2008, awal mula aku mengenal internet. Masih jelas sekali saat itu aku masih kelas 2 SMP. Waw, baru mengenal internet ? ya namanya juga daerah pinggiran. Fasilitasnya tak sekomplit dikota-kota besar. Belajar internet di warung internet yang tak jauh dari sekolahku. Sekolahku pun saat itu belum ada internet. Komputernya pun hanya sebatas Pentium 3 maksimal.
Namun sisi baik dari anak sekolah saat itu adalah tak ada kata bolos diwarnet. Tak tahu jika sekarang. Mungkin dengan maraknya fasilitas game online akan menarik hati pelajar polos untuk main dengan leluasa saat jam sekolah.
Kembali ke kisahku tadi, saat itu memanfaatkan internet hanya untuk mencari gambar tokoh favorit. Seperti kartun Naruto yang saat itu lagi boomingnya. Kemudian actor Jackie Chan yang sudah jarang tampil di televise, maka untuk mengobati rasa kangen mencari fotonya di internet.
Setelah mempunyai handphone, internet menjadi sumber kebutuhan yang tak bisa dihentikan. Setiap 2hari sekali pasti pergi ke warnet bareng-bareng untuk mendownload lagu yang sedang hits.
Ada satu kebiasaan unik yang selalu aku ingat saat itu. Yaitu setiap kali kewarnet pasti rame-rame, dan nanti iuran untuk bayar sewanya. Lumayanlah, jika sendiri Cuma bisa untuk 1 jam, namun jika bertiga, bisa sampai tiga jam.
Setahun kemudian, bosan dengan aktifitas internet yang hanya mencari gambar, dan mencari lagu, kali ini aku merambat ke blog. Mencoba membuat sebuah halaman pribadi yang saat ini tak tau sudah bagaimana nasibnya.
Setelah lulus SMP dan memasuki SMA. Aktifitas internet semakin sibuk mengisi hari-hariku. Apalagi saat itu sudah dipasang internet di rumahku. sehari-hari kerjaanku hanya duduk didepan monitor sambil oprek blog, download aplikasi game, facebookan, dan kegiatan yang tak menghasilkan lainnya.
Hingga saat kelas 2 SMA. Aku bertemu dengan teman sekelasku, Fandi, yang mempunyai bisnis online. Tertarik pastinya, dan juga salut dengan dia. Masih muda, namun sudah meniti karir di dunia maya.
Bisnisnya adalah jualan online dengan system reseller di salah satu situs jual beli. Dagangannya antara lain seputar kebutuhan sandhang. Ada kaos impor, baju, jaket, tas, jam, aksesoris, sepatu, dan topi. Dari semua produk adalah produk impor dari luar. Ada yang kualitasnya original dengan harganya yang bikin tercekik, namun ada pula yang KW dengan harga lumayan namun kualitas juga oke.
Kemudian aku bertanya, “apa ada yang beli ?”
“Ya ada lah, masak jualan tak ada yang beli.”, jawabnya.
“siapa aja yang beli ?”, tanyaku lagi, namanya juga penasaran ya.
“tak kenal aku, biasanya dari jauh, ada yang dari Jakarta, bandung, jambi, Makassar, dan luar jawa lainnya.”, terangnya.
Ternyata toko online itu pembelinya dari mana saja. Bahkan kata temenku dia pernah dimintai pesanan dari Negara tetangga, Malaysia, namun dia menolak karena keterbatasan pengiriman yang tak menunjang.
Bahkan aku baru tahu saat itu, ternyata toko online memanfaatkan jasa pengiriman barang. Saya kira diantar oleh perwakilan cabang toko online yang bersangkutan.
Semakin penasaran dengan cara kerja jualan online, saya terus berguru dengan dia. Dan untungnya Fandi mengerti maksudku dan selalu melibatkan dalam bisnisnya. Saat ketika dia memintaku untuk membuatkan sebuah blog untuk memajang dagangannya. Karena selama ini Fandi memanfaat social media facebook untuk menawarkan dagangannya.
Seiring proses, ternyata database jualan online fandi terlalu banyak hingga sulit di organisir lewat sebuah blog. Dan akhirnya, blog pun vakum. Sekarang kembali ke social media.
Dan saya pun mulai menjadi bagian toko onlinenya, sebagai salah satu admin yang bertugas menanggapi pertanyaan, mengupdate jika ada barang baru, dan menawarkan kepada konsumen. Bahasa kerennya Sales Marketing. Hehehe.
Seperti kata peribahasa jawa, “wiwiting tresna jalaran saka kulina”, yang artinya, awal cinta bermula dari kebiasaan. Jadi, aku jatuh cinta sama Fandi ? oohh tidak. Aku jatuh cinta sama barang-barang dagangannya.
Barang yang dijual online terkadang tidak akan kita temui di toko-toko bebas. Sepertinya memang benar. Buktinya aku tidak pernah melihat barang dagangan fandi di toko onlinenya dipajang di toko-toko di tempatku. Dan sepertinya itulah nilai lebihnya belanja online.
Hingga aku membutuhkan sebuah tas ransel untuk sekolah sehari-hari. Karena memang tasku yang lama udah rusak resletingnya.
Aku orangnya pemalu dan manja, jika tidak dibelikan aku tidak akan belanja sendiri. Belanja itu pun aku paling malas, harus ke kota dengan perjalanan sekitar 45 menit. Sampai toko memilih, kalau langsung cocok, beli. Tapi aku jarang cocoknya, kalau milih lama, bisa sampai 30menit lebih untuk satu barang. Iya kalau langsung cocok, kalau tak ada yang sesuai, harus muter lagi ke toko yang lain. Dan sayangnya, sampai toko yang terakhir tidak ada yang cocok, harus kembali lagi ke toko yang pertama. Waw, apa apaan ini.
Akhirnya tanpa sengaja saat mengupdate jualan onlinenya Fandi, saya tertarik dengan salah satu model tas ransel impor. Tas ransel warna merah dengan tiga ruang dan tentunya KW super.
Muncul pertanyaan, bagaimana pembayarannya ? aku tidak punya ATM atau tabungan. Untung saja, penjualnya adalah Fandi, teman saya sendiri. Jadinya daya tinggal membayar cash ke dia.
Katanya, “tunggu sampai 6 hari nanti barang akan dikirim ke alamatmu.”.
Benar saja, barang sudah diterima. Tas ransel seperti yang aku inginkan. Barangnya cocok sekali dengan yang ada di catalog. Dan tentunya, aku tak susah repot-repot keliling kota untuk mencari sebuah tas yang cocok.
Bermula dari itulah, aku semakin ketagihan dengan yang namanya belanja online. Dengan modal kepercayaan dan pintar-pintar memilih penjual yang sekiranya bersungguh-sungguh, tak perlu lagi berdesak-desakkan memilih barang.
Ada satu cerita lagi saat aku belanja online. Yaitu ketika aku membutuhkan baju batik untuk dipakai setiap hari Rabu di kampus.
Saat itu hari Rabu pas ada acara Pengenalan Mahasiswa Baru di kampusku. Ibu dosen memberikan pengarahan tentang tata tertib pakaian selama proses belajar mengajar.
“pakaian bebas rapi bersepatu, namun khusus untuk hari Rabu wajib memakai pakaian batik”, tegas Bu Dosen.
“matih aku”, batinnya, selama ini aku tidak punya baju batik. Ada juga batik sekolah, dan juga batik pinjaman dulu pas SMA yang belum aku kembalikan dan sekarang udah kekecilan. Hehehe.
Untuk beli pun kayaknya juga repot. Aku tinggal di daerah Magetan, dan batik itu terkenal di jogja, apakah aku harus ke Jogja lagi untuk membeli sebuah baju batik ?
Sebenarnya ada penjual batik di Magetan, tapi untuk jelas lokasinya aku tak tahu. Dan katanya di pasar juga ada, tapi aku paling malas jika harus ke pasar dan keliling bertanya setiap penjual di pasar yang sangat besar itu.
Hingga aku berinisiatif, kenapa tidak beli online saja. Ini masih hari Rabu, dan masih ada waktu satu minggu untuk proses pengiriman.
Benar saja, malam harinya aku langsung browsing di internet tentang toko online penjual batik. Dan ternyata banyak banget hasil pencarian tentang baju batik. Seperti biasa, aku ambil saja situs teratas dan rekomendasi dari sang mesin pencari.
Tak seperti yang aku kira, banyak pilihan batik dengan variasi harga yang beraneka ragam. Mulai dari batik pekalongan, batik bola, batik wayang, dan beraneka batik lainnya. dengan harga mulai 30ribu, hingga ratusan ribu, bahkan ada yang sampai jutaan.
Mataku tertuju pada batik pekalongan warna biru. Dengan motif kecil-kecil di sekujur kain dan motif besar putih dibagian tengah badan. Harganya pun lumayan murah, cocok dengan kantong mahasiswa yang pas-pasan, 45ribu rupiah. Ditambah biaya pengiriman 15ribu dari Yogyakarta ke Magetan.
Keesokan harinya, hari kamis, aku ke bank dengan ATM milik kakakku melakukan transfer ke rekening penjual batik. Belum smpai 5 menit, transaksi sudah selesai. Yang paling menyita waktu adalah perjalanan dari rumah menuju mesin ATM-nya.
Setelah itu aku konfirmasi lewat SMS, yaitu memberitahukan bahwa saya telah mengirim pembayaran lewat ATM dengan nama kakak saya.
Pelayanannya sangat cepat, seketika langsung dibalas dan barang sudah siap untuk dikirim. Oke deh, minggu depan jadilah diriku mengenakan batik saat kuliah hari pertama.
Belum sampai hari Rabu, yaitu hari Selasa siang aku mendapat berita dari temanku yang sedang magang di kantor pos. Dia memberitahu bahwa aku mendapat kiriman paket.
“Dari mana mbak ?”, tanyaku, karena memang aku sedang menunggu beberapa kiriman paket.
“dari toko batik Jogja”, jawabnya.
Hah, ternyata baju batikku sudah sampai. Tak secepat yang aku kira, bayanganku hari Rabu sampai, ternyata malah hari Selasa.
[caption id="attachment_205591" align="aligncenter" width="300" caption="hasil beli online :)"][/caption]
Belanja online itu memang mengasyikkan, selain efisien dalam, kita juga seakan dapat surprise. Setiap hari hati dan pikiran selalu tertuju dengan keadaan rumah, berharap setelah pulang sekolah atau kantor, ada sebuah kiriman barang dirumah.
Namun sesuatu hal yang masih merepotkanku, yaitu soal pembayaran transfer bank yang kurang efisien. Walau sudah menggunakan ATM yang semakin mudah tidak perlu antri ke teller, namun saya juga harus menuju ke ATM terdekat yang jaraknya lebih dari 10km. cukup menguras bensin.
Kenapa tidak mencoba internet banking ? menurut pengalamanku bersama Fandy juga, ketika akan menggunakan internet banking harus mendaftar dulu ke bank yang ebrsangkutan. Kemudian akan diberi alat untuk memunculkan pin atau kode untuk digunakan transaksi. Sepertinya masih agag ruwet menurutku. Harus pakek alat segala.
Tentunya kedepannya saya sangat ingin belanja online hanya dengan duduk manis didepan computer atau handphone, tanpa alat khusus, kemudian melakukan pembayaran dan langsung dikirim. Mungkin akan lebih efktif dan efisien.
Teringat pula satu tahun yang lalu, yaitu pada tahun 2011. Sahabatku Fandi terkena tipu oleh bos toko onlinenya. Bos yang seharusnya bertugas mengirim barang yang sudah dipesan lewat Fandy, ternyata melarikan diri padahal Fandi sudah mengirim uang sebesar 700ribu rupiah.
Dunia marketing di dunia maya memang beragam rasanya. Bisa untung bahkan bisa rugi seperti yang kami alami. Namun itu semua tak menyurutkannya untuk terus mengibarkan sayap toko online ke dunia maya.
Waktu memang tidak bisa ditebak. Semua yang ada dimasa depan adalah rahasia Tuhan. Dan itu telah kami buktikan selama ini.
Ditengah ramainya pasar online, kami harus rela jatuh terpuruk. Sekarang, toko online milik Fandy hanya tinggal kenangan. Setelah kejadian satu tahun lalu. Yaitu akun dari facebook yang digunakan untuk mencari nafkah harus rela jatuh ditangan orang tak bertanggung jawab. Toko online fandi kena bajak. Padahal toko online itu sudah bertahun-tahun menyambung ekonominya.
Semoga saja kedepannya dunia e-commerce Indonesia lebih maju dan tentunya terbebas dari pihak-pihak yang bertujuan jahat. Jangan sampai dengan perkembangan IPTEK yang semakin maju, semakin banyak pula pihak yang dirugikan.
Kerugian adalah hal yang paling ditakuti manusia, namun kerugian jugalah yang mendorong sebuah perubahan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H