Jika berbicara mengenai Timur Tengah saat ini, maka yang terbayang pertama kali pada benak kita semua adalah Islam dan konflik yang selama ini terjadi. Tidak salah jika kita membayangkan Timur Tengah merupakan kawasan yang identik dengan Islam, karena di kawasan inilah Islam yang benar-benar utuh dilahirkan, walaupun pada awalnya kelompok kaum Muslimin merupakan suatu komunitas kecil di kota Mekkah yang pada akhirnya harus hijrah ke Madinah.
Lalu jika kita kembali membayangkan kawasan Timur Tengah, sudah hampir pasti kita membayangkan berbagai macam konflik yang sampai saat ini terjadi di sana. Dalam sejarah peradaban dimana pun, tidak ada peradaban yang tidak mengalami konflik sepanjang sejarahnya. Jadi, konflik bukan sesuatu hal yang baru dalam perkembangan sejarah peradaban manusia, termasuk di kawasan ini.
Konstelasi politik pada masa lampau kurang tepat atau tidak cocok rasanya bila dibandingkan dengan politik masa kini. Konflik dan perang pada zaman dulu adalah suatu sistem politik, belum ada orang yang berpikir untuk menjalankan politik praktis atau lobi-lobi yang saat ini kita kenal.Â
Ekspansi wilayah kenegaraan pun lazim dilakukan dengan cara perang. Pada kepemimpinan Umar bin Khatab saja, ekspansi wilayah memang dilakukan dengan perang, ke-khalifahan Umar membentang lebar dari Mesir hingga Azebaijan. Konsolidasi dan pemecahan masalah mengenai nabi-nabi palsu pun dilakukan dengan cara angkat senjata.
Memang pada masa itu, sistem suksesi atau pemindahan kekuasaan juga berawal dari friksi-friksi dan ketidaksetujuan antar berbagai kelompok. Hal ini memang lumrah pada masa itu, karena perang untuk memperluas pengaruh dan wilayah memang menjadi paradigma yang ada pasa saat itu. Belum ada konsep mengenai batas-batas wilayah dan nasionalisme sampai terbentuknya Perjanjian Westphalia.
Istilah Timur Tengah
Apa yang kita sebut dengan Timur Tengah pada saat ini juga merupakan hasil dari konflik dan kolonialisme yang disepakati oleh negara-negara Eropa. Tamim Ansary mengatakan di bukunya yang berjudul Destiny Disrupted menjelaskan bahwa apa yang kita sekarang kita sebut dengan Timur Tengah lebih tepat jika disebut dengan Middle World, atau dunia tengah.Â
Namun, lain lagi dengan berbagai macam literatur barat yang tidak pernah ada kesepakatan dalam mengklasifikasi kawasan Timur Tengah. Pendapat pertama mengklasifikasi kawasan Timur Tengah sebagai negara-negara Arab non-Afrika ditambah Iran dan Israel. Lalu klasifikasi kedua berkembang menjadi negara-negara yang tergabung dalam Liga Arab ditambah dengan Iran, Israel, dan Turki. Klasifikasi ketiga adalah negara-negara yang tergabung dalam Liga Arab ditambah dengan Iran, Israel, Turki, Afghanistan, Pakistan, dan negara-negara pecahan Uni Soviet. Terdapat pula klasifikasi yang disepakati dalam Perjanjian Sykes-Picot untuk membagi Timur Tengah berdasarkan kolonialisme pada Perang Dunia I.
Dari banyak definisi terkait klasifikasi Timur Tengah di atas, dan sedikit penjalasan senjarah kawasan ini, tidak heran jika Timur Tengah sampai menjadi kawasan dengan dinamika politik dan sosial budaya yang luar biasa. Seperti contoh, isu terorisme di kawasan ini sangat kental sejak kejadian 9/11 di kota New York. Terorisme bukan merupakan isu keamanan saat perang dingin, peristiwa WTC merubah persepsi tersebut. Aktor eksternal seperti Amerika mulai mendeklarasikan perang terhadap terorisme, yang pada tahun 2001 dimulai pada Al-Qaeda. Lalu hingga sekarang dilanjutkan dengan ISIS, yang mana merupakan salah satu pecahan dari Al-Qaeda yang keberadaannya hilang.
Sumber-Sumber Konflik