Saya baru ingat, benar-benar baru ingat, bahwa Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) pernah mencoba menancapkan kukunya di daerah saya, Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu, sekitar awal tahun 2015 lalu. Awalnya, daerah saya dikejutkan dengan statement TNI wilayah setempat yang menyatakan bahwa ada sebuah organisasi yang datang ke daerah kami. Waktu itu, nama Gafatar masih terlalu asing ditelingaku. Bahkan, saya masih sering menyebutnya terbalik : Gatafar!
Statement dari salah seorang perwira TNI tersebut begitu cepat merebak di media. Mulai dari TV, koran hingga online lokal mengepung Gafatar di daerah kami. Semua masyarakat punya satu asumsi yang sama terhadap Gafatar : mereka berbahaya! Harus dijauhi!
Phobia terhadap kelompok berbahaya, sudah mulai ketika teroris mulai beraksi di berbagai daerah. Dengan cepat, Gafatar di perspektif masyarakat setempat berubah seperti kelompok teroris, padahal belum ada apapun yang dilakukan mereka. Hasilnya, tertebak, Gafatar ditolak di Rejang Lebong. Instansi terkait, menolak memberikan surat keterangan organisasi kepada Gafatar di daerah kami. Kelanjutannya, para awak media di tempatku langsung bergantian menghajar Gafatar dengan berbagai statement, mulai dari Kepala Kesbangpol, Ketua MUI, Kodim setempat, Kejari, Kapolres semuanya dimintai pendapat dan senada : Gafatar kelompok sesat dan berbahaya!
Saya penasaran, hingga datang sendirian ke markas Gafatar. Saya disambut oleh Heri Susilo, Ketua Gafatar cabang Rejang Lebong. Ia mengakui, saat ini kelompoknya benar-benar dikepung oleh media. Akhirnya, kedatangannya di Bumei Pat Petulai (Motto Kabupaten Rejang Lebong) tidak mendapat sambutan.
"Bahkan dari tetangga kami disini," kata Heri pada saya.
Kelanjutannya, Gafatar akhirnya juga ditolak dibeberapa kabupaten tetangga seperti Kepahiang, Lebong, Seluma, Bengkulu Tengah hingga ke Lubuklinggau (Provinsi Sumsel). Kepungan media menyeragamkan opini publik, membuat mereka tidak bisa apa-apa. Heri bercerita, ia pernah mengajak warga untuk membersihkan got atau selokan. Warga berkenan, dan ikut membersihkan got, tapi bahkan tidak berkenalan dengan para anggota Gafatar. Pembicaraanku dengan anggota Gafatar, dapat dibaca disini : Dituduh Ormas Mencurigakan, Ini Jawaban Gafatar Rejang Lebong dan Ini Rekam Jejak Ormas Gafatar
Beberapa waktu kemudian, dimulai dari hilangnya seorang Dokter cantik lalu merembet ke laporan hilang dari keluarga lainnya. Baru diketahui, apa itu Gafatar dan apa visi misinya. Waktu saya berbicara dengan para anggota Gafatar dulu, mereka terlihat seperti orang yang baik. Tidak tahu apakah yang akan mereka rencanakan di daerahku, tapi yang jelas mereka gagal total didaerahku. Media berperan besar memberi pressure pada Gafatar. Mereka baru tiga atau empat hari menginjakkan kaki di Rejang Lebong, tapi sudah ditekan dari berbagai arah. Kesimpulannya ; Daerah kami bersih dari Gafatar!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H