Mohon tunggu...
Adhye Panritalopi
Adhye Panritalopi Mohon Tunggu... profesional -

Alumni Fak. Hukum Univ. Hasanuddin Makassar#Penyair dari Komunitas Halte Kayu Makassar#Penulis tetap di www.negarahukum.com# "AKAN ada banyak "WARNA" sebagi pilihan, tapi seorang SARJANA HUKUM harus berani menerima "HITAM dan PUTIH" sebaggi REALITA" ___Twitter @adhyjudo__FB: Adhye Panrita Lopi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Valentinsiana] Cinta dan Kesetiaan

15 Februari 2014   04:22 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:49 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1392387453573252494

Peserta: No. 02

Adhye Panritalopi & Harirotul Fikri

Aku dan Bram sudah pacaran sejak dua tahun silam. Aku dan Bram sama-sama tinggal di sebuah kampung, sebelah utara kota Malang. Karena kehidupan ekonomi keluarga yang pas-pasan, Bram memutuskan berangkat ke Malaysia menjadi TKI. Keputusan itu diambilnya tanpa meminta pertimbangan dariku. Enam hari yang lalu, terakhir kali aku komunikasi dengan Bram.



(Ilustrasi: akbar08.wordpress.com)

***

Sungguh aku kecewa atas keputusan Bram yang memilih berangkat ke negeri Jiran di banding ia mau tinggal di kampung halaman dan dekat denganku. Aku tidak mau terima apa pun alasannya, sehingga Bram memutuskan berangkat ke negeri Jiran. Bagiku, jika keberangkata Bram kali ini hanya karena alasan ekonomi, kenapa dia tidak cari kerja di sini, di kota ini?. Kenapa ia harus jauh-jauh mencari kerja ke Malaysia?. Kenapa ia harus jauh dariku?.

Dari awal kepergian Bram, aku merasa bahwa itu juga merupakan awal dari kisah cintaku yang baru. Ketika itu, aku sudah memutuskan untuk melupakan Bram. Aku sama sekali tidak yakin kalau Bram masih bisa menjaga kemurnian cintaku selama ia jauh di negeri rantau.

Bram terlanjur pergi, dan kekecewaanku pun terlanjur aku pupuk dalam hatiku. Mungkin inilah yang membuat aku akhirnya memutuskan menerima lamaran Joni. Seorang pengusaha sukses dari tetangga kampung yang dulu memang sebelumnya sudah pernah mengajukan lamaran kepadaku. Jika dulu aku menolak lamaran dari Joni karena  Bram, maka kini kuputuskan menerima lamaran Joni juga karena Bram. Dalam hal ini, aku sadar aku egois, tapi apa boleh buat, aku tidak mau menunggu dan hidup dalam ketidak pastian. Maaf Bram, aku memilih untuk tidak setia padamu !

****

Pagi ini langit cerah sekali, udara dari luar terasa begitu sejuk. Aku duduk di kursi sambil memandangi mukaku dari balik cermin yang melekat di dinding kamarku. Hari ini aku merasa ada perasaan gembira yang terselip di lubuk hati kecilku.

Bagaimana tidak gembira, tiga hari lagi ijab kabulku dengan Joni akan dilaksanakan. Rasanya aku tidak sabar lagi melangsungkan pernikahan dengan Joni. Dari dulu aku bermimpi duduk di pelaminan sambil melemparkan senyum ke semua orang. Memandangi satu-persatu tamu undangan yang hadir. Lalu berdiri untuk menyalami tamu yang hendak pulang. Tak lupa juga, aku dan mereka berfoto bersama untuk mengabadikan momen-momen kebahagiaanku itu.

Saat itu sisir sudah ada di tanganku. Namun, aku belum sempat menyisir rambutku, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu rumah. Segera aku keluar dari kamar. Ku buka pintu rumah. Lalu ku dapati seorang pria berseragam seperti seragam tukang pos. Pria itu kemudian bertanya,

“benar ini rumah Mbak Harirotul Fikri?”

“bener mas, aku Harirotul Fikri, ada apa mas?”, tanyaku.

“ini ada surat buat mbak”, kata orang itu.

“oh iya, terima kasih mas”, jawabku singkat

Setelah aku menandatangani bukti penerimaan surat dari petugas pos, Pria itu langsung pamit dan melangkah keluar meninggalkan halaman rumahku. Aku juga langsung masuk ke dalam rumah. Menutup pintu rumah. Lalu kembali masuk ke dalam kamarku dan duduk di kursi semula. Perlahan ku buka surat yang tadi diantar oleh tukang pos. Tidak ada nama yang tertera di halaman depan amplop surat itu. Setelah ku buka, perlahan aku baca isi surat itu.



Hy,
Dengar-dengar kamu sudah mau menikah dengan lelaki pilihanmu ya?. Sebelumnya, saya ucapkan selamat deh buat kamu sayang?. Oh iya, sebelumnya saya juga minta maaf, mungkin kamu akan bertanya-tanya, ini dengan siapa ya?.

Aku bukan siapa-siapa sayang!. Aku hanyalah seorang perempuan yang pernah merasakan luka. Aku hanyalah seorang wanita yang pernah merasakan sakit hati. Aku hanyalah seorang perempuan yang pernah berhari-hari menyambut pagi, siang dan malam dengan air mata kesedihan. Aku hanyalah seorang perempuan yang pernah merasakan derita batin saat di tinggal pergi oleh seorang lelaki yang amat ia cintai. Aku hanyalah seorang perempuan yang pernah mengucapkan kutukan untuk seorang lelaki yang memilih meninggalkanku untuk perempuan lain.
Aku hanyalah seorang perempuan yang pernah melahirkan seorang putri lucu, imut dan berwajah cantik namun tak sempat melihat putrinya itu tumbuh dewasa sepertimu sekarang. Dan aku hanyalah perempuan sial yang menurut ayahmu dulu, aku adalah orang yang paling dia cintai dan sayangi di dunia ini. Terakhir, aku hanyalah seorang perempuan yang merasa paling senang mendengar kabar bahwa kamu sudah mau menikah.
Dan jujur, sebetulnya dari dulu aku sudah sering menutupi dan menyembunyikan kesenanganku kepada semua orang di luar sana. Namun hari ini, entah kenapa, kepadamu, rasanya aku tidak bisa lagi menutupi dan menyembunyikan kesenanganku itu. Aku sama sekali tidak tahu kenapa sampai ini terjadi?. Mungkin ini semua dikarenakan ada dorongan batin yang selam ini menghubungkan mata hati seorang ibu dengan anak-anaknya. Entahlah!. Yang jelas, sekali lagi aku mau mengatakan bahwa hari ini aku sangat senang mendengar kamu sudah mau menikah sayang.
Maafkan aku sayang, jika orang yang pernah mengasuhmu dalam rahimnya selama 9 bulan ini nantinya tidak bisa duduk di sampingmu. Menemanimu menyambut tamu-tamu undangan yang  datang ke pestamu kelak. Meskipun begitu, yakinlah sayang!, aku tetap akan mengirimkanmu doaku yang paling terbaik untukmu. Untuk mendampingimu dalam pesta pernikahanmu nanti. Biarkanlah doa itu yang akan mewakiliku mendampingimu. Insya Allah … aamiin ‼!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun