Mohon tunggu...
Adi Iswanto
Adi Iswanto Mohon Tunggu... Buruh - Orator suara hati

Halo, nama saya Adi. Saya penulis puisi yang senang mengekspresikan perasaan dan pikiran melalui kata-kata puitis. Menulis puisi membawa saya pada perjalanan refleksi diri untuk mencari makna-makna tersembunyi. Beberapa karya telah dipublikasikan di media online dan saya ingin terus menulis dan berbagi puisi dengan orang lain. Terima kasih!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mimpi yang Terkubur

28 Februari 2023   22:13 Diperbarui: 28 Februari 2023   22:27 484
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siska duduk di depan makam ayahnya sambil menangis. Ayahnya meninggal saat ia masih kecil dan kini ia merindukan kehadiran ayahnya dalam hidupnya. Siska berusaha mengingat wajah ayahnya, tetapi semakin lama semakin sulit.

Ketika Siska pulang ke rumah, ia membuka kotak barang-barang ayahnya. Di dalam kotak tersebut, Siska menemukan buku catatan ayahnya yang berisi tentang mimpi-mimpi yang ingin ia capai. Siska membaca catatan ayahnya dan terharu dengan semangat dan tekad ayahnya.

Siska merasa terinspirasi oleh mimpi-mimpi ayahnya dan ingin mewujudkannya. Namun, ia juga merasa sedih karena ayahnya tidak lagi ada di sampingnya untuk membantunya meraih mimpi tersebut.

Saat membaca catatan ayahnya, Siska menyadari bahwa mimpi ayahnya tidak hanya tentang keberhasilan di karir, tetapi juga tentang kebahagiaan keluarga dan keberhasilan dalam mendidik anak-anaknya. Siska memutuskan untuk mewujudkan mimpi ayahnya dengan menjadi seorang ibu yang baik untuk anak-anaknya dan menghargai keluarga.

Kesimpulan: Walaupun ayahnya telah meninggal, mimpi ayah Siska tetap hidup dan dapat menjadi sumber inspirasi. Siska menyadari bahwa kebahagiaan keluarga dan cinta kasih adalah hal yang paling penting dalam hidupnya. Meskipun Siska merasa sedih karena kehilangan ayahnya, ia tetap meraih inspirasi dari mimpi ayahnya dan memutuskan untuk mewujudkannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun