selamat datang
kau tiba kembali di rumahmu
sementara aku hanyalah penjaga
yang terjaga dari tidur panjangku
ketika nalarku kian berebut samar
hari ini kau kembali menandai waktuku
menjadi penuntun jalan pulangku yang berdebu
di sepanjang lorong-lorong kotaku ini
aku berharap kehadiranmu kali ini
tak lagi menjadikanku pemuja batu-batu
yang membuatku jadi paku di pinggir trotoar
bersama reranting-reranting kering
di depan istana para penikmat kopi dan puting perawan
aku masih teringat
kapan hari kau datang
membawa sebongkah gerah
lalu kau tampar gelap di depanku
dan kau beri sekat pada ruang abu-abu
hingga aku bisa melihat cahaya matahari begitu indahnya
kini kau datang kembali
mungkin menjadi jawaban dari serangkain doaku
agar kelak aku bisa tumbuh seperti pohon beringin
bukan malah menjadi kayu lapuk di tengah derasnya hujan
selamat datang
kaulah waktu yang ku tunggu
setelah sekian lama
aku hanya mengalir dari luka ke luka
sesekali menerobos dinding dan gelapnya ruang perasingan
di tengah barisan gelas-gelas kosong yang kau tinggalkan
****
Adhye Panrita, Negeri Para Daeng
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!