Mohon tunggu...
Adhye Panritalopi
Adhye Panritalopi Mohon Tunggu... profesional -

Alumni Fak. Hukum Univ. Hasanuddin Makassar#Penyair dari Komunitas Halte Kayu Makassar#Penulis tetap di www.negarahukum.com# "AKAN ada banyak "WARNA" sebagi pilihan, tapi seorang SARJANA HUKUM harus berani menerima "HITAM dan PUTIH" sebaggi REALITA" ___Twitter @adhyjudo__FB: Adhye Panrita Lopi

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Pada Negeri Yang Bersolek

9 Februari 2014   07:39 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:01 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13919062281348421367

( Ilustrasi: www.tribunnews.com )***pada negeri yang bersolek, dalam gedung parlemen, di atas deretan kursi kuasa, duduklah seorang laki-laki berpakaian parlente di sampingnya, duduk pula seorang wanita berdandan bak seorang ratu: mereka ini, dewan kita yang terhormat pada negeri yang bersolek, di luar gedung parlemen, seorang kakek berusia senja mendorong gerobak rombengnya di temani istrinya yang menggendong anak kecil bernafas ganda anak itu sepertinya belum bisa mengenali rupa mimpinya derita hidup kedua orang tuanya membuat anak ini memilih diam pada takdirnya : mereka ini, rakyat jelata yang tak gila hormat pada negeri yang bersolek, dari balik jendela waktu, menjelang pemilihan umum lima tahunan, ku dapati isyarat mimpi yang kusampada ribuan kertas yang menempel di pohon-pohon namun sayangnya, isyarat itu hanya datang untuk menyilaukan mata aku yang menatapnya, merasa malu jika sampai jatuh hati dan tergoda pada isyarat itu : bagaimana mungkin aku tergoda jika waktu telah menceritakan ke segala penjuru dunia kalau parlemen negeri ini telah dihuni segerombolan pria-pria berdasi yang gemar menggerogoti nadi-nadi ibu pertiwi dan terbiasa merampok di muka umum yang juga dengan tega mencekik leher saudara sendiri dengan lidah kebohongan dan tangan-tangan besinya di temani perempuan-perempuan gatal dengan tubuh yang di balut blazer anggung tanpa malu tiada bersalah telah bersolek dan menari riuh di depan mata anak-anaknya dengan rok mini seolah hendak mengatakan kalau tuhan sudah mati dan cermin-cermin harga diri sudah tidak di butuhkan lagi seiring dengan datangnya tuhan baru bernama teknologi hasil rekayasa industri berlabel halal yang di dukung dengan kebijakan manusia yang sudah mengaku sebagai malaikat di tengah gerombolan semut padahal sejatinya ia hanyalah setan-setan terkutuk yang lahir di abad modern di tengah krisis identitas kemanusiaan dengan membawa risalah kebohongan yang mereka sebut janji suci sebagai perpanjangan tangan atas pesan tuhan yang dititipkan untuk dan atas nama kesejahteraan umat manusia yang sebelumnya mereka balut dengan janji palsu bercampur madu tapi pada akhirnya mengandung racun yang cukup mematikan?.Woiii .... negeri yang bersolek !

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun