah artikel di dunia maya tanpa luna bahwa hal ini sudah ada pembuktian secara ilmiah bahwa menjilat jari akan membantu pencernaan karena adanya enzim percernaan di jari kita dan yang pasti bukan di jari kaki.

Kalau begitu itu berarti sunah rosul? Dia menjawab kurang lebih seperti itu, lalu saya balik berucap " kalau saya sepertinya tidak mungkin melakukan itu. Lalu dia bilang kenapa? hal itu dilakukan nabi dan antum bilang sudah ada pembuktian ilmiah lagi pula mudah dilakukan.

Saya jawab bukan jilat jarinya bro yang gw nggak bisa tapi makan 1 bakul plus 1 gelas jus mangga plus satu gelas es teh tawar dan lauknya tidak bersisa itu juga masih ditambah sama sisa nasi yang nempel di jari. Apa rosul juga makannya kayak gitu bro?, ...............eeeh dia jawab sunahnya sama tapi perutnya beda dan akhirnya dia tertawa lebar sambil bilang antum ngeledek ? ane jawab ana nggak ngeledek, ana azhabu ilal madrosah". Eeh dia tambah ketawa akhirya obrolan kami mulai tersusun tanpa Subyek predikat obyek alias tidak beraturan sambil sayup terdengar lagu betharia sonata yang dipasang di restoran "AKU MASIH SEPERTI YANG DULU".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun