Hampir setahun lalu, tepatnya sekitar bulan Maret 2015 yang lalu aku menunggu kedatangan seekor Harimau Sumatera betina yang diamankan oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bengkulu dari wilayah Seluma. Harimau malang itu terkena jeratan babi hutan yang dibuat warga di sekitaran wilayah hutan tersebut, dekat dengan kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS). Cukup lama aku dan seorang rekanku menunggu, sampai harus menghabiskan lebih dari setengah bungkus rokok dan dua gelas kopi.
Tidak lama kemudian kendaraan tersebut sampai, dengan 'aroma khas' harimau. Sebuah mobil jenis Hilux dengan bak terbuka dibelakang, sudah membawa semacam kandang besi untuk harimau itu. Kemudian, petugas membuka perlahan-lahan penutup kandang besi tersebut, sampai muncullah seekor harimau besar, dengan tangan terluka.
Luka ditangannya begitu parah, namun tidak mengurangi kesangarannya sedikitpun. Bunyi nafasnya saja sudah membuat bulu kuduk merinding. Darah dari tangannya berceceran kemana-mana. Dagingnya menonjol keluar. Begitu berbahaya jeratan babi hutan yang dibuat warga itu.
Setelah dievakuasi dan dipindahkan ke kandang lain, harimau betina ini kemudian diberi nama. Namanya cantik sekali, Elsa, meskipun bagiku, sepertinya nama yang paling cocok untuk harimau itu adalah Xena. Hehe.
Beberapa perawatan diberikan pada Elsa, juga makanan agar ia tetap sehat. Kakinya yang terkena jeratan ternyata sudah terinfeksi, sehingga harus di amputasi. Ia terus mendapat perawatan sampai tubuhnya benar-benar pulih. Tapi, tidak seperti harimau lainnya yang dikembalikan ke alam liar, Elsa justru dikirim ke Pusat Latihan Gajah (PLG) Seblat di Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu. Sebab, dengan kondisi kaki yang teramputasi, tentu akan menyulitkan Elsa untuk dilepas ke alam liar.
Sejak saat itu, 'hubungan antara aku dan Elsa' terputus. Aku tidak tahu bagaimana keadannya, meski sempat kudoakan ia tetap selamat dan sehat sentosa.
Malam ini, aku mendengar kabar buruk. Harimau betina dewasa berusia sekitar 6 tahun ini ditemukan tewas di kandangnya sendiri, wilayah PLG Seblat pada hari Minggu 24 Januari 2016. Kemungkinan, penyebab Elsa meninggal adalah karena stress atau dari makanan yang ia konsumsi. Elsa dikeluarkan dari kandangnya pada pagi dan siang hari untuk mengenal lingkungannya. Namun, malang sekali, karena kakinya yang sudah tidak normal, ia juga tidak bisa berjalan normal. Ia terhuyung-huyung, sampai akhir hayatnya.
Harimau Sumatera jumlahnya sudah semakin sedikit. Di tanah Sumatera, ia bahkan hanya tersisa sekitar 40-an ekor saja. Kematian Elsa, mengurangi jumlah mereka. Menambah langka populasi raja hutan dari Sumatera ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H