Mohon tunggu...
Adi Pallawalino
Adi Pallawalino Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Wija to Wajo, Juventini.

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Juventus, Nyonya Tua dan Hitam Putih Kehidupan

30 Juli 2014   04:08 Diperbarui: 18 Juni 2015   04:53 399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Akhir Juli tahun 1998, Piala Dunia yang digelar di Prancis baru saja usai. Tuan rumah sukses mencatatkan diri sebagai kampiun setelah sukses mengalahkan Brazil 3 - 0. Dua tandukan Zinedine Zidane, dan satu sumbangan Emmanuel Petit di masa injury time cukup mampu mengantarkan Tim Ayam Jantan Eropa itu sebagai juara dunia di negeri sendiri. [caption id="attachment_335625" align="aligncenter" width="300" caption="Foto bersama Juventus Club Indonesia (JCI) Chapter Makassar"][/caption] Di klub, Zidane ketika itu juga adalah roh permainan Juventus. Ia mulai menemukan permainan terbaiknya sebagai centrocampista di La Vecchia Signora. Tetapi bagi saya, pesona Juventus pada 1998 itu tak hanya pada sosok Zidane. Tetapi juga pada salah satu duet penyerang sehati yang pernah dimiliki Juventus, Del Piero - Filippo Inzaghi. Jika Del Piero lihai dalam dribble dan eksekusi bola mati (termasuk eksekusi tendangan penalti), Inzaghi seorang penyerang oportunis. Ia mampu mencetak gol dari sudut tak terduga. Ia adalah setan kotak penalti, seperti halnya David Trezeguet yang kemudian menjadi penggantinya setelah sang bomber memilih hengkang ke AC Milan. Satu alasan lain saya menyukai klub yang berjuluk Bianconeri ini, karena warna seragam utama, hitam putih. Simpel namun elegan. Cinta perlahan semakin kuat saat awal musim 2001 - 2002 Juve di bawah asuhan Marcelo Lippi merealisasikan pembelian besar-besaran pemain bintang. Termasuk sang kiper idola, Gianluigi Buffon, yang dibanderol sebagai kiper termahal dunia dari AC Parma.

1406642585889741695
1406642585889741695
Saat Juve didakwa terlibat calciopoli yang membuatnya di-degradasi ke Serie B di akhir musim 2006/2007, kecintaan terhadap klub ini sebaliknya semakin tumbuh. Di sini kemudian saya belajar filosofi kehidupan tentang komitmen dan kesetiaan. Del Piero ketika itu, telah mengajarkan komitmen yang tak selamanya harus dinilai dari sisi materi dan glamouritas. Bersama bintang Juve lainnya, Gianluigi Buffon, Pavel Nedved, Mauro Camoranesi hingga David Trezeguet, Il Pinturicchio menafikan kebintangannya serta label transfer mahal yang bisa saja disematkan andai memilih meninggalkan Juve yang saat itu terpuruk di Serie B. Sebaliknya, mereka malah memilih bertahan di Juventus. Dedikasi, komitmen dan kerja keras bersama segenap elemen klub lainnya, menjadikan Juve tak perlu terlalu lama terpuruk di Serie B. Tampil sebagai kampiun Serie B musim 2007/2008 dan kembali ke Serie A memberi satu pelajaran kehidupan tentang second chance, kesempatan kedua. Yah, dedikasi dan kerja keras memberi kesempatan kedua Juventus untuk bangkit kembali. Juventus pun sukses kembali menancapkan hegemoninya di Serie A Italia. Menjadi klub pertama Italia yang memiliki stadion sendiri, Juve juga menemukan jalur juaranya di Serie A melalui sentuhan Antonio Conte yang telah memberi hattrick scudetto berturut-turut. Meski memutuskan mundur setelah mengukir tiga musim penuh rekor dan prestasi, Conte telah membentuk pondasi juara Juventus. Dan ketika manajemen memutuskan memilih Massimiliano Allegri sebagai pengganti Conte yang jauh di bawah prestasinya selama tiga musim terakhir, cinta pada Juventus adalah hal mutlak. Juventus ibaratnya seorang Nyonya Tua yang banyak mengajarkan tentang hitam putih kehidupan. Tentang komitmen, semangat untuk bangkit dan semangat pantang menyerah (lo spirito). Mencintai Juventus, bagi Juventini adalah cerita cinta yang tak pernah berakhir. Storia di un grande amore!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun