[caption caption="Sumber : pojokseni.com"][/caption]Ada kejadian unik dalam acara Simposium Nasional bertajuk Membedah Tragedi 1965, Pendekatan Kesejarahan" di Hotel Aryaduta, Jakarta, tanggal 18 - 19 April 2016.
Seorang penyair kenamaan, Taufik Ismail yang membaca puisi pada hari kedua acara tersebut, menyebut bahwa Komunis dan Partai Komunis Indonesia (PKI) kejam lewat bait puisinya.
"Program ekonomi diseluruh negara komunis tidak ada satupun yang berhasil. Mati kelaparan, bergelimpangan di jalan-jalan," bait dari puisi yang dibacakan Taufik Ismail.
Sontak saja, peserta kegiatan tersebut langsung menyorak, mencemooh dan meminta Taufik Ismail berhenti membacakan puisinya. Menurut sebagian besar peserta Simposium tersebut, Taufik Ismail tidak sedang membaca puisi, melainkan memprovokasi.
Awalnya, Taufik Ismail berteriak meminta waktu untuk menyelesaikan pembacaan puisinya. Namun, gelombang protes dari peserta semakin kencang. Taufik Ismail juga sempat menyatakan akan mempersingkat pembacaan puisinya.
"Saya persingkat, saya persingkat," kata Taufik Ismail berulang-ulang.
Puncaknya, ketika Taufik Ismail membacakan bait yang berbunyi ;
"Sebabnya adalah mereka membantai bangsanya sendiri, mereka membantai bangsanya sendiri. Di Indonesia Pertamakali di bawa oleh Musso, di bawa Musso. Di Madiun mereka mendengarkan pembantaian".
Gelombang protes semakin keras, sampai akhirnya MC acara mengambil alih microphone untuk menenangkan. Setelah itu, Taufik Ismail langsung berlalu, namun tetap diiringi teriakan dan cemoohan dari peserta rapat.
Tulisan ini juga dimuat di pojokseni.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H