Mohon tunggu...
Adhye Panritalopi
Adhye Panritalopi Mohon Tunggu... profesional -

Alumni Fak. Hukum Univ. Hasanuddin Makassar#Penyair dari Komunitas Halte Kayu Makassar#Penulis tetap di www.negarahukum.com# "AKAN ada banyak "WARNA" sebagi pilihan, tapi seorang SARJANA HUKUM harus berani menerima "HITAM dan PUTIH" sebaggi REALITA" ___Twitter @adhyjudo__FB: Adhye Panrita Lopi

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

'Tuk Kawanku yang Memilih Jadi Gembala

22 Februari 2014   01:16 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:35 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

(Ilustrasi: www.pasti.co.id)***sudahlah, terlanjur ku ceritakan pada senja jika kita bukan lagi simbol perlawanan zaman dulu, mungkin kita sama-sama sebagai petani, disini di tempat ini kita pernah menanam se biji jagung saat hujan datang menelanjangi negeri kita tercinta dan suatu waktu kita berharap bisa panen bersama-sama adanya deretan makna mengeja kisah para petani pun akan kita petik ribuan buah cinta di kebun ini aku tahu kalian juga pencinta mawar, bukan? meski mawar menyimpang duri di tangkainya? aku dan kalian suka menanam mawar sebagai penyejuk hati memandanginya di sela kesibukan kita memupuk jagung :masihkah indah mawarmu kawan? setelah mimpi kalian sampai di puncak bukit prestasi sementara mimpiku masih merangkak di tepian tebing makna masihkah kalian ingin menjadi seorang petani seperti dahulu? menemaniku menanam biji-biji pepaya di musim yang payah ataukah tangan kalian sudah gerah mengayun gagang cangkulmu? pun barang kali kalian takut jika kaki kalian tertusuk duri tanaman? :ku harap duri 'kan mengingatkanmu pada rasa sakit kawan ! ah, sudahlah ! untuk apa lagi kalian merasa sakit tertusuk duri? bukannya kalian kini sudah memilih jadi gembala? biar aku saja yang merasakan sakitnya ditusuk durikalian urus saja sapi-sapi dan kerbau-kerbau kalian dan, biar pula ku jaga kebun yang dulu kita garap bersama 'kan ku tunjukkan bahwa semangatku se runcing duri tanaman itu 'kan ku tancapkan pula mimpiku di atas lahan gembur milikmu :maaf, aku masih ingin jadi petani kawan !_____________________________

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun