Mohon tunggu...
Adhye Panritalopi
Adhye Panritalopi Mohon Tunggu... profesional -

Alumni Fak. Hukum Univ. Hasanuddin Makassar#Penyair dari Komunitas Halte Kayu Makassar#Penulis tetap di www.negarahukum.com# "AKAN ada banyak "WARNA" sebagi pilihan, tapi seorang SARJANA HUKUM harus berani menerima "HITAM dan PUTIH" sebaggi REALITA" ___Twitter @adhyjudo__FB: Adhye Panrita Lopi

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Aku di Rel Sebelah

1 April 2014   17:24 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:13 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

(Ilustrasi: tempo.co)***aku di rel sebelah
menunggu datangnya petir
menyambar kalimat-kalimat durja
dari janji lidah-lidah pendusta

aku di rel sebelah
mendiami rumah-rumah pikun
menyaksikan pesta penguasa rimba
yang digelar,
saat menyambut kematian akal

aku di rel sebelah
menikmati indahnya kota kata
menunggu diam sebagai jawaban
atas harapan yang terlanjur kusut
menemani badai yang kehilangan jiwa

aku di rel sebelah
terjepit di ruas waktu
saat gelisah tak lagi bertahta
meninggalkan rahim puisi para pujangga

aku di rel sebelah
menatap canda burung-burung
menyaksikan rupa lintah-lintah
pengisap darah semut-semut
yang baru saja berjalan di garis renta

aku di rel sebelah
menunggu kabar petang kecut
yang gesit berlari ke tebing duka
mengejar pagi bergelang duri
di iringi lagu-lagu dari tanah gersang

aku di rel sebelah
lagi sibuk menebang gerah
dengan tajam larik puisi
bak pisau bermata silet
yang baru saja ku asah di pagi buta

aku di rel sebelah
dalam semedi berteman sendawa
di bawah beringin berdauan kelor
setelah menyaksikan runtuhnya mimpi
di sisi bangunan ayat-ayat purba

aku di rel sebelah
sedang meratapi duka negeri wayang
berteman rima dan bait-bait ompong
di tengah serpihan kata-kata penghujat
di sela-sela rimbun pohon hikmah berdaun samar

aku di rel sebelah
terpenjara dalam kotak dusta
terpasung oleh parade-parade kotor
yang memuntahkan kalimat-kalimat dengki
tanpa tarian pena penghibur lara

aku di rel sebelah
menjadi penyair tanpa makna
mengabarkan lara dari balik rintih gerimis
untuk kalian pemuja-pemuja nafsu

___aku
di rel sebelah ___apa kabar,hai ....kau yang disana?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun