Mohon tunggu...
Adhye Panritalopi
Adhye Panritalopi Mohon Tunggu... profesional -

Alumni Fak. Hukum Univ. Hasanuddin Makassar#Penyair dari Komunitas Halte Kayu Makassar#Penulis tetap di www.negarahukum.com# "AKAN ada banyak "WARNA" sebagi pilihan, tapi seorang SARJANA HUKUM harus berani menerima "HITAM dan PUTIH" sebaggi REALITA" ___Twitter @adhyjudo__FB: Adhye Panrita Lopi

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Ucapan untuk Seorang Sahabat

19 April 2014   19:24 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:28 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1397885061737400557

/1/
sobat,
sudah sekian lama aku melihat ada orang-orang takut melangkah, menapaki kaki senja yang konon menyimpan kerikil tajam. mereka takut melangkah. bahkan ada yang sama sekali lari menghindar. "kemarau, kemarau, kemarau", itu kata mereka. begitu bengiskah kemarau?. begitu parahkah dahaga?. begitu miriskah cerita?. sampai orang-orang lari menghindarinya?. sampai orang-orang berlari menjauhinya?: aku tidak yakin cerita akan mengembalikan langkah mereka
/2/
sobat,
kau tahu?, aku disini juga meragukan cerita kemarau. aku meragukan kisah Gibran tentang gelas kosong. tentang mawar dengan durinya. tentang mimpi cinta yang terkubur di pelataran waktu. tentang perahu-perahu kertas yang sobek di terjang badai. atau, tentang ilalang yang terus menikam mimpi. sungguh, aku ragu tentang semua itu sobat. tetapi, tahukah kau sobat?, sampai hari ini, aku sendiri belum bisa menepis semua keraguan itu. aku tidak bisa sepertimu sobat. aku tidak bisa meninggalkan kota mimpi. aku tidak bisa meninggalkan kebiasaanku memahat senja. aku tak bisa lari dari cengkraman kemarau: aku meragukan keyakinanku sendiri sobat.
/3/
sobat,
setelah hari ini kau memutuskan berhenti memahat senja. setelah hari ini kau memutuskan meninggalkan mimpi. setelah kau putuskan memilih mawar. lalu kau berhasil meluruskan cerita kemarau. juga kau berhasil keluar dari kutukan puisimu. maka, hari ini aku pun berharap kau bisa bahagia. kau jaga lentera yang terlanjur sudah kau nyalakan. lalu kau tulislah cerita baru tentang bunga-bunga. cerita baru tentang ketakutan-ketakutan Gibran. cerita baru tentang kau dan dia yang menjadi pilihan hidupmu: aku akan selalu setia mendengar ceritamu itu, sobat.
/4/
sobat,
jika pada akhirnya kau tiba di penghujung cerita kelam, aku hanya ingin menitip pesan untukmu. jangan lagi kau bakar malam dengan syairmu yang penuh luka. jangan lagi kau benamkan galaumu di rahim puisi. jangan lagi kau sematkan keluhmu pada cinta yang gaduh. aku ingin kau tetap mengabariku dengan cerita-cerita manismu. aku ingin kau terus mengabariku tentang potongan-potongan senyummu saat menjemput malam. tentang tawamu yang datang mendahului mentari. juga tentang kebahagianmu yang terukir abadi di perut waktu: aku ingin melihatmu tetap gagah menantang badai, sobat.
/5/
sobat,
tiada yang dapat kuberikan untukmu selain ini sobat. bukan persoalan jarak semata. ada waktu yang menghalangi arah langkahku. ada waktu yang menghalangi mimpiku bertemu denganmu sobat. waktu tak membiarkanku menyaksikan kau lebur dalam gelora kebahagiaanmu. maaf, sekali lagi maaf sobat. barangkali bait ini saja yang mewakiliku. dari bait ini, kutitip ucapan selamat untukmu. sekali lagi, selamat, selamat sobat. bukankah kebahagianmu juga kebahagianku?: aku sahabatmu
[][][][][][]
Puisi ini khusus untuk sahabat sekaligus teman Kompasianer, Keken Dfsfs yang hari ini melangsungkan akad NIKAH ... semoga pernikahannya bisa SAMAWA, aamiin .. !!
Sumber Gbr: ucapanselamatmenikah.blogspot.com

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun