Mohon tunggu...
Adhye Panritalopi
Adhye Panritalopi Mohon Tunggu... profesional -

Alumni Fak. Hukum Univ. Hasanuddin Makassar#Penyair dari Komunitas Halte Kayu Makassar#Penulis tetap di www.negarahukum.com# "AKAN ada banyak "WARNA" sebagi pilihan, tapi seorang SARJANA HUKUM harus berani menerima "HITAM dan PUTIH" sebaggi REALITA" ___Twitter @adhyjudo__FB: Adhye Panrita Lopi

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Mengugah Semangat Nasionalisme

12 Februari 2014   17:07 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:54 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

***Usman dan Harum,senyum kematiannya telah tercatat pada selembar kain kafan
berkibar serupa bendera pada rusuk sejarah negeri yang pernah gerah
ingin rasanya aku mengajak kalian kembali mengukur kain kafannya itu
memastikan kalau ia benar-benar mati tertikam senja di beranda sejarah bangsa
apakah kalian benar-benar berani mengukur kain kafan mereka ?
atau kalian malah lupa mengukur kain kafan kalian sendiri ?
:kita berada di ambang sejarah dan kematian jiwa tuan !

pada segumpal darah dalam tubuh yang masih bisa merasakan sakit cubitan
pada sekepal amarah yang terjepit di antara lekuk jiwa diammu
pada selembar sejarah buram akan semangat nasionalisme pendahulumu
pada sekantong luka, lelah dan gerah di depan kedua kelopak matamu
masihkah kau menyisakan semangat juang 'tuk kedaulatan negerimu tuan?

sekarang kau lihat tikaman sejarah bangsamu silam
ada luka di sana yang sudah dihinggapi se usap debu
tentang bagian dari sejarah kelam bangsamu nan ngilu
di bumbui keluh yang tumpah berserakan di dinding nurani

ada pilu di tepian titah waktu turut berkabung
menempel pula jejak bercak darah dan air mata
ada sayat sempurna pada semangat patriot tua-muda
bertahun-tahun melekat di lengkung bahu ibu pertiwi
di tengah-tengah riang kecerian kita menyambut malam

masihkah kita menyimpan sisa air mata moyang dahulu?
yang dulu sempat di sandera oleh kuasa negara tetangga ?
ku harap durja dalam jiwamu tak se murung angkasa hari ini, tuan !

jangan pupuk kelabu di dadamu wahai jiwa pengembara !
tanamkan kepercayaan pada dirimu wahai penyandang duka !
bahwa jiwa dan raga selalu siap kita berikan untuk kehormatan bangsa ini

:jayalah Indonesiaku di puncak harkat dan harga diri !

13921994982066722886
13921994982066722886

______________________________________

Syair ini di tulis untuk menggugah hati bangsa ini di tengah tekanan bangsa Singapura yang memprotes nama Kapal TNI AL (KRI) Usman-Harun yang pengeboman di MacDonald House, Orchard Road, Singapura, pada 10 Maret 1965.

Sumber Gambar:

1. news.liputan6.com

2. www.antaranews.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun