Mohon tunggu...
Adhye Panritalopi
Adhye Panritalopi Mohon Tunggu... profesional -

Alumni Fak. Hukum Univ. Hasanuddin Makassar#Penyair dari Komunitas Halte Kayu Makassar#Penulis tetap di www.negarahukum.com# "AKAN ada banyak "WARNA" sebagi pilihan, tapi seorang SARJANA HUKUM harus berani menerima "HITAM dan PUTIH" sebaggi REALITA" ___Twitter @adhyjudo__FB: Adhye Panrita Lopi

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Kaukah Angin?

26 April 2014   01:32 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:11 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Langit Biru | Kompasiana (Kompas.com, Wicak Hidayat)kaukah angin? yang berhembus di malam hari menyapaku lembut di pagi hari tak jeda, memang tak ada jeda kau tiupkan dingin-dingin kau datangkan gigil-gigil di kulitku, kau tiba bersama kabut meneropong hatiku yang rapuh untung aku tak kalang kabut, kala itu kaukah angin? mungkin kau angin yang sering berbisik-bisik di pagi yang masih muda "aku cinta, aku cinta, akulah cintamu sayang" kaukah angin? mungkin kau angin yang merayap dalam bisu yang datang menggodaku tiap saat dalam duduk, dalam tidur, dalam diam sekalipun namun sayang, aku tak dapat mengenalimu pada setiap tanda :salahmu juga kau tak mau menampakkan diri kaukah angin? mungkin kau angin tapi dari mana kau datangnya? dari baratkah, atau dari timur? selatan?, utara?, tenggara? oh, darimana kau datangnya? kaukah angin? mungkin kau angin memberiku satu bintik cahaya dari redup bulan purnama kaukah angin? mungkin kau angin yang hendak menajamkan rinduku yang ingin melapisi setiap lubang hatiku sampai akhirnya aku lupa mengutuk senja kaukah angin? mungkin kau angin yang tersesat dalam mimpiku yang selalu kupanggil dari balik tangisku :aku menangis karena tak bisa melihat wujudmu kaukah angin? mungkin kau angin demikian lembutnya hingga aku tak lagi mengenalimu padahal aku sudah lama merindukanmu aku sudah lama menantimu di jeda mimpiku berkali-kali kutanya pagi "wahai pagi, dimana kau sembunyikan anginku?" oh, kau ingin yang mungkin angin jangan lagi kau gemetar disisi tembok kemarilah!, datanglah kau padaku temani aku bermimpi sebab mimpi terlalu menyeramkan bagiku oh, kau angin yang mungkin angin tidakkah kau dengar tangisku? di setiap isaknya aku selalu menyebut namamu aku suka menangisi rindu tetapi aku lebih suka menangisimu kaulah rindu yang tak pernah ada untukku 0h angin .... oh angan .... oh bayang .... oh sayang  .... [] [] [] [] [] [] []

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun