Mohon tunggu...
Adhye Panritalopi
Adhye Panritalopi Mohon Tunggu... profesional -

Alumni Fak. Hukum Univ. Hasanuddin Makassar#Penyair dari Komunitas Halte Kayu Makassar#Penulis tetap di www.negarahukum.com# "AKAN ada banyak "WARNA" sebagi pilihan, tapi seorang SARJANA HUKUM harus berani menerima "HITAM dan PUTIH" sebaggi REALITA" ___Twitter @adhyjudo__FB: Adhye Panrita Lopi

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Atas Maulid Nabi Mahammad

12 Desember 2016   07:22 Diperbarui: 12 Desember 2016   07:37 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini bukan hanya soal perang kenangan. Bukan pula soal cinta naif sebatas syair. Hari ini aku ingin memintal waktu. Menuai ingatan tentang laku-laku. Memilah cerita demi seikat rindu padanya. Seiring peringatan akan hari lahirnya.

Di ruang yang tertata rapi ini, menafsirkan kisah dan sifatnya adalah kehendak. Kepada siapa saja. Agar laku dan tingkahnya menjadi cerminan:

Bukankah di hati ini ia tlah menjelma kisah indah masa lalu?.

Banyak hati yang tlah mengikatnya. Mengikat kisah dan keteladanan hidupnya. Bersama jarak dan waktu. Termasuk jua hatiku. Tak ada busuk riuh untuknya. Tak pula ada jarak yang sanggup mengaburkan indah sifatnya. Sempurnahlah kisahnya.

Di dasar rasa ini aku tlah banyak menangkap hikmah dari tiap kisahnya. Aku percaya zaman ini jadi penanda. Barangkali juga pemakluman atas rindu ini padanya:

Bukankah ia tlah mengajarkan kita agar tak mudah putus ingatan tentangnya?

Izinkan. Izinkan pula aku menyimpan ini dalam balutan keyakinan. Jauh dari ruang ketidak pastian di sana. Ruang dimana hening kita jadikan sarang amuk. Hingga lahirlah di antara kita bengis. Di negeri ini. Memberi kecamuk:

Lupahkah kita pada kilaunya?

Sesuai janji-Nya. Sungguh, aku harap kelak waktu mempertemukan kita di tempat yang sama dengannya. Itulah doaku. Boleh jadi ini kejutan. Bagiku. Itulah hari yang paling kunanti setelah keentahan ini:

Bagaimana denganmu?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun