Beberapa hari yang lalu saya pernah menulis di kanal Lifestyle-catatan harian-Kompasiana ini. Tulisan yang saya beri judul "Ketika Saya Memilih Tidak Jadi PNS" memang membahas bagaimana spontanitas saya menanggapi ajakan teman untuk mendaftar jadi CPNS yang sepertinya belakangan ini menjadi trend bagi para pencari kerja pun bagi mereka yang ingin melakukan perbaikan nasib.
Dalam catatan itu, saya pun akhirnya menyatakan memilih untuk tidak mendaftar sebagai CPNS dengan alasan yang sebenarnya juga spontan lahir dari pemikiran saya pada waktu itu. Alasan, bahwa saya tidak mau menjadi beban bagi negara dan beban bagi rakyat banyak karena berfikir, kalau pada akhirnya saya menjadi PNS, itu berarti saya mendapat gaji dari negara. Sementara disisi lain, saya tahu bahwa uang yang dipakai negara (pemerintah) untuk membayar gaji pegawai (PNS) saat ini itu diambil dari APBN yang jelas-jelas sebagian besar dananya bersumber dari utang.
Saya sendiri belum bisa menjamin alasan saya itu rasional atau tidak, namun melihat beberapa komentar dari pembaca tulisan itu, saya menyimpulkan sendiri kalau ternyata alasan saya lebih pada sikap idealisme-apakah idealis murni-atau idealis utopis-entahlah.
Selain sikap cenderung lebih idealis (maaf, tolong jangan bilang kalau saya ini sok idealis ya!), dengan alasan saya seperti diatas, secara tidak langsung sebenarnya ada keinginan saya memberikan pesan kepada semua orang, khususnya kepada generasi muda seusia saya jika ternyata kadang kita lupa bahwa sebenarnya  wajar tidak sih kita ini jadi PNS?. Sementara disaat yang sama, mungkin kita tidak pernah berfikir apa sebetulnya yang memotivasi kita untuk jadi PNS?. Apakah karena uang dan jaminan masa depan saja?. Apakah karena ingin membanggakan keluarga?. Apakah karena ingin merasa terhormat di tengah masyarakat?. Ataukah karena memang ingin sepenuhnya menjadi abdi negara?.
Kalau saja kemauan kita menjadi PNS karena uang dan jaminan masa depan saja, maka saya pikir kita salah mengambil keputusan itu. Setahu saya, jika mau berfikir sehat, beberapa fakta bisa kita lihat yang kemudian akan menunjukkan kalau ternyata untuk menjadi kaya raya bukanlah dengan jalan menjadi PNS. Taruhlah misalnya kita melihat daftar orang-orang terkaya di Indonesia, mereka ini rata-rata kaya bukan karena mereka PNS. Melainkan karena mereka ini kebanyakan jadi pengusaha (entrepreneurship), menjadi pebisnis, menjadi kontraktor, menjadi penyedia jasa (contoh: pengacara) menjadi Chief Executive Officer, dll.
Begitu juga dengan dua poin berikutnya,-menjadi orang terhormat-menjadi kebanggaan keluarga-otomatis sudah bisa dicapai dengan terpenuhinya poin pertama. Siapa sih yang tidak merasa terhormat dan bangga kalau punya banyak kekayaan?. Akan ada banyak orang yang menaruh hormat pada anda karena kekayaan anda. Ya, minimal anak buah anda, bawahan anda, atau pekerja yang bekerja di perusahaan anda. Begitu juga soal kebanggaan, tentunya orang-orang disekitar anda, utamanya keluarga anda sendiri akan merasa bangga luar biasa jika anda sudah mapan secara ekonomi alias kaya.
Lalu kembali ke pertanyaan awal, apakah semua hal diatas hanya bisa diperoleh dengan jalan menjadi PNS?. Orang yang berfikir sehat sudah barang tentu akan mengatakan "TIDAK". Masih banyak jalan lain yang paling menjanjikan dibanding dengan memilih jalan sebagai PNS semata. Justru dengan menjadi PNS, kita sebetulnya rentang menjadi PSN korup apalagi hal itu (ingin kaya) terus kita paksakan.
Selanjutnya, apakah keputusan kita jadi PNS karena memang pada dasarnya ingin menjadi abdi negara?. Dalam posisi seperti ini, saya secara pribadi dengan sepenuh hati turut mendukung sekaligus mengangkat dua jempol buat keputusan itu. Kalau keputusan itu lahir dengan alasan ini, maka itu berarti kita sudah bisa memaknai posisi PNS yang sesungguhnya. Dengan demikian, akhirnya keputusan kita untuk menjadi PNS akan menjadi keputusan yang rasional dan sesuai dengan apa yang diharapkan semua orang.
Berangkat dari pemahaman diatas, saya pun berharap untuk saat ini tidak ada lagi diantara kita yang mendaftar kemudian mengikuti rangkaian test CPNS dengan niat hanya sekedar mencoba-coba keberuntungan saja, tanpa memikirkan dengan matang sekaligus penuh persiapan yang memadai sebelum pada akhirnya benar-benar mendapat tempat selaku abdi negara alias PNS.
Sungguh ironis rasanya ketika saya mendengar masih ada orang yang rela mengeluarkan uang demi diloloskan sebagai CPNS. Padahal konten persiapan yang memadai sebagaimana yang sudah saya sebutkan diatas tidak seperti itu maksudnya. Persiapan itu tidak lebih pada kesiapan mental dan kesiapan batin kita sebelum menjadi CPNS.
Hal ini saya ungkit, sebab pengalaman ada teman saya yang sudah jadi PNS hampir setiap kali ketemu sama saya, dia selalu mengeluh. Keluhan-keluhannya mengenai padatnya jam kerja, keterbatasan waktunya buat refhresing meski hanya bersama keluarga, keterikatannya pada sebuah rutinitas, keterkekangannya dibawah kendali seorang pimpinan, dll.