(Ilustrasi: regional.kompas.com)**bersembunyi kebaikan pada bencana yang datang tiada satu pun doa yang mendekat menawar keluh yang ada hanya riuh tanya puluhan reporter pencari berita dengan iringan sorot mata maya pelengkap duka menyelinap keluh kesah pada jelma mimpi di tiang aksara pada pucuk-pucuk ingatan tentang janji para penguasa, dahulu pula, pada titah kuasa sang pemilik semesta : bertasbilah takdir ! bencana, air bah datang merambah jalan kesusahan memenuhi janji tahunan untuk ibu pertiwi sebagai pengingat mereka yang dahulu lalai yang t'lah menebangi pohon-pohon tanpa perhitungan yang t'lah mengunduli hutan-hutan tanpa peduli pula yang menelantarkan sampah di atas permukaan tanah tempat ia bermukimmaka, bencana pun tiba kini ia berkisah tentang nasib suatu bangsa di koran-koran ia bercerita tentang duka anak manusia duka, yang menjadi langganan penduduk suatu negeri bak dongeng, tapi datangnya nyata di sudut pandangan mata manusia :bencana, ini jelas bencana ! hati para korban terus teriris pilu di sana, bocah-bocah tak berdosa mengerang tangis tua, muda, anak-anak, semua menanggung deritasekejap, tumpah lara di atas murka alam semesta oh, banjir .... apakah kini kau datang sebagai murka atau petunjuk? lalu kepada siapa? aku, dia, atau mereka? : kita !_______________________________
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H